Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja baca: siswai 1 adalah suatu periode dalam kehidupan manusia yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Suatu masa di saat seseorang harus banyak belajar mengenai berbagai segi kehidupan. Pengalaman dan penghayatan seseorang mengenai dirinya sendiri, lingkungan fisik-sosial-budaya di sekitarnya, selama masa remaja ternyata merupakan elemen kepribadian yang cukup mendasar dan sangat menentukan perilakunya kelak bila ia telah dewasa. Menginjak masa remaja terlihat terjadi perubahan-perubahan pada tubuh seorang anak. Perubahan bentuk ini dibarengi dengan perubahan struktur dan kemudian perubahan fungsi. Masa remaja merupakan fase di mana seseorang memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba, dan diakui eksistensinya di masyarakat. Sehingga mereka sering kali melakukan eksperimen dengan apa yang mereka rasa itu penting bagi dirinya walaupun hal tersebut terkadang bertentangan dengan norma umum yang berlaku. Perubahan dan perkembangan itu sering menimbulkan kegoncangan dalam dirinya. Dalam pergaulan sehari-hari ia tidak lagi diterima dalam dunia anak-anak. Di pihak lain ia juga belum diakui sebagai anggota masyarakat dewasa. Di saat- saat demikian diperlukan bimbingan dan arahan yang bijaksana dari para orang 1 Dari sudut umur, sulit untuk menentukan secara pasti siapa yang dianggap sebagai remaja. Akan tetapi, lazimnya masyarakat berpendapat bahwa ada golongan remaja muda dan golongan remaja lanjut. Golongan remaja muda early adolescence adalah para gadis berusia 13 sampai 17 tahun. Sedangkan bagi laki-laki, yang disebut remaja muda, berusia 14 sampai 17 tahun. Soerjono Soekanto, “Kehidupan Remaja dan Masalahnya dalam Mengenal dan Memahami Masalah Remaja,” Jakarta: Pustaka Antara, 1996, Cet. Ke-4, h. 9. tua dan guru, agar para remaja tidak canggung, tidak merasa ketakutan dan cemas untuk menjalani pengalaman baru dalam kehidupannya yang penuh dengan hal- hal yang masih asing baginya. Terutama kehidupan yang sifatnya merusak. Sebab remaja merupakan harapan masyarakat, agama dan negara di masa depan sebagai generasi penerus perjuangan. Di antara persoalan remaja yang sering kali muncul pada usia-usia tertentu adalah masalah yang datang dari berbagai faktor, baik dari keluarga tertekan karena banyak aturan yang mengusik kebebasannya, lingkungan berteman dengan teman yang kurang baik, maupun dari sekolah tempat mereka dididik melanggar norma yang ditetapkan sekolah karena ingin tampil beda, sehingga hal ini membuat perkembangan diri mereka terganggu. Para orang tua atau guru tentu akan merasa direpotkan dengan sikap sang anak yang selalu membuat ulah. Seorang siswai yang selalu membuat masalah dalam lingkungan sekolah misalnya, di mana tindakannya tersebut dapat berdampak buruk pada nama baik keluarga dan almamater sekolahnya sendiri. Hal ini bisaanya disebabkan seorang siswai atau anak didik yang selalu mewarnai kehidupannya dengan gaya hedonisme, mencari kesenangan sendiri, tindakan yang tidak dipikirkan dengan baik akibatnya, serta perhatian orang-orang disekitarnya. Terkadang persoalan ini juga disebabkan karena kurangnya kontrol dan bimbingan orang tua atau guru kepada sang anak. Masalah yang dibuat oleh seorang siswai bisaanya direfleksikan lewat tingkah laku dan sikap yang kurang sopan, kasar, menentang, tidak suka melihat orang senang, serta membantah perintah tertentu, dan cenderung berbuat sesuatu sesuai kehendak hatinya. Seorang siswai yang bermasalah sangat berhubungan erat dengan kadar atau tingkat emosi dan kesadarannya. Dalam hal ini boleh jadi seorang siswai tetap merasa gelisah sekalipun segenap keinginannya telah terpenuhi atau terus berusaha menyampaikan keinginan yang lain. Masalah seorang siswai kadang terjadi secara wajar dan kadang terjadi secara tidak wajar. Siswai yang ada di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu 2 Al-Madinah, Bogor merupakan sekumpulan remaja heterogen yang memiliki kehidupan sangat dinamis dan penuh dengan gejolak berikut permasalahan yang dihadapinya masing-masing. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa remaja, di mana masa remaja merupakan masa ingin tahu seseorang sangat besar dan labil. 3 Pada masa inilah seorang remaja banyak mengalami berbagai persoalan, baik problem fisik, psikis, maupun sosial. Bisaanya masa perkembangan ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi remaja sendiri, melainkan juga bagi orang tua, guru, dan masyarakat. 4 Ketika siswai tersebut mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan yang dalam prosesnya mengalami interaksi, saling mempengaruhi antara kemampuan dasar berupa pembawaan dengan kemampuan yang diperoleh, yaitu kemampuan hasil berlajar atau pengaruh lingkungan. H.M. Arifin menegaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia adalah kemampuan dasar dan ajar. 5 Masa remaja memang merupakan masa yang sangat indah. Karena masa ini merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju kedewasaan, yang dituntut segala sesuatu dapat dijalankannya dengan 2 Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Selanjutnya akan disingkat SMAIT. 3 Masa remaja ini biasanya sering juga disebut oleh masyarakat sebagai masa puber. 4 Muhibbib, Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,” Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-6, h. 51-52. 5 Arifin, “Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohani Manusia,” Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997, h. 69. cara arif dan bijaksana. 6 Untuk melakukan hal tersebut tentunya sebagai pijakan awal mereka adalah bercermin pada lingkungan, terutama lingkungan keluarganya. Karena rumah merupakan al-madrasatu al-ula, dan orang tua merupakan guru pertama yang diharapkan dapat membimbing mereka. Di zaman sekarang ini seringkali kita temukan kalau pendidikan seorang anak diserahkan kepada seorang pembantu. Inilah kemudian yang menjadi salah satu penyebab mengapa seorang anak memiliki karakteristik berbeda dengan orang tuanya. Dan ini juga merupakan pola pendidikan yang kurang diperhatikan orang tua kepada anaknya. Karena itu jangan heran jika dalam perkembangannya seorang anak tumbuh tidak sesuai dengan harapan. Institusi-institusi pendidikan baik yang formal maupun non formal hendaknya dapat menghubungkan antara pendidikan dan pengajaran yang membina mental para siswai agar mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang sehat 7 dan tidak mudah goyah oleh usaha-usaha pengaruh yang kurang baik dari luar dirinya. Untuk itu, dalam hal ini, para penyuluh dan pembimbing harus mempunyai metode yang efektif dan menjadi teladan yang baik bagi mereka. Sebab, tanpa adanya keteladanan mereka semua tidak akan mungkin dapat meniru dan membedakan mana sesuatu yang baik dan mana sesuatu yang buruk dalam lingkungan sekolahnya. Pentingnya bimbingan dan penyuluhan bagi siswai adalah agar dapat menekan pengaruh kelakuan-kelakuan yang tidak baik baginya, serta menolong meluruskan siswai yang memiliki gejala-gejala moral yang kurang berkenan di hati masyarakat, orang tua, dan lingkungannya. Pada dasarnya unsur yang 6 Zakiah Derajat, “Ilmu Jiwa dan Agama,” Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991, h. 69. 7 Bila ditinjau secara psikologi, menurut Yaumil Agoes Achir, maka remaja yang sehat adalah mereka yang selain sehat tubuhnya, juga sehat mentalnya. terpenting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama, moral, dan sosial yang diperolehnya. Jika dari masa kecil mereka sudah dapat pemahaman tentang nilai-nilai tersebut, maka kepribadian mereka akan memancarkan atau menunjukkan tingkah-laku yang baik. Pada usia perkembangan dan pertumbuhan, agama misalnya, akan menjadi pakem mereka dalam melakukan suatu tindakan jika diajarkan secara intensif mulai sejak dini. Ahli jiwa membuktikan bahwa salah satu akibat terjadinya gangguan jiwa adalah ketidakberhasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya, hal ini akan menyebabkan timbulnya perasaan gelisah dan terganggunya kestabilan emosi seseorang. 8 Karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memberikan bimbingan yang intensif rohani dan jasmani agar aspek jiwa siswai kokoh dan istiqomah . Remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya sebagai seorang remaja. Jarang kita temukan remaja yang berkembang mulus tanpa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut timbul antara lain karena remaja sendiri tidak memahami betul berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya, baik perubahan yang menyangkut segi kebutuhan maupun segi sosial kejiwaan. Bagi kebanyakan remaja, pencarian jati diri merupakan kegiatan yang panjang dan serius, sekalipun tidak semua remaja akhirnya dapat menemukan suatu cita diri yang benar, tepat, dan sehat. Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka diperlukan metode bimbingan dan penyuluhan yang tepat terhadap siswai yang mempunyai masalah. Kalau kita menganalogikan sosok individu sebagai kertas putih yang kosong seperti yang dikatakan oleh John Lock tentang teori Tabula Rasa-nya, maka individu maupun 8 Yusak Burhanuddin, “Kesehatan Mental,” Bandung: CV. Pustaka Sejati, 1999, h. 92. kelompok yang ingin mencoretnya haruslah mereka yang memiliki kepribadian yang lurus dan baik. Dalam urusan bimbingan dan pengarahan memang yang memiliki peran utama adalah orang tua, tetapi dalam konteks pendidikan, maka sekolah pun memiliki peranan penting yang sama. Setiap sekolah memang menerapkan metode bimbingan yang berbeda- beda. Hanya saja, jangan sampai unsur agama mereka lupa terapkan agar pertumbuhan mental dan spiritual seorang siswai bisa lebih baik lagi. Oleh karena itu, sangatlah penting menerapkan nilai-nilai agama dalam bimbingan dan penyuluhan di dunia pendidikan, agar pada siswai dapat tumbuh dengan sehat dan seimbang. Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk membahas persoalan ini secara mendalam di SMAIT Al-Madinah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan dan Penyuluhan Dalam Menangani Siswai Bermasalah Di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah