Strategi lembaga nirlaba dalam upaya pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) : Studi pada lembaga nirlaba Syariah masyarakat andiri Parung,Bogor

(1)

STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)

CECEP SUYUDI M NIM: 104046101636

JURUSAN MUAMALAT PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang teah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita khususnya penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) (Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)." Shalawat serta salam semoga Allah senantiasa melimpahkan dan mencurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan pengikut-pengikutnya yang selalu setia ada dalam jalan yang lurus untuk mengikuti segala ajaran yang telah sampai pada kita.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sarat dengan dialektika yang tidak mungkin terlupakan antara keyakinan dan kekhawatiran, serta harapan dan kenyataan yang menjadi satu dalam membentuk mozaik penulisan skripsi ini. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui, tidak ada pekerjaan yang sukses dilakukan dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang memberi semangat, bimbingan, bantuan dan doa. Untuk penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT dan mengucap beribu banyak terima kasih atas bantuan dan jasa yang diberikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya Bapak/Ibu:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta


(3)

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. Afifi Fauzi Abbas, Dosen pembimbing yang tidak kenal lelah meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada penulis pada penyusunan skripsi ini.

5. Ponco Nugroho, Programe Manager Masyarakat Mandiri, Mba Leni sebagai Pendamping Mitra serta kepada seluruh Mitra yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta H. AM. Rosjadi S.Ag dan Ibunda tercinta Hj. Imas Tjutju yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan.

7. Kakak-kakaku tercinta terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

8. Sahabatku yang selalu bersama, mulai dari daftar ulang ke-UIN, menyusun skripsi sampai wisuda bareng alias kang Najib tea, yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.


(4)

13. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

14. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 15. Dr. Afifi Fauzi Abbas, Dosen pembimbing yang tidak kenal lelah

meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada penulis pada penyusunan skripsi ini.

16. Ponco Nugroho, Programe Manager Masyarakat Mandiri, Mba Leni sebagai Pendamping Mitra serta kepada seluruh Mitra yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

17. Ayahanda tercinta H. AM. Rosjadi S.Ag dan Ibunda tercinta Hj. Imas Tjutju yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan.

18. Kakak-kakaku tercinta terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

19. Sahabatku yang selalu bersama, mulai dari daftar ulang ke-UIN, menyusun skripsi sampai wisuda bareng alias kang Najib tea, yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

20. Irham, Koni, Emir, Washdi, Ii, Fani, Rid-one, Ecep, Mashilal, Habibah, Ani, Nina dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2004 Perbankan Syariah.

21. Keluarga besar PC IMM Ciputat fadli, Dzikril, S.SosI, Orin, Afnan, Atun, Antik, Elin serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu (I Love U All....), semoga Berkah Rahmat Illahi melimpahi perjuangan kita, serta kawan-kawan tercinta di asrama putra/i, Nur (terima kasih banyak atas waktunya), Ewi, Hati, Sarah, Muhib, Muamar, Welly, Ghofur, Muis, Aos dan lainnya yang telah banyak memberikan dorongan moril hingga terselesaikannya skripsi ini. Atas segala bantuan dan partisipasi dari semua pihak, penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga melimpahkan balasan kebaikan. Amin

22. Keluarga Besar IKADAM Jakarta, Tyas, Dhanny, Ridwan, Hamba, Wildan (sok atuh gera konsentrasi ngerjakeun skripsina...abdi ti payun..hehehe...), Rijal, Irfan, Walid, Dinur, dan semuanya yang ga bisa disebutkan satu persatu..Thanks You All...

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya.

Jakarta, Desember 2008 Penulis .


(6)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... ... ... i DAFTAR ISI ... ... ... ... iv DAFTAR TABEL ... ... ... vii DAFTAR GAMBAR ... ... ... vii BAB I : PENDAHULUAN ... ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 7

3. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

D. Metode Penelitian ... 9

1. Metode Penelitian ... 10

2. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

3. Lokasi Pengumpulan Data ... 11

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 12

5. Sumber Data... 13

6. Teknik Pengolahan Data ... 14

E. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu) ... 15


(7)

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II: LANDASAN TEORETIS ... ... ... 19 A. Konsep Strategi ... 19

1. Pengertian Strategi ... 19

2. Dasar-Dasar Strategi ... 22

3. Tahapan Strategi ... 26

B. Lembaga Nirlaba... 28

1. Pengertian Lembaga Nirlaba... 28

2. Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Lembaga Nirlaba ... 29

3. Ruang Lingkup Lembaga Nirlaba ... 31

C. Pemberdayaan dan UMKM... 33

1. Pemberdayaan ... 33

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)... 41

BAB III: GAMBARAN UMUM LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT MANDIRI PARUNG, BOGOR ... 46 A. Sejarah Berdirinya ... 46

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 49

C. Prinsip-prinsip Dasar, Nilai-nilai Dasar, Peran Masyarakat Mandiri ... ... ... 50 D. Orientasi Program dan Jenis Program... 52

E. Sasaran ... 53


(8)

G. Struktur Organisasi ... 56

BAB IV: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT

MANDIRI DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN UMKM ...

58

A...Strate gi Masyrakat Mandiri ... 58 B...Damp

ak Strategi Masyarakat Mandiri Terhadap

Pemberdayaan UMKM ...

... .

73

1...Damp ak Ekonomi ... 76 2...Damp

ak Sosial ... 87 3...Damp

ak Religius... 98

BAB V: PENUTUP ...

... ...

101

A. Kesimpulan ... 101 B. Saran-saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL Tabel 1 Teritical Sampling ... ... ... 14 Tabel 2 Alu Proses Pengajuan dan Angsuran Pembiyaan

... 69

Tabel 3 Daftar Skim Pembiayaan Program Urban

... ...

71

Tabel 4 Besarnya Modal Mitra Sebelum Program MM-DD

... 77

Tabel 5 Besarnya Pinjaman Mitra Tiap-Tiap Skim

... ...

78

Tabel 6 Pendapatan Usaha Mitra Sebelum dan Setelah Menjadi Mitra

... 80

Tabel 7 Kepemilikan Tabungan Sebelum dan Setelah Menjadi Mitra

... 83 Tabel 8 Asset Produktif ... ... ... 86 Tabel 9 Keadaan Mitra Tentang Kelompok Usaha

... ... 89 Tabel 10 Kelompok Mitra ... ... ... 90 Tabel 11 Tingkat Partisipasi Mitra

... ...

. 93

Tabel 12 Respon Mitra Jika Program Dihentikan

... ...

94

Tabel 13 Tingkat Kelancaran Mitra Membayar Angsuran

... 97


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengorganisasian Komunitas

... ...

55

Gambar 2 Struktur Organisasi Lembaga Masyarakat Mandiri

... 56

Gambar 3 Proses Pelaksanaan program MM-DD

... ...

65

Gambar 4

Bagan Alur dan Angsuran Program Urban ...

... 68

Gambar 5 Pendapatan Mitra Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program

MM-DD ... ...

... ...

80

Gambar 6 Pola Hubungan Interaksi Sosial

... ...

88


(11)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang melanda negeri ini sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa bangsa Indonseia kepada suatu bencana nasional yang merupakan salah satu sejarah buruk abad ini. Sector ekonomi modern seperti perbankan, property, industry besar dan lain-lain yang selama ini menjadi pilar utama perekonomian nasional ternyata tidak mampu menghadapai badai krisis tersebut dan satu persatu sector usaha tersebut akhirnya berjatuhan. Akibatnya, terjadi gejolak lanjutan, seperti, meningkatnya angka pengangguran, berkurangnya produksi, naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok yang selanjutnya berakibat pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan angka kemiskinan semakin meningkat.

Isu kemiskinan dan pengangguran kembali mencuat dan mendapat perhatian banyak pihak usai pidato kontroversial Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 16 Agustus 2006 di depan DPR yang menyatakan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran menurun. Terlepas dari perdebatan yang terjadi tentang kesahihan data dan definisi kemiskinan, momentum ini sebenarnya lebih penting digunakan untuk mendorong kembali wacana strategi pengentasan kemiskinan yang tepat untuk Indonesia.


(13)

Per Maret 2006, angka kemiskinan adalah 17,75 persen atau

meningkat dari 16,66 persen di tahun 2004. Angka pengangguran juga memburuk dari 9,86 persen pada 2004 menjadi 10,4 persen pada 2006. Yang ironis adalah pertumbuhan ekonomi yang selama ini menjadi fokus utama pemerintah, ternyata juga memburuk dari 7,1 persen pada kuartal IV 2004 menjadi 5,2 persen pada kuartal II 2006. Dibutuhkan strategi baru untuk kemiskinan, yang lebih komprehensif, menyentuh akar permasalahan, dan tidak hanya retorika belaka.1

Kehadiran sektor Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM), merupakan fakta adanya semangat kewirausahaan sejati di tengah masyarakat kita. Menyadari realitas ini, memfokuskan pengembangan ekonomi rakyat, melalui UMKM, merupakan hal yang sangat strategis dan masuk akal guna mewujudkan pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Persoalan UMKM tidak terlepas sari system ekonomi, karena UMKM merupakan salah satu pelaku riil dalam perekonomian, sementara itu kita memahami bahwa saat ini bangsa Indonesia menerapkan system ekonomi campuran, ada model kapitalisme atau mekanisme pasar yang menentukan semua aspek perekonomian yaitu apa yang di produksi, kepada siapa dan bagaimana distribusinya, disisi lain ada model sosialisme yang mana

1

Mansur, Strategi Baru Untuk Kemiskinan, (ucuy.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 Maret 2008)


(14)

dicirikan masih adanya beberapa kebijakan ekonomi yang masih di tangan Negara, sementara itu system syariah masih mencari bentuk.2

Sampai saat ini peranan UMKM perlu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Namun saat ini banyak penerapan peraturan yang tidak kondusif bagi pengembangan UMKM misalnya terlalu banyak pungutan dan biaya-biaya yang diterapkan sehingga mengakibatkan biaya tinggi, belum lagi pengurusan ijin yang selain menghabiskan waktu juga sangat mahal yang mana bagi UMKM yang baru memulai usaha merupakan biaya perijinan yang tidak sedikit. Fenomena ini merupakan suatu yang kontra produktif sebab seharusnya pihak pemerintah memberi kemudahan lebih dahulu baru meminta hak, atau dengan kata lain bagaimana memperbanyak objek yang akan dipungut supaya lebih banyak. Sesuai data pada tahun 2003 jumlah tenaga kerja yang ditampung oleh usaha mikro dan kecil 7,4 juta orang, usaha menengah 1,2 orang dan usaha besar 55.760 orang. Sementara itu kepedulian pemerintah daerah terhadap UMKM masih sangat rendah, terlihat dari alokasi dana anggaran untuk pengembangan UMKM baru 0,85 % secara rata-rata dari APBD. Jika kita melihat data ini maka kita dapat mengatakan bahwa solusi terbaik untuk mengurangi pengangguran adalah pemberdayaan UMKM melalui Lembaga Keuangan Syariah.

2

Muhammad Asdar, Strategi Pemberdayaan UMKM, International seminar on Islamic as a Solution, 2005, hal. 159


(15)

System ekonomi Islam diyakini mampu membawa masyarakat Islam untuk dapat sejajar dengan bangsa lain dalam membangun perekonomian, mengapa demikian, karena Indonesai mempunyai pemeluk agama Islam terbesar didunia. Untuk itu diperlukan upaya mengkaji dan mengembangkan ekonomi Islam lewat seminar, penelitian terapan dan penerapan atau praktek di dunia usaha dengan prinsisp-prinsip ekonomi Islam agar dapat terwujud masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur berdasarkan syariat Islam.

Salah satu yang di inginkan masyarakat Islam adalah perekonomian yang tidak mengenal bunga karena ini di anggap riba, larangan riba sudah semenjak nabi Musa dan nabi Isa. Selain itu Islam melarang perbuatan apa saja termasuk konteks ekonomi yang membahayakan kepentingan diri pribadi, dan kepentingan masyarakat. Riba merupakan rampasan terhadap kelelahan orang lain, penghisapan tenaga oleh orang yang bermodal cukup, bahkan dapat melenyapkan jiwa gotong royong, tolong menolong serta percaya mempercayai. Allah SWT berfirman: yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, takutlah pada Allah dan tinggalkanlah dari hal rtiba, kalau benar-benar kamu itu beriman”. (al-Baqarah 278). Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakannya (QS 30:40; QS 11:6) dan pada saat yang sama Islam telah menutup peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi


(16)

setiap individu (QS 67:15). Setiap makhluk memiliki rizki-nya masing-masing (QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119).3

Oleh karenanya, untuk menciptakan pondasi ekonomi yang kuat dan agar hasil pembangunan dapat dinikmati oleh semua komponen bangsa, maka seluruh lapisan masyarakat harus diberdayakan semaksimal mungkin. Pemberdayaan UMKM merupakan model pembangunan ekonomi yang menekankan pada kekuatan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

Masyarakat Mandiri Parung Bogor sebagai sebuah Lembaga Nirlaba yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan, telah melakukan program pengembangan kemandirian masyarakat untuk memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan, sehingga mereka mencapai kemandirian. Sebagai sebuah contoh, kampung tahu-salah satu binaan Masyarakat Mandiri- yang diperlukan komunitas home industry tahu tentu lembaga keuangan. Kampung tahu yang hampir berjumlah 200 Industri Rumah Tangga (IRT) tahu telah mampu mengatur cashflow, menyiasati perputaran keuangannya. Dalam konteks ini, Masyarakat Mandiri sebagai sebuah lembaga pemberdayaan telah mampu menciptakan micro-enterpreneur tahu dengan pembinaan yang kuat.

3"


(17)

Pembinaan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri telah mampu menciptakan micro-enterpreneur yang handal dengan pembentukan lembaga keuangan local yang berafiliasi dengan lembaga-lembaga keuangan syariah setempat untuk mampu memenuhi kebutuhan keuangan lembaga local tersebut. Lembaga local yang di bangun oleh Masyarakat Mandiri merupakan media pembinaan terhadap nasabah dengan pembinaan dengan prinsip syariah.4

Untuk itulah dirasa perlu membahas sejauh mana pertumbuhan

UMKM melalui pembinaan Lembaga-lembaga Nirlaba seperti yang dikembangkan oleh Masyarakat Mandiri yang mempunyai orientasi pengembangan ekonomi Syariah serta bagaimana strategi yang diterapkan lembaga tersebut dalam rangka menumbuh kembangkan UMKM sebagai upaya mengentaskan kemiskinan yang akan diangkat dalam sebuah judul

”STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) (Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri

Parung, Bogor)”.

4

Hery Djatmiko K, Lapak-Lapak Metropolitan, (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2006), hal. 200


(18)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, terlihat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yang di akibatkan dari tingkat penganggurang yang sangat tinggi, diantaranya:

a. Bagaimana strategi yang tepat untuk mengurangi tingkat kemiskinan? b. Apakah pemberian modal usaha kepada masyarakat dapat

mendongkrak pendapatan masyarakat?

c. Apakah pola pemberdayaan dalam ruang konsep Islam menjadi alternatif bagi permasalahan kemiskinan yang semakin akut.?

d. Apakah akan ada pengaruh yang signifikan dengan adanya pengembangan konsep strategi terhadap pengurangan tingkat kemiskinan?

e. Apakah dengan berdayanya sektor UMKM akan mengurangi tingkat kemiskinan?

2. Pembatasan Masalah

Berawal dari uraian yang telah dipaparkan di atas, melihat luasnya pembahasan mengenai usaha mikro kecil menengah maka penulis memfokuskan penelitian hanya pada pengaruh strategi yang dikembangkan oleh Lembaga Masyarakat Mandiri sebagai sebuah lembaga nirlaba syariah terhadap pemberdayaan UMKM.


(19)

3. Rumusan Masalah

a. Apa yang melatarbelakangi Dompet Dhuafa mendirikan Masyarakat Mandiri?

b. Strategi apa yang diterapkan Masyarakat Mandiri dalam upaya pemberdayaan UMKM?

c. Apa dampak strategi yang diterapkan terhadap nasabah binaan (Mitra) Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri sebagai upaya pemberdayaan UMKM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Memberikan sumbangsih data yang terjadi di lapangan dalam kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan lembaga keuangan atau lembaga pembinaan berbasis syariah dalam pembinaan masyarakata menengah ke bawah khususnya.

b. Mengetahui sejauhmana peran Lembaga Keuangan Syariah saat ini telah mampu menjadi lembaga yang bisa eksis ditengah-tengah krisis multi-dimensi

c. Memahami lebih jauh strategi-strategi yang dikembangkan oleh lembaga-lemabaga keuangan syariah dalam upaya pemberdayaan UMKM.


(20)

d. Meneliti dan mengetahui keunggulan strategi yang dikembangkan Masyarakat Mandiri.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan muamalah pada umumnya dan khususnya menyangkut Strategi Lembaga Keuangan Syariah dalam memainkan perannya sebagai lembaga yang ikut andil dalam memerangi kemiskinan.

b. Secara praktis, memberikan informasi kepada masyarakat khusunya para praktisi lembaga pemberdayaan masyarakat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan yang mempunyai komitmen sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah (masyarakat miskin) serta pengusaha kecil dan menengah maupun pelaku ekonomi syariah mengenai strategi strategi pemnberdayaan UMKM dari sudut pandang lembaga keuangan Islam khususnya yang telah dikembangkan oleh masyarakat mandiri sebagai lembaga nirlaba yang menggunakan sistem keuangan syariah.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (Critical Thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, menginformasikan hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan


(21)

dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan hipotesis.

7. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian di tarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus. Penulis mengadakan penelitian dengan melihat dan menggambarkan tentang strategi pemberdayaan yang dikembangkan lembaga Masyarakat Mandiri serta pengruhnya terhadap UMKM. 8. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Berkaitan dengan metode mana yang tepat, akan sangat tergantung dari maksud dan tujuan penelitian (Tan dalam Kuoentjarabingrat, 1998: 14)5. Pendekatan penelitian dalam metode penelitian ini ditemukan berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih sesuai dengan definisi yang diberikan

5

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Gramedia Pustka Utama: Jakarta, 1998), h. 14


(22)

oleh Licoln dan Cuba dalam buku Moleong (2004: 3)6 yang mendefinisikan metode kualitatif sebagai metode penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini memadukan dua jenis penelitian, yaitu: 1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Untuk menambah referensi serta kekayaan literature, penelitian ini mengkaji lebih dalam literature yang ada, baik berupa buku,

catatan maupun laporan hasil penelitian terdahulu 2) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulis juga langsung terjun ke lapangan penelitian untuk mendapatkan data hasil pengamatan lapangan atau informasi dari responden. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 9. Lokasi Pengumpulan Data

6

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulaitatif, cet. Ke-18, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 3


(23)

Sesuai dengan objek penelitian lokasi untuk mengambil data lapangan yang dipilih adalah Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri dengan daerah

dampingan di Bidaracina, Jakarta Timur. Lokasi ini dipilih karena kelompok sasaran di Bidaracina mengalami sejumlah permasalahan. Permasalahan yang dihadapi adalah dampak yang ditimbulkan dari adanya isu formalin dan bencana banjir yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Kedua maslaha utama itu mengganggu perkembangan usaha dan tingkat kesejateraan pelaku usaha mikro di Biadaracina. Pendapatan mereka menurun hingga hancurnya

usaha mereka yang satu-satunya sumber pendapatan mereka. Dengan adanya program kredit mikro, permasalahan itu dapat diminimalisasi. Para mitra mampu mempertahankan usahanya dan

beberapa mitra ada yang mengalami perkembangan usaha. 10. Instrumen Pengumpulan Data

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah kegiatan pengambilan/pengumpulan data penelitian yang dilakukan melalui sumber data dari sejumlah buku, laporan-laporan penelitian, laporan-laporan pelaksanaan progrm dan dokumen-dokumen lainnya yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian. Kegiatan tersebuit dimaksudkan sebagai upaya untuk menggali informasi serta memahami konsep-konsep yang selanjutnya


(24)

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam digunakan untuk menggali lebih dalam informasi yang terpendam dari para informan. Ini adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh fakta di dalam masyarakat. Sugiono (2005)7 mengatakan bahwa

wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Dalam penelitian ini, wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data mengenai strategi apa yang diterapkan lembaga tersebut untuk menciptakan perubahan sosial khususnya kesejahteraan

masyarakat. c. Observasi/Pengamatan terhadap objek

Pengamatan adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang diksikan selama penelitian.8 Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung subjek penelitian yang telah ditentukan. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat, mendengarkan dan merasakan. Dalam penelitian ini gejala yang diamati adalah setiap gejala yang bisa memberikan informasi mengenai prodses pendampingan dan hambatan-hambatannya,

perkembangan usaha mitra. 11. Sumber Data

7

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta: Bandung, 2005), h. 73

8


(25)

a. Data Primer

Penulis mewawancarai langsung terkait dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pemilihan informan untuk mendukung data primer adalah Purposive Sampling. Mengacu pada ketentuan itu, maka dibuat teoritical sampling yang berfungsi sebagai petunjuk seberapa banyak jumlah informan yang akan diwawancarai sesuai dengan informasi atau data yang. Dibutuhkan dalam penelitian ini. Secara singkat teoritical sampling dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Teritical Sampling

Informasi Yang Dibutuhkan Informan Jumlah

Gambaran Umum Lembaga dan Gambaran Umum Program

Program Manager

1 orang Gambaran pelaksanaan

pendampingan

Pendamping Mitra

1 orang Pemberdayaan yang diperoleh mitra

selama mengikuti program

Mitra 12 orang

Jumlah 14 orang

b. Data Sekunder

1) Dokumentasi atau arsip yang berhubungan dengan strategi pemberdayaan, pertumbuhan UMKM, tingkat kemiskinan, dsb. 2) Penelitian kepustakaan (library research) dari buku, artikel dan

karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian 12. Teknik Pengolahan Data


(26)

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik Analisis Kualitatif yaitu data dari informasi yang diperoleh diperbandingkan, dianalisis dan di tarik kesimpulan. Sedangkan data kuantitatif diolah dengan memasukan tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung dibuat prosentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai dengan

proporsi jawaban sampel) dengan rumus

P = F / N 100 %

P = Prosentase F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya N = Number of case

E. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu)

Diantara karya-karya terdahulu yang sudah ada adalah dalam skripsinya Rahmat Sunandar Sholeh dengan judul “Strategi Pembiayaan Bank Syariah Dalam Membantu Peningkatan UMKM” bahwa strategi pembiayaan UKM dan ritel yang dilandasi sikap proaktif Perbankan Syariah kepada wirausahawan yang juga adalah nasabah pemmbiayaan. Pelaksanaannya murnni olehh bank syariah harus mempersiapkan SDM yang harus memiliki kapasitas sebagai pemberdaya UMKM sekaligus mampu membangun moral pada usaha yang dibinanya. Upaya untuk memperbesar porsi pembiayaan bagi hasil di fokuskan pada UKM dan ritel. Pertimbangannya, karena dinilai sector ini yang paling cocok untuk usaha syariah. Disampinng strategi


(27)

pemberdayaan UKM bank syariah melaksanakan strategi meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaringan distribusi dengan penambahan jaringan ATM dan sentra pembiayaan, melanjutkan program yang terstruktur terhadap debitur potennsial serta upaya litigasi terhadap debitur non-kooperatif, mengintensifkan upaya peningkatan kualitas layanan.

Selain itu, dalam skripsi dengan judul Analisa Strategi Koperasui Pondok Pesantren Al-Ikhlas Subang Jabar) 2006, memberikan kesimpulan bahwa upaya yang telah dilakukan kopontren dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah:

1. Mengajak masyarakat unntuk bekerja sama dalam bidang ekonomi yang sesuai dengan syariat, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat..

2. Membentuk penyuluhan tentang bagaimana usaha yang benar dengan npara nasabah khususnya dan masyarakat umumnya.

3. Membantu permodalam pedagang kecil di wilayah sekitar kompontren al-Ikhlas

4. Ekonomi rakyat pada dasarnya adalah kegiatan orang-orang dan atau kelompok masyarakat untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu dalam pengertian ekonomi rakyat melekat dikerjakan unsure sendiri atau bersama-sama kecil, berorientasi pada kelangsungan kehidupan , cenderung tradisional dengan tingkat keswadayaan yang menonjol. Sesungguhnya ekonomi rakyat adalah suatu tatanan yang


(28)

memperjuangkan kesejahteraan masyaraat banyak berdasarkan keadilan, karena itu untuk mencapai tujuan ekonomi rakyat, maka yang kita lihat adalah suatu tatanan yang memperjuangkan kesejahteraan masyarakat banyak berdasarkan keadilan, karena itu untuk mencapai tujuan ekonomi rakyat maka yang kita lihat adalah pasal 33 UUD 1945. Pasal itu berisis tentang politik perekonomian untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Tidak lain adalah kemampuan kebutuhan materil akan basic need tetapi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak dan bahkan kemakmuran orang perorangan atau individu.

F. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membaca hasil penelitian ini, penulis menuangkan hasil penelitian ini secara sistematis dengan membaginya menjadi 5 bab dengan beberapa sus bab. Rincian ini dari pembagian tersebut

adalah:

BAB I : Pendahulauan, yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan (review studi terdahulu),


(29)

metodologi penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Membahas tentang kajian teoritis yang didasarkan pada

Definis, karakteristik, problematika serta landasan dalam pengembangannya dari ketiga aspek yang akan dibahas. Bab II ini akan menjadi pedoman dalam menganalisis hasil

temuan lapangan yang akan disajikan pada Bab IV. BAB III : Gambaran umum Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri,

Sejarah Perkembangannya, Visi Misi, Tujuan, Struktur Organisasi, pertumbuhannya, prinsip-prinsip serta nilai-nilai

dasar yang menjadi peran Masyarakat Mandiri. BAB IV : Bab ini membahas hasil penelitian, yang mencakup deskripsi

data, analisi data, interpretasi data serta penjabaran dan berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri, pengaruh strategi lembaga yang dijabarkan dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat serta dampak dari strategi tersebut.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi 1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni

berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

stratogos, yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan peperangan.9 Sedangkan arti lain dari kata strategi yang masih sama Negara asal katanya yaitu Yunani, bahwa strategi adalah stratogos yang berarti jendral.10 Definisi strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler (1962: 13) menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang yang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan serta alokasi semua sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.11

9

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. (Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999), h.08

10

George Stainer John Minner, Manajemen Strategi, (Jakarta : Erlangga, 2004) h.20.

11

Freddy Rangkuti, Abalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 4


(31)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. 12 Jadi pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono (1995), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahannya seperti berikut ini:13 “Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.”

12

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h.1092.

13

Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.31


(32)

Kemudian menurut Stainer dan Minner strategi adalah penempatan

misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga

tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.14

Menurut webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar, mengarahkan pasukan ke posisi yang paling paling menguntungkan sebelum pertempuran dengan musuh yang sebenarnya.15 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam mengahadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan.16

Menurut F. Gluek, strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.17

14

George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta : Erlangga, 2004), h.20

15

ibid

16

Hadaari Nawawi, Manajemen Stategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press 2003), cet. 2 h. 147.

17

Rokhmad Slamet, Seminar Akademik Program BBA Jakarta Institute of Manajemen Studies, (Jakarta: 24 Maret, 2001), h.2


(33)

Adapun pengertian lain strategi adalah ilmu dan seni menggunakan

kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik. Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu: kemampuan, sumber daya, lingkungan, dan tujuan.18 Empat unsur tersebut, sedemikian rupa disatukan secara rasional dan indah sehingga muncul beberapa alternatif

pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil yang terbaik.

2. Dasar-dasar Strategi

Manajemen strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi. Strategi yang efektif membantu tercapainya sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi adalah cara dengan jalan mana perencanaan strategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir. Keputusan ini mencakup definisi dengan bisnis, produk dan pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan dan kebijaksanaan utama yang diperlukan untuk mengatur dalam melaksanakan keputusan ini demi mencapai sasaran.19

Seiring dengan perkembangan zaman dan pola fikir manusia, strategi militer seringkali diadopsi dan diterapkan dalam lembaga profit ataupun non-profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnis non-profit maupun militer, berusaha untuk mengunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam

18

Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, (www.id.shvoong.com, diakses pada tanggal 2 April 2008)

19


(34)

menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Van Clausewitz 1780-1831 bahwa “strategi terbaik selalu manjadi amat kuat, mula-mula secara umum lalu kemudian dengan tujuan tertentu tidak ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selalin menyatukan kekuatan”.20

Stoner dan Freeman mendefinisikan konsep strategi berdasarkan pada dua perspektif yang berbeda,yaitu:

1. Dari perspektif apa dilakukan (intent to do)

Perspektif ini mendefinisikan strategi sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya, bahwa manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi oragnisasi.

2. Dari perspektif apa yang terakhir lakukan (eventualy does)

Perspektif ini mendefinisikan strategi sebagai pola tanggapan atau respon terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat kreatif, yang hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan pasif manakala dibutuhkan. Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis.

20

Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran Global,Terjemah Alexnader Sindoro & Tanty Syahlena Tarigan, MM., (Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia, 2003), edisi 6 h. 1


(35)

Untuk mengetahui sejauh mana indikator keberhasilan dari sebuah strategi, maka perlu kita memahami terlebih dahulu tipe-tipe strategi dasar.21 Pada dasarnya terdapat tiga pilihan dasar strategi dasar bagi manajer yang meraih kesuksesan pada lingkungan eksternal yang beragam, yakni:22

1) Strategi Stabilitas

Strategi ini merupakan yang paling lazim digunakan dalam organisasi. Strategi ini mempertahankan tindakan-tindakan organisasi saat ini, jadi merupakan kelanjutan dari tindakan dari strategi yang telah di agendakan sebelumnya. Alasan penerapan itu antara lain:

• Prestasi organisasi saat ini telah cukup memuaskan.

• Risiko akan tindakan rendah karena umumnya tidak adanya tindakan yang baru.

• Karena merupakan tindakan lanjutan, tindakan-tindakan mudah diambil.

• Organisasi memerlukan masa teduh setelah menerapkan strategi lain.

21

Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, (www.id.shvoong.com, diakses pada tanggal 2 April 2008)

22


(36)

2) Strategi Pertumbuhan

Strategi ini merupakan strategi yang bersifat ekspansi dari keadaan saat ini. Strategi ini berbentuk integrasi vertical, terobosan pasar dan diversifikasi. Strategi integrasi vertikal merupakan salah satu bentuk strategi pertumbuhan yang diterapkan organisasi dengan perusahaan menguasai atau mengendalikan pasokan lain (integrasi vertical kebelakang) atau menguasai system distribusi produknya (integrasi vertical kedepan). Terobosan pasar merupakan strategi untuk meningkatkan penjualan produk melalui kegiatan pemasaran yang lebih agresif untuk produk dan pasar saat ini. Sedangkan diversifikasi merupakan pertumbuhan melalui pemasaran produk baru untuk pasar baru.

Beberapa alasan mengapa organisasi lebih memilih strategi pertumbuhan. Antara lain adalah:23

• Untuk bertahan dalam jangka panjang dan pada industry yang lebih mudah berubah.

• Asumsi para manajer yang beranggapan bahwa pertumbuhan sama halnya dengan keefektifan, sehingga jika perusahaan tumbuh maka dianggap efektif.

23

Gugup Kusmono, Manajemen Lanjutan, (Jakarta, Karunika Universitas Terbuka, 1997), h. 130


(37)

• Strategi pertumbuhan dipercaya mampu memberikan efek sosial yang positif dan terjadinya multiplier efek yang positif.

• Para manajer membutuhkan pengakuan dan prestasi. 3) Strategi Penciutan

Strategi ini pada dasarnya, organisasi menerapkan strategi penciutan mempunyai tujuan untuk mengejar efisiensi operasi tertinggi. Strategi sangat tidak popular, penerapannya lebih dikarenakan pemaksaan dan mengindikasikan organisasi dalam keadaan bangkrut. Strategi penciutan berimplikasi pada keputusan untuk menciutkan operasi organisasi demi peningkatan efisiensi.

3. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu :24

a. Perumusan Strategi Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan,

24


(38)

memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. b. Implementasi Strategi Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan

anggota organisasi. c. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi ini adalah evaluasi implemenatsi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluai menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk

mengevaluasi strategi, yakni : 1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk


(39)

2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3). Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

B. Lembaga Nirlaba 1. Pengertian Lembaga Nirlaba

Kartajaya dan Ismawan menyebutkan bahwa:25 "Organisasi atau lembaga nirlaba adalah lembaga yang bergerak dalam bidang pengmbangan sosial yang bertujuan membantu orang memcahkan persoalan pribadi, keluarga atau masyarakat agar mereka dapat menyesuaikan atau

meningkatkan peran sosialnya dengan lebih baik." Sedangkan menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan menyebutkan

bahwa:26

25

Bustami, Pemberdayaan Lembaga N0n-profit Untuk Pengurangan Penganngguran,


(40)

"Organisasi nirlaba secara umum adalah suatu institusi yang dalam menjalankan organisasinya tidak berorientasi mencari laba. Namun demikian buakan berarti organisasi nirlaba tidak dibolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya

operasional atau kembali disalurkan atau kegiatan utamanya lagi." Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan organisasi nirlaba kegiatan utamanya adalah tidak bertujuan mencari keuntungan secara materi akan tetapi usaha hidup organisasi sangat tergantung dari berbagai sumbangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang percaya kepada organisasi.

2. Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Lembaga Nirlaba

Seni membangun dukungan komprehensif bagi sebuah organisasi nirlaba, adalah aktivitas penyadaran berbasis kesadaran akan multi-benefit dari adanya suatu dukungan terhadapnya. Dengan ini, keberlanjutan organisasi bisa terus terpelihara

Agar sumberdaya organisasi nirlaba "bernilai jual", mereka benar-benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang "dijual" dan "seni menjual" yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun, perlu menjalankan prinsip marketing. Berikut ini, sembilan prinsipnya - terinspirasi dari pandangan Hermawan Kartajaya.27

26

Saharti, Laporan Bulanan MM-DD Desa Buana jaya: Pelayanan dan Pemberdayaan,

(Jakarta: MM, 2002), h. 27

27


(41)

a. Segmentation: view your market creatively. Segmentasi artinya organisasi nirlaba harus melihat "pasar"nya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower.

b. Targetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya yang ada pada "target pasar" donor yang sesuai dengan karakteristik lembaga.

c. Positioning: lead your customer credibly. Bahwa organisasi nirlaba harus sanggup meyakinkan stake holder.

d. Differentiation, integrate your content and context. Content, adalah apa yang menjadi isi (aktivitas) organisasi; sedangkan context adalah bungkusnya.

e. Marketing Mixed: integrate your offer and access. Marketing mix meliputi 4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba, adalah program dan layanannya pada stakeholder/konstituen.

f. Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi anda.

g. Brand: Avoid the Commodity-Like Trap. Branding, adalah langkah menghindarkan organisasi nirlaba yang anda kelola dari pencitraan seperti kebanyakan organisasi nirlaba.


(42)

h. Service: make service as your way of life. Jadikan servis sebagai way of life setiap aktivitas organisasi nirlaba. Servis, bukan layanan biasa, ia ada tiga tingkat: intelektual, emosional, dan spiritual.

i. Process: improve your quality, cost, and delivery. Proses, tak lebih dari QCD - quality, cost, delivery. Selalulah berpikir memberi layanan berkualitas, hemat biaya, dan tepat waktu.

3. Ruang Lingkup Lembaga Nirlaba

Sektor nirlaba dalam suatu perekonomian merupakan sektor penting

untuk beberapa alasan. Pertama, masyarakat menginginkan barang dan jasa tertentu yang oleh perusahaan atau lembaga pencari laba tidak dapat atau tidak akan disediakan. Kedua, organisasi swasta nirlaba cenderung menerima manfaat dari masyarakat, yang perusahaan pencari laba tidak dapat memperolehnya. Status penerima kelebihan pajak adalah salah satu manfaat

utama yang diterima organisasi nirlaba.28 Karena berbagai tekanan pada organisasi nirlaba untuk menyediakan

lebih banyak jasa dibandingkan jumlah sponsor yang mendukung dan klien yang dapat membayar jasa tersebut, organisasi-organisasi nirlaba sedang mengembangkan berbagai strategi untuk membantu mereka memenuhi sasaran jasa yang mereka inginkan. Dua strategi yang populer digunakan

28

J. David Hunger dkk, Manajemen Startegis, Terj. Julianto Agung, (Yohyakarta: Andi, 2003), hal. 533


(43)

adalah strategic piggibacking dan merger dan keterkaitan inter-organisasional.29

a. Strategic Piggibacking ini diciptakan oleh R. P. Nielsen. Istilah Strategic Piggibacking ("naik kuda-kudaan") merujuk pada pengembangan sebuah aktivitas baru bagi organisasi nirlaba yang akan menghasilkan dana-dana yang diperlukan untuk menutupi selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Secara khusus, aktivitas baru itu dalam beberapa hal terkait dengan misi organisasi nirlaba, namun tujuannya adalah untuk membantu mensubsidi program-program jasa utama. Organisasi nirlaba harus memiliki lima sumber daya berikut ini sebelum organisasi itu memulai aktivitas untuk memperoleh penerimaan:

• Memiliki sesuatu untuk dijual

• Memiliki orang-orang dengan bakat manejemen dalam jumlah yang cukup

• Dukungan dewan pengawas

• Mempunyai sikap kewirausahaan

• Memiliki modal usaha

b. Merger dan Inter-organisasional adalah pengembangan jalinan kerja sama antar organisasi, yang sering digunakan oleh organisasi nirlaba sebagai jalan untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melayani para

29


(44)

kliennya, atau untuk memperoleh sumber daya dengan tetap mempertahankan identitas mereka.

C. Pemberdayaan dan UMKM 1. Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan Menurut Bariadi (2005)30, kata pemberdayaan adalah terjemahan dari

istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment)

berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melekukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Bariadi (2005)31 juga meyebutkan bahwa istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaiki-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

30

Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 53

31


(45)

Menurut Hendi (2005)32, pemberdayaan adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dibangun berdasarkan potensi lokal. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau daya (power)

pihak-pihak yang tidak ataupun kurang berdaya. Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan (suharto, 1997)33. b. Pola-Pola Pemberdayaan 1). Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok

sebagai berikut (bariadi, 2005)34:

o Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. o Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.

o Aktivitas yang dilakukan terencana, serta harus sesuai dengan

kebutuhan dan sumberdaya setempat.

32

Hendi, Ekonomi Pemberdayaan Umat, http//: hendi45.blogspot.com. di akses pada tanggal 28 Agustus 2008

33

Edi Suharto, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Spektrum Pemikiran), (Lembaga Studi Pembangunan STKS: Bandung, 1997), h. 43

34


(46)

o Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan.

o Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirasaha.

o Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakt khususnya

masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai.

Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang masti dilalui

oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyrakat.

2). Pola Pendekatan dalamPemberdayaan UKM Secara umum kegiatan pemberdayaan wirausaha atau para pengusaha

kecil dan mikro yang dilakukan oleh berbagai lembaga dan institusi dapat dibagi pada tiga pendekatan (bariadi, 2005)35:

o Pendekatan yang memandang masyarakat yang menjadi sasaran proses

diffusi sebagai objek semata.

o Pendekatan yang dilakukan dengan memberikan rangsangan dan

motivasi kepada masyarakat yang dijadikan sasaran diffusi untuk memikirkan permasalahan yang dihadapinya.

35


(47)

o Kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua. Dimana pada

pendekatan ini masyarakat dipandang sebagai kelompok manusia yang perlu dituntun kejalan yang tepat, serta diberikan kesempatan yang tepat, serta diberikan kesempatan yang untuk memikirkan dan merancang pengembangan potensi mereka sendiri.

3). Pola Pendekatan Islam Dalam Pemberdayaan UKM Pendekatan yang digunakan islam dalam pemberdayaan masyarakat

miskin secara garis besar ada tiga, yaitu (bariadi, 2005)36:

o Pendekatan parsial kontinue

Yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan secara langsung. Hal ini diberikan kepada orang yang tak sanggup untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia, orang buta dan lain-lain.

o Pendekatan struktural

Yaitu pemberian pertolongan secara kontinue agar masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Hal ini diberikan kepada mereka yang mempunyai komitmen kemitraan yang memiliki skill untuk

dikembangkan.

o Tahap partisipatoris

36


(48)

Yaitu mengupayakan perubahan dan suntikan dana (Zakat, Infak, Shadaqah) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam mengembangkan usaha baik skala kecil maupun menengah. Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat menghantaran pada tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan

penyantun sesama.

c. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan-tahapan, yaitu (bariadi.

2005)37: 1) Tahap pengenalan masyarakat terhadap ekonomi

2) Tahap pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha 3) Tahap penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha

4) Tahap implementasi rencana kegiatan

5) Tahap evaluasi implementasi rencana kegiatan 6) Tahap perluasan pemberdayaan masyarakat

Menurut Bariadi (2005)38 tahap pengenalan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti suatu siklus guna mencapai perubahan

yang lebih baik. Adapun upaya memberdayakan masyarakat haruslah:

37


(49)

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dalam berwirausaha dalam skala kecil dan menengah.

2) Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong,

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia menjadi fokus diprioritaskan.

3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam kontek ini makas pembangunan kelembagaan sosial, ekonomi politik menjadi penting artinya.

4) Penyediaan berbagai masukan (input)

5) Pembukaan akses kepada berbagai peluang (oppoutunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

d.. Indikator Pemberdayaan Indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial: yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupaun sosial seperti yang memiliki kepercayaan diri,

38


(50)

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya (Subianto, 2004).39 Sedangakan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat

adalah sebagai berikut (Sumodiningrat, 1999)40: 1) Berkurangnya jumlah penduduk miskin

2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia 3) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4) Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapi sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi ke kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

5) Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

39

Achmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan Bermula dari Kanan: Jakarta, 2004), h. 40

40

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial,


(51)

Ismawan (2001)41 berpendapat bahwa pemberdayaan sesungguhnya

mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan kontrol atas sumber-sumber daya yang penting. Tentu saja sebuah usaha yang pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari perspektif pengembangan manusia bahwa pembangunan manusia merupakan pembentukan aspek pengakuan diri, kemandirian, kemampuan bekerja sama, dan toleran terhadap sesamanya, dengan menyadari potensi yang dimilikinya. Dalam panduan program Inpres Desa Tertinggal masyarakat miskin dianggap berdaya apabila telah mampu meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonominya melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan kemampuan permodalan, pengembangan usaha, dan pengembangan kelembagaan usaha bersama dengan menerapkan prinsip gotong royong dan partisipaso

(Ismawan, 2001)42.

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

a. Pengertian UMKM

41

Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001), h. 55

42

Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001), h. 37


(52)

Agar lebih lengkap pemahaman kita maka ada baiknya melihat beberapa definisi yang ada dari berbagai pihak yang memiliki keterlibatan dengan UMKM, definisi tersebut sebagai berikut:43

1) UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, Usaha Kecil adalah aset yang kurang dari 200 juta di luar tanah dan bangunan. Omzet tahunan kurang dari Rp. 1 milyar. Dimiliki oleh orang Indonesia. Independen, tidak terafiliasi dengan usaha-usaha menengah-besar. Boleh berbadan hukum, boleh tidak.

2) Badan Pusat Statistik, Usaha Mikro: mempunyai pekerja 5 orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak di bayar. Usaha Kecil: mempunyai pekerja 5-19 orang. Usaha Menengah: mempunyai pekerja 10-99 orang.

3) Bank Indonesia: Usaha Mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5 Mei 1998: usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki keluarga. Sumberdaya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry. Usaha Kecil

(UU No. 5/1995): aset Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan dengan omzet tahunan Rp. 1 milyar. Usaha Menengah (SK Dir BI No. 30/45/Dir/UK tgl 5 januari 1997): Aset 5 milyar untuk sektor

43

M. Asdar, Strategi Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Untuk Mengentaskan Kemiskinan Dan Pengurangan pengangguran, (International Seminar On Ismlamic Economics as a Solution, Medan, 2005), hal. 164


(53)

industri. Aset Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan untuk sektor non-industri manufacturing. Omzet tahunan Rp. 3 milyar.

b. Karakteristik UMKM Untuk melakukan pemberdayaan yang komprehensif maka kita perlu memahami karakteristik dan problem UMKM, sehingga dengan mengetahui kondisinya maka dapat dilakukan diagnosa lebih baik untuk menentukan

solusi terbaik yang kemudian dapat dijabarkan dalam sebuah strategi. Adapun karakteristik UMKM adalah sebagai berikut:44

1) Mempunyai skala yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar.

2) Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar

3) Status usaha milik pribadi atau keluarga

4) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis, geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga.

5) Pola kerja seringkali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya.

6) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dann administrasinya sederhana.

44

Alila Pramiyanti, "Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM", (Yogyakarta: Media Presindo, 2008), hal. 5


(54)

7) Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja serta sangat bergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi

8) Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat.

c. Sektor-sektor UMKM Usaha-usaha kecil dan mikro terdapat pada seluruh sektor perekonomian,

yaitu (DEKOPIN, 2002)45: 1) Sektor perkebunan

Usaha perkebunan yang termasuk usaha kecil dan mikro disini adalah usaha perkebunan pada kebun-kebun rakyat yang terbagi dalam lahan sempit. 2) Sektor pertanian

Usaha pertanian termasuk kategori usaha kecil, karena sebagian besar dari mereka mengusahakan lahan pertanian yang luasnya kurang dari 1 hektar. 3) Sektor industri

Usaha kecil dan mikro pada sektor ini berwujud berbagai industri kecil rumah tangga, yang menghasilkan berbagai jenis barang kerajinan dan keperluan rumah tangga.

45

Ishak RS, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, www.dekopin.com., di akses pada tanggal 29 Agustus 2008


(55)

4) Sektor perdagangan

Usaha kecil dan mikro pada sektor ini berwujud usaha perdagangan yang dijalankan rakyat kecil di pasar-pasar tradisional, toko, kios dan warung-warung di sepanjang jalan dan kampung-kampung dan

sebagainya. 5) Sektor kehutanan

Pada sektor kehutanan ini usaha kecil dan mikro berwujud pada rupa-rupa usaha pemanfaatan hasil hutan.

d. Problem UMKM Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah memahami permasalahan-permasalah yang ada di dunia UMKM, adapaun permasalahan tersebut antara lain:46 1) Kelemahan dibidang organisasi dan manajemen

2) Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan

3) Kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperbesar pangsa pasar

4) Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan teknologi, khususnya teknologi terapan.

46

Alila Pramiyanti, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, (Media Presindi: Yogyakarta, 2008), h. 10


(56)

5) Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirausahaan.

6) Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harga bahan baku itu sendiri.

7) Sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami distorsi di tingkat implementasi sehingga berdampak pada sub-ordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah


(57)

BAB III

GAMBARAN UMUM

LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT MANDIRI PARUNG, BOGOR

A. Sejarah Berdiri

Masyarakat Mandiri (MM) adalah sebuah Lembaga Nirlaba yang bergerak

dalam bidang pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan, telah melakukan program pengembangan kemandirian masyarakat untuk memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan, sehingga mereka mencapai kemandirian. Kehadirannya dibidani oleh

Dompet Dhuafa Republika (DD-R) pada tahun 2000.47 Kehadirannya tidak terlepas dari gejolak permasalahan sosial di Indonesia.

Kondisi kemiskinan membuat banyak masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak seperti makanan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan. Dalam banyak hal, orang miskin dipaksa untuk hidup dalam situasi yang tidak manusiawi. Harkat dan martabat sebagai manusia terabaikan dan acapkali mendapat perlakuan yang tidak adil dari pihak lain. Dompet Dhuafa (DD) hadir dengan misi sosialnya membantu kaum dhuafa

dengan menggunakan dana zakat, infak, shadaqh (ZIS) dari masyarakat. Selama tahun 1993 sampai dengan 1999 DD membuat program untuk membantu kaum

47


(58)

dhuafa. Namun pada waktu itu program lebih banyak charity. Program-program itu dirasakan tak perbah kunjung usai. DD yang terus berupaya melakukan inovasi-inovasi dalam setiap programnya. Bantuan yang selama ini didanai oleh DD jangan sampai berdampak pada pemiskinan melainkan pemberdayaan. Oleh karena itu, DD terus mengembangkan diri dengan belajar kelembag lain yang berpengalaman dalam mengelola dana untuk pemberdayaan masyarakat. Wujudnya pada bulan November 1999, empat orang manager DD berangkat ke Malaysia untuk membina ilmu di lembaga-lembaga sejenis DD seperti Baitul Mall Malaysia, Pusat Pungutan Zakat (PPZ), Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) dan Pusat Rahmat.48 Tindak lanjut dari kunjungan ke Malaysia, pada bulan Desember 1999,

melalui rekomendasi analisa SWOT diagendakan pengembangan pemberdayaan dengan model kelompok. Model ini diharapkan peran pendampingan dan pembinaan DD akan semakin efektif dan efisien. Model kelompok dipilih berdasarkan pengalaman DD terhadap pembinaan usaha perorangan. Program pemberdayaan

waktu itu masih merupakan program DD dari divisi pendayagunaan. Selama pemberdayaan berlangsung, DD terus melakukan diskusi dan studi ke

beberapa LSM dan proyek pemberdayaan di Indonesia seperti Bina Swadaya, Bina Desa, LP3ES dan lain-lain. Sebagai persiapan penyempurnaan program, pada bulan

48

Miptah Abdurrajak R, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Program Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Depok, 2007), h. 49


(59)

April 2000 diselenggarakan pelatihan mikrokredit model Amanah Malaysia (AIM), pelatih langsung didatangkan dari AIM dengan peserta dari DD.49 Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, untuk memaksimalkan upaya pemberdayaan dan untuk mengembangkan program secara professional maka dibentuklah sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat dengan nama Masyarakat Mandiri. Sedangkan DD menjadi lembaga mandiri yang lebih fokus pada penggalangan dana ZIS secara professional. Sejak bulan juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan sehingga mereka

mencapai kemandirian. Membangun keberdayaan komunitas, adalah kombinasi penyadaran, manajemen, dan skill di satu sisi, dan aktivitas penguatan dan peluasan pasar, serta merekat sinergi multi-stakeholder di sisi lain. Untuk yang pertama, jelas lebih sulit. Penyadaran, menyentuh aspek moralitas (kejujuran), mental (etos, disiplin), hal yang memerlukan kelapangan hati dan pikiran agar komunitas dampingan bias berorganisasi sesuai harapan. Karena itu, Masyarakat Mandiri (MM) sebagai organisasi pemberdaya, sangat serius dalam soal ini, sehingga sampai harus menempatkan pendamping tinggal ditengah-tengah komunitas dampingan. Untuk yang kedua, membuka akses market dan membangun sinergi, merupakan proses lanjutannya. Dalam tahap ini, kesabaran dan ketekunan, capacity building tim 49

Miptah Abdurrajak R, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Program Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," h. 50


(60)

pendamping, menjadi sesuatu yang mutlak mengingat ”multi-stakeholders" yang dijalin dan dilibatkan, juga menuntut penyampaian yang masuk akal, jelas

maslahatnya, dan terukur.

B. Visi, Misi dan Tujuan50 1. Visi

Tumbuhnya komunitas-komunitas yang berdaya dan berkemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, secara mandiri dan berkesinambungan.

2. Misi

a. Memfasilitasi penyadaran komunitas dalam membangun diri dan lingkungan kearah kehidupan yang berkualitas.

b. Membangun kapasitas kelembagaan local.

c. Memfasilitasi terjadinya sinergi peran lintas pelaku (multistakeholder) untuk keberlanjutan system mata penghidupan (livelihood system) komunitas

3. Tujuan

a. Tercapainya kemandirian material

Yaitu: tercapainya kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan hidup dasar (basic needs), serta cadangan dan mekanisme untuk bertahan

dalam kondisi krisis. b. Tercapainya kemandirian intelektual komunitas sasaran

50


(61)

Yaitu: terbentuknya kemandirian berfikir, bersikap serta berkesadaran kritis. c. Tercapainya kemandirian manajemen komunitas sasaran

Yaitu: kemampuan komunitas dalam mengelola aksi kolektif untuk mewujudkan kelembagaan local yang berkelanjutan, sehingga mampu menjalin kemitraan yang setara lintas pelaku (stakeholder).

C. Prinsip-prinsip Dasar, Nilai-nilai Dasar, Peran Masyarakat Mandiri51 1. Prinsip-prinsip Dasar

a. Pembangunan terpadu

Program pembangunan komunitas mencakup aspek pembangunan ekonomi, social, budaya, lingkungan hidup, kepribadian/mental dan

spiritual. b. Keberpihakan dengan mengutamakan yang terabaikan

c. Partisipatif

Komunitas sasaran sebagai aspek pelaku, orang luar. Pendamping hanya bertindak sebagai fasilitator dan katalisator proses d. Pemberdayaan

Penguatan sumber-sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi komunitas agar mereka mampu meningkatkan

kapasitasnya untuk menentukan masa depannya sendiri

51

Sri Murniati, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," (Skripsi S1 Program Studi manajemen Perbanklan Syariah STEI SEBI, Jakarta 2007), h. 45


(62)

e. Keberlanjutan (sustainability)

Program mampu di lajutkan oleh komunitas sasaran f. Keswadayaan

Sedapat mungkin menggunakan sumberdaya yang tersedia dari dalam komunitas itu sendiri, dan meminimalisasi penggunaan sumberdaya dari luar.

2. Nilai-nilai Dasar

a. Integritas

Selalu berfikir dan berenergi posotif, dapat diandalkan, jujur, bertanggung jawab secara moral dan finansial, menggunakan semua sumberdaya secara efisien dan efektif b. Keunggulan

Kepekaan, kepemimpinan dan profesionalisme c. Visioner

Proaktif, inovatif, kreatif dan progresif d. Berkomitmen

Keyakinan, ketekunan, motivasi tinggi, bekerjasama menuju misi dan tujuan bersama e. Peka

Hormat terhadap sifat khas orang-orang lain, tanggap, memperlakukan orang dengan martabat dan penghargaan. f. Inklusif dan non partisipan


(63)

Tidak memihak pada satu golongan atau partai manapun

D. Orientasi Program dan Jenis Program52 1. Orientasi Program

a. Program yang menitikberatkan pada social development

Pendampingan program pengembangan social partisipatif melalui peningkatan keahlian dan keterampilan komunitas sasaran. b. Program yang menitikberatkan pada economic development

Pendampingan penumbuh kembangan kemandirian ekonomi melalui pengembangan potensi ekonomi local dan partisipasi masyarakat.

2. Jenis Program

a. Pengembangan Kualitas SDM

Pendidikan, pelatihan dan pembinaan mental/spiritual b. Penguatan infrastruktur social

1) Pada level komunitas sasaran: penguatan ikatan-ikatan sosial komunitas (social capital), penumbuhan institusi lokal yang berbasis komunitas (community organizing).

2) Pada level masyarakat/publik: penumbuhan semangat dan aktivitas volunteerism, pendampingan berbasis volunteerism (sebagai sarana interaksi antara muzakki dengan mustahik)

E. Sasaran53

52

Sri Murniati, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," h. 48


(64)

1. Kriteria Kelompok Sasaran

a. Dari segi pendaptan dan kepemilikan

1) Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan dari usaha utama per hari ≤ Rp. 20.000,- untuk wilayah pedesaan (rural) atau menyesuaikan dengan UMR daerah sasaran.

2) Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan per hari ≤ Rp. 30.000,- untuk wilayah pinggiran kota (sub urban) dan perkotaan (urban) atau menyesuaikan dengan UMR daerah sasaran.

3) Kondisi rumah (milik sendiri/sewa/kontrak) kurang layak dan kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas, dideskripsikan dengan indeks rumah. Selain itu ada penilaian dari masyarakat setempat bahwa yang bersangkutan termasuk miskin.

b. Dari segi potensi Usaha:

1) Potensi pengembangan, artinya usaha tersebut mampu untuk ditingkatkan baik skala maupun ruang lingkupnya:

⇒ Ketersediaan bahan baku

⇒ Kapasitas produksi

⇒ Potensi pasar

⇒ Daya serap tenaga kerja

53

Nana Mintarti, dkk, Panduan Program Umum dan Teknis, cet. Ke-2, (Masyarakat Mandiri, 2008), h. 5


(65)

2) Potensi pemberdayaan untuk menciptakan usaha turunan, artinya dalam pengembangan usaha tersebut akan dimungkinkan untuk memberikan peluang pekerjaan dan atau manfaat ekonomi bagi para mustahik lainnya.

3) Potensi pemanfaatan sumber daya local. c. Dari segi potensi SDM:

1) Usia produktif minimal 18 tahun atau telah menikah dan maksimal 60 tahun

2) Mempunyai visi untuk pengembangan usaha 3) Mampu bekerja

4) Tidak sedang menerima bantuan program yang sejenis dari pihak lain

2. Kriteria Wilayah Sasaran

a. Wilayah Urban

1) Daerah kumuh dan padat penduduk

2) Mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sentra produksi 3) Mampu bekerja

4) Tidak sedang menjalankan program yang sejenis dari pihak lain b. Wilayah Rural

1) Mempunyai potensi komoditas unggulan yang komparatif

2) Memiliki kompetensi sumber daya alam dimana kelompok miskin mempunyai aksesibilitas dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut


(66)

3) Memiliki potensi SDM yang mendukung baik dalam kualitas maupun kuantitas

4) Tidak termasuk daerah konflik atau daerah yang mempunyai potensi konflik yang tinggi

F. Pengorganisasian Komunitas54

Gambar 1. Pengorganisasian Komunitas

G. Struktur Organisasi55

Gambar 2. Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika (Sumber: Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika)

54

Nana Mintarti, dkk, Panduan Program Umum dan Teknis, cet. Ke-2, (Masyarakat Mandiri, 2008), h. 16

55

Sri Murniati, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," h. 58

Direktur

mitra mitra

mitra

mitra mitra

Kelompok Mandiri (KM)

Induk

KM KM KM

induk induk induk Ikhtiar Swadaya Mitra

(ISM) Dewan

mitra

Majelis Musyawarah Mit


(67)

Jumlah personal team Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika: 11 staf manajemen, 5 koordinator program, dan 15 staf pendamping lapangan, yaitu:

Direktur : Nana Mintarti

Program Manager : Tendy Dwi Satrio

Program Manager Assistant : Ponco Nugroho General Support Coordination : Wasi'ah R. Mahary

Staff of Logistic : Anwar Syam

Financial Staff : Sutisna Ahmad

General Affair Staff : Pandi Arahap

Accounting : Liberty Sanusi

Marketing & Communication Program : Erma Whayuni

Communication staff : Hery Djatmiko Kurniawan General

Support

Marketing Communication

Manager

Koordinator Program Manager


(68)

Program Coordinator : Armie Roby Saharty

Ahsin Aligori Munipah

Rano Karno

Program Officer : Astri Permatasari Cucu Wiguna

Leni Marlina Dede Sukiaji

Gito Haryanto Suherman

Muharamar Razak Cucu Wiguna Ine Prestiani Rudi D. Sutiyanto

Stivani Gunanti Siskawati

Leni Marlina Desi Purwandari

Rofi'ah Ery Sugianto


(69)

BAB IV

STRATEGI LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT MANDIRI DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN UMKM

A. Strategi Masyarakat Mandiri

Program Masyarakat Mandiri merupakan suatu program yang mengutamakan pemberdayaan ekonomi rakyat untuk mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal serta mengarah pada kemitraan yang berbasis pada kekuatan rakyat. Untuk itu,

strategi yang diterapkan pada program Masyarakat Mandiri meliputi:56

1. Strategi Utama

a. Pembentukan kelompok secara partisipatif

1) Pembentukan kelompok-kelompok dampingan di komunitas pelaku usaha mikro makanan jajanan yang tinggal di sekitar wilayah Jabodetabek.

2) Membangun consensus atau komiten bersama untuk menyelesaikan persoalan/masalah yang dihadapi oleh komunitas di masing-masing wilayah dampingan dengan menggali ide atau gagasan (pengembangan asset, usaha turunan) demi kemajuan kelompok dan masyarakat di sekitar tempat tinggal komunitas.

56

Cetak Biru Program, Program Pemberdayaan EkonomiPelaku Usaha Mikro Makanan Jajanan Yang Rentan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya, (Bogor: Masyrakat Mandiri, 2006), h. 7


(70)

3) Pembiayaan (pinjaman) mikro kepada usaha-usaha skala mikro untuk digunakan sebagai modal dalam usaha mengeluarkan mereka dari jerat kemiskinan.

4) Membentuk jaringan kerja (produksi, pengadaan bahan baku, pemasaran) antara kelompok di bidang kegiatan usaha makanan jajanan yang halal dan sehat, berbagai pengetahuan dan pengalaman, informasi dan menghimpun kekuatan bersama agar posisi tawar para pelaku usaha mikro makanan jajanan menguat.

b. Penguatan kapasitas SDM secara komunitas

1) Kegiatan pendampingan dan pelatihan secara berkala (keamanan pangan, pengolahan pangan, kewirausahaan) berkolaborasi dengan pihak terkait (Dinkes, Disnak, LP POM MUI, Disperindag, Dinkop, Perguruan Tinggi, Pemda).

2) Kegiatan pendampingan untuk penguatan kapasitas individu dan kelompok (nilai-nilai religius, tata pembukuan, pembinaan keluarga, manajemen diri, nilai-nilai usaha).

3) Belajar bersama, diskusi kelompok, magang dan studi banding. c. Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif

1) Mengembangkan usaha produktif (makanan jajanan) yang sudah ada melalui penguatan modal kerja, antara lain: bahan baku, gerobak, tempat penjualan, peralatan dan lain-lain (pembiayaan modal bergulir). Membuka bidang baru dan usaha turunan.


(71)

2) Mengumpulkan informasi dan mengakses pasar untuk mengidentifikasi peluang usaha baru (penggilingan mie, penggilingan bakso, pengadaan bahan-bahan tambahan dan lain-lain) d. Pengembangan kelembagaan secara komunitas

1) Menumbuhakan kegiatan kolektif (kolective action) secara berkelompok dalam hal penguatan usaha dan pengembangan usaha bersama dalam 1 wilayah dan antara wilayah.

2) Membentuk himpunan kelompok menjadi wadah formal

(paguyuban, asosiasi, koperasi) yang memiliki peranan sebagai pengontrol system keamanan pangan terpadu bagi setiap kelompok, menjembatani proses sertifikasi individu dan kelompok serta memudahkan akses kelembaga keuangan.

2. Strategi Pendukung

Strategi pendukung antara lain pelaksanaan Program Pembangunan Sosial (PPS) yang mencakup: a. Pembinaan keislaman atau keagmaan sebagai penguat etos

kerja dan pendampingan kepribadian islam.

b. Pendampingan dan perluasan wawasan kelompok sasaran dan masyarakat sekitar terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan.


(1)

mikrokredit perlu diperpanjang agar mitra mempunyai keleluasaan untuk mengembangkan usaha tentunya dengan bimbingan manajemen MM-DD, dan untuk tindak lanjut pinjaman mikrokredit berupa pemberdayaan UMKM yang dilakukan MM-DD perlu membenahi kepengurusan. PM hendaknya menyesuaikan besar pinjaman sesuai dengan yang ditetapkan pada petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, mempercepat peminjaman serta mengontrol setiap jenis usaha saja yaitu pedagang dan untuk menghindari persaingan mitra sendiri dalam meningkatkan pendapatannya. Untuk mendukung keberhasilan program tersebut perlu ditetapkan

usaha perubahan perilaku mitra dan masyarakat umum kearah yang mendukung pencapaian tujuan program. Upaya tersebut antara lain penyuluhan di bidang kesehatan (narkoba), melaksanakan studi banding atau karya wisata antar mitra mandiri binaan khususnya untuk program Urban. Untuk mendukung kelancaran program perlu ditingkatkan peran kepala desa dan ketua kelompok mitra dalam memberikan motivasi, dorongan dan perhatian terhadap mitra dan usahanya, sehingga mitra menjadi lebih bersemangat dan optimis dalam menjalankan usahanya. Pendekatan yang dilakukan kepada mitra dan masyarakat umum lebih

diarahkan pada pendekatan partisipatif dan pendekatan dengan konsep kwirausahaan yang ramah lingkungan, berwawasan industri serta niaga dengan


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrajak R, Miptah, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Program Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Depok, 2007)

Asdar, M., Strategi Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Untuk Mengentaskan Kemiskinan Dan Pengurangan pengangguran, (International Seminar On Ismlamic Economics as a Solution, Medan, 18-19 September 2005)

Bariadi, Lili, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005)

Darmawan, "Cara Islam Mengatasi Kemiskinan" Republika, 8 September 2006 Djatmiko K, Hery, Lapak-Lapak Metropolitan, (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2006) Ginting, Meneth, Kontribusi Penyuluhan Pembangunan Dalam Mendukung

Pelaksanaan Otonomi Daerah, (Bogor: Pustaka Wirausaha Muda, 1999)

Gulo, W., Metodologi Penelitian, (PT. Grasindi: Jakarta, 2005) Hunger, J. David dkk, Manajemen Startegis, Terj. Julianto Agung, (Yohyakarta:

Andi, 2003)

Hendi, Ekonomi Pemberdayaan Umat, http//: hendi45.blogspot.com. di akses pada tanggal 28 Agustus 2008


(3)

Irawan, Andi, dkk., Kewirausahaan UKM; Pemikiran dan Pengalaman", (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) Ismawan, Indra, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001)

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Gramedia Pustka Utama: Jakarta, 1998)

Kusmono, Gugup, Manajemen Lanjutan, (Jakarta, Karunika Universitas Terbuka, 1997)

Keegan, Warren J., Manajemen Pemasaran Global,Terjemah Alexnader Sindoro & Tanty Tarigan, Syahlena, MM., (Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia, 2003), edisi 6

Mardikanto, Totok, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Suarakarta: Univ. Sebelas Maret, 1993)

Marzuki, Paradigma Baru Ilmu Penyuluhan Pembangunan Dalam Pemberdayaan Masyarakat, (Lampung: Univ. Muhammadiyah, 1997)

Mubyarto, dkk, Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal, (Yogyakarta: Aditya Media, 1994)

Murniati, Sri, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," (Skripsi S1 Program Studi manajemen Perbanklan Syariah STEI SEBI, Jakarta 2007)

Mintarti, Nana, dkk, Panduan Program Umum dan Teknis, cet. Ke-2, (Masyarakat Mandiri, 2008)


(4)

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kulaitatif, cet. Ke-18, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004)

Mansur, Strategi Baru Untuk Kemiskinan, (ucuy.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 Maret 2008)

, Imam , Mulyana Mengupas ( , Konsep Strategi com . shvoong . id . www diakses pada ,

tanggal 2 April 2008)

Nawawi, Hadaari, Manajemen Stategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press 2003), cet. 2

Pamudji, Otok, S., Menuju Pendekatan Pembangunan Yang Partisipatif, (Buletin Bina Swadaya, No. 11 Tahun V, 1997)

Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. (Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999)

Pramiyanti, Alila, "Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM", (Yogyakarta: Media Presindo, 2008)

Rangkuti, Freddy, Abalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006)

RS, Ishak, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, www.dekopin.com., di akses pada tanggal 29 Agustus 2008

Sinkhonze, W. B., The Role Of Extention in Farmer Education and Information Dissemination in Swaziland, (German: Institute for International Cooperation Of The Geman Education Assosiation, 1999)


(5)

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafaindo Persada, 1990)

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta: Bandung, 2005) Stainer, George & John Minner, Manajemen Strategi, (Jakarta : Erlangga, 2004) Slamet, Rokhmad, Seminar Akademik Program BBA Jakarta Institute of Manajemen

Studies, (Jakarta: 24 Maret, 2001)

Suharto, Edi, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Spektrum Pemikiran), (Lembaga Studi Pembangunan STKS: Bandung, 1997)

Sumodiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial, (Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1999)

Umar, Husein, Strategic Management in Action, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005)

www.masyarakatmandiri.org, (diakses pada tanggal 25 Juni 2008)

http//: azwarti.blogspot.com, (diakses pada tanggal 2 Agustus 2008) id . go . depsos . www ) 2008 Juli 25 di akses pada tanggal (

,


(6)