3. Dampak Religius
Dampak dari pelaksanaan program MM-DD terhadap mitra-mitra berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Menurut Gini dalam Mardikanto
1993
92
mengemukakan bahwa ukuran kualitas SDM tersebut adalah kesehatan mental yang hubungannya dengan kepercayaan agama.
Dampak religius atau keagamaan dari Program Pemberdayaan yang dilakukan MM-DD mengarah pada tingkat kesadaran mitra akan kegamaan.
Dalam meningkatkan pengetahuan keagamaan, PM selalu memberikan pembinaan terutama melalui rapat atau pertemuan induk disamping pertemuan
kelompok, yaitu dengan penyampaian ceramah-ceramah keagamaan. Materi- materi keagamaan oleh PM sudah banyak dijalankan oleh mitra. Seperti yang di
sampaikan Bapak Mardiono,
“Kita itu setiap mengikuti pertemuan rutin selalu di buka dengan Ikrar mitra, terus ceramah keagamaan baik oleh mba leni maupun sama Bapak Malik, dan selalu di tutu
dengan Doa, dan Alhamdulillah kegiatan itu terasa banget oleh saya dalam kehidupan sehari-hari.”
93
Berbeda lagi dengan penuturan Ibu Irma:
“Saya sudah melaksanakan materi Mba Ln, karena membuat cerdas otak dan hati merasa tentram.”
94
92
Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Suarakarta: Universitas. Sebelas Maret, 1993, h. 45
93
Mardiono 39 tahun, pedagang ketupat sayur, wawancara bersifat pribadi, Bidaracina 4 November 2008
94
Irma Suryati 38 tahun, Pedagang Jajanan, Wawancara bersifat Individu, Bidaracina 15 Oktober 2008
Jika dilihat lebih dalam lagi bahwa kemajuan mitra dalam pengetahuan agama masih dalam taraf kesadaran. Untuk aktivitas atau pelaksanaan dan
penerapan dalam kehidupan sehari-harinya masih dianggap kurang. Seperti yang dikatakan Ibu Muniroh,
“Ya saya merasa masih banyak kekurangan disana-sini kalau masalah agam, saya hanya sedikit-sedikit saja apa yang suka di sampaikan kalau ada pertemuan-pertemuan, kaya memakai
kerudung, dan saya juga melihat dari temen-temen saya di kelompok ya begitu juga,”
95
Kondisi ini pun diperkuat oleh salah satu tetangga mitra yang penulis konfirmasi untuk memperkuat kekuatan analisa ini. Sebagai contoh, tetangga
mitra Bapak Paino yang rumahnya bersebelahan:
“Ya gimana ya..saya jarang melihat bapak Pn ikut berjamaah di mesjid, tapi mungkin karena dia berdagang kali ya, tapi saya juga sekali-kali liat dia ikut jamaah, tapi masih jarang
gitu..tapi kalau ada pengajian bulanan dia suka ikut, kalau diminta sumbangan juga dia suka ngasih..alhamdulillah,”
96
Terkait dengan infak shadaqah yang merupakan salah satu indikator pencapaian dari program yang kemudian diterapkan dalam program Masyarakat
Mandiri yaitu membiasakan mitra untuk berinfak dan shadaqah. Hampir semua mitra mengatakan sepakat dengan program Masyarakat Mandiri tentang infak
dan shadaqah. Program infak dan shadaqah yang ada pada program Masyarakat Mandiri merupakan salah satu cara untuk menghimpun dana dari mitra untuk
kemudian dipakai dana- dana sosial. Seperti ketika terjadi banjir di daerah
95
Muniroh 37 tahun, pedgag jajanan, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 4 November 2008
96
Karim 46 tahun, salah satu staf di Kelurahan Desa Bidaracina, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 4 November 2008
bidaracina, maka dana itu dipakai untuk membantu masyarakat. Selain itu juga program infak dan shadaqah ini merupakan pembelajaran bagi mitra untuk
membiasakan diri dalam berbagai kepada sesama yang membutuhkan. Pembelajaran ini sering disampaikan dalam pertemuan-pertemuan rutin mitra 2
minggi sekali. Pengalaman ini disampaikan pula oleh salah satu mitra:
“Saya akan ngasih kalau memang saya lagi ada, ya kalau di MM kan kita harus dibiasakan untuk saling berbagi. Kalau kata mba Leni kan harta kita ini cuma titipan aja, kita
hanya diberikan amanat aja untuk mengelola harta yang ada pada kita, jadi harta yang ada pada kita itu ada hak orang lain yang membutuhkan.”
97
Mt, Bidaracina, November 2008
Maka kemudian menjadi sebuah catatan, bahwa program yang dijalankan Masyarakat Mandiri sudah mencapai tahap kesadaran dan juga mulai mampu
diterapkan oleh mitra dalam kehidupan sehari-hari walaupun belum secara menyeluruh.
97
Muthalib 39 tahun, pedagang gorengan, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 4 November 2008
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis telah berhasil menemukan beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan pada penulisan
skripsi ini: 1.
Dompet Dhuafa sebagai sebuah lembaga yang menjaring dana-dana Zakat, Infak dan Shadaqah dari masyarakat turut berperan aktif dalam mengatasi
kondisi sosial masyarakat dalam bidang kesejahteraan ekonomi yang tidak merata salah satunya dengan mendirikan Lembaga Nirlaba Syariah
Masyarakat Mandiri pada tahun 2000. 2.
Strategi yang diterapkan pada program MM-DD dalam melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya pada economic development
meliputi: a. Strategi utama yang terdiri:
1 Pembentukan kelompok secara partisipatif
2 Penguatan kapasitas SDM secara komunitas
3 Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif
4 Pengembangan kelembagaan secara komunitas
b. Strategi pendukung berupa: 1
Pembinaan keislaman atau keagmaan