Uji Disolusi In vitro

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sistem dimana pelepasan zat aktif bergantung pada konsentrasi di dalamnya Koester, Ortega, Mayorga, dan Bassani, 2004. Profil kinetika orde satu ini misalnya dapat dijumpai pada bentuk sediaan farmasetik yang berisi obat larut air dalam matriks berpori Mulye dan Turco, 1995, dimana obat yang terlepas sebanding dengan jumlah obat mula-mula dalam sediaan Mouzam et al., 2011.

2.3.3. Kinetika Model Higuchi

Higuchi mendeskripsikan pelepasan obat yang terdispersi dalam matriks tidak larut air sebagai proses difusi. Pelepasan obat yang mengikuti mekanisme difusi terdapat hubungan linear antara jumlah obat yang dilepaskan terhadap akar waktu, yang berarti bahwa pelepasan zat aktif dipengaruhi oleh waktu, sehingga semakin lamazat aktif akan dilepaskan dengan kecepatan rendah yang disebabkan oleh jarak difusi zat aktif semakin panjang Siepmann Peppas, 2001; Banakar, 1992. Jika plot akar waktu terhadap jumlah kumulatif obat terdisolusi menghasilkan garis lurus dan slopenya K H 1 atau lebih dari 1, pelepasan obat dan bentuk sediaan khusus diasurnsikan mengikuti kinetika Higuchi Mouzam et al., 2011.

2.3.4. Kinetika Model Korsmeyer-Peppas

Korsmeyer menurunkan hubungan sederhana yang mendeskripsikan pelepasan obat dari sistem polimer. Dalam menemukan mekanisme pelepasan obat, data pelepasan obat 60 yang pertama dimasukkan dalam persamaan Korsmeyer-Peppas. Persamaan Korsmeyer-Peppas diperoleh dari plot log persen obat terdisolusi sebagai fungsi log waktu Dash et al., 2010. Pada persamaan Korsmeyer-Peppas, harus diperhatikan nilai n eksponen pelepasan yang menggambarkan mekanisme pelepasan. Untuk sediaan dengan matriks silindris seperti tablet, hubungan n dengan mekanisme pelepasan obat dapat dilihat pada tabel 2.6. 17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.6. Hubungan Eksponen Pelepasan n dengan Mekanisme Pelepasan n eksponen pelepasan Mekanisem Pelepasan 0,45 Fickian diffusion 0,45 n 0,89 Anomalous non-fickian transport 0,89 Super case-II transport [Sumber: Shoaib, Merchat, Tazeen, dan Yousuf, 2006] Kinetika Korsmeyer Peppas bergantung nilai n. Untuk tablet dengan matriks silindris, jika nilai n0,45 maka pelepasan obat terjadi berdasarkan mekanisme difusi fickian. Akan tetapi jika 0,45n0,89 maka pelepasan obat berdasarkan difusi non-fickian atau anomali, yang menggambarkan pelepasan obat dikendalikan oleh gabungan difusi dan erosi. Jika nilai n = 0,89 maka mekanisme pelepasan obat mengikuti orde nol atau disebut juga case II transport, yang menggambarkan pelepasan obat terjadi akibat erosi polimer matriks. Jika n0,89 maka pelepasan obat disebut dengan mekanisme pelepasan obat disebut dengan mekanisme super case II transport Shoaib, Merchant, Tazeen, dan Yousuf, 2006. Pada sediaan dengan pelepasan dimodifikasi, terdapat aturan untuk menyatakan jumlah obat terlarut dengan penggunaan sediaan suatu obat yang dihubungkan melalui frekuensi atau interval pemberian obat, yaitu seperti ditunjukkan pada Tabel 2.7. Kriteria penerimaan uji disolusi untuk tablet lepas terkendali adalah sebagai berikut Banakar, 1992: 1. Pada waktu yang setara dengan 0,25 D : 20-45 terlarut Q0,25 2. Pada waktu yang setara dengan 0,5 D: 45-75 terlarut Q0,5 3. Pada waktu hingga 1,0 D : tidak kurang dari 75 terlarut Q1,0 Dimana D adalah frekuensi dosis lazim yang tertera pada label atau interval pemberian dosis. Tabel 2.7. Syarat Obat Terlarut Sediaan Lepas Terkendali Q Persen Obat Terlarut Q 0,25 20–45 Q 0,5 45–75 Q 1,0 75 19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.3. Farmakokinetik

Teofilin [3,7-dihidro-1,3-di-metilpurin-2,6-1H-dion] atau 1,3- dimetilxantin salah satu obat yang memiliki indeks terapi sempit yaitu 8-15 mgL darah. Potensi toksisitasnya telah diketahui berhubungan dengan kadar teofilin utuh dalam darah yaitu 20 mgL Dollery, 1991. Rasio ekstraksi hepatik teofilin termasuk rendah, yakni 0,09 Shargel, Wu-Pong Yu, 2005, oleh karena itu, efek potensialnya ditentukan oleh keefektifan sistem oksidasi sitokrom P450 di dalam hati Dollery, 1991. Menurut Rahmatini,dkk. 2004 teofilin dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar sitokrom P450 CYP 1A2. Teofilin diabsorbsi dengan cepat dan sempura, sehingga kadar puncak serum dicapai kira-kira hanya 1-2 jam setelah penggunaan oral. Volume distribusinya mencapai 0,5 Lkg dan mengikuti model 2 kompartemen. Pada berat badan ideal, klirens teofilin rata-rata 0,04 Lkghari. Tetapi, sebenarnya angka ini sangatlah bervariasi karena banyak hal yang dapat meningkatkannya, seperti kondisi obesitas, merokok, diet dan penyakit hati. Begitu juga dengan t 12 nya, dimana pada pasien dewasa mencapai 8 jam Winter, 2004.

2.4.4. Dosis dan Cara Pemberian Obat

Sediaan lepas lambat teofilin diberikan dengan cara: 1 Sediaan dalam bentuk kapsul lepas lambat dapat dibuka dan dapat dicampurkan dengan makanan yang lunak dan tidak panas, misalnya: puding, telan segera dan jangan dikunyah, tidak direkomendasikan untuk membagi-bagi isi kapsul. 2 Jangan memecah atau mengunyah sediaan lepas lambat. 3 Untuk menjaga konsistensi kadar obat dalam darah, sediaan lepas lambat harus selalu diminum sebelum makan, atau selalu setelah makan. Dosis pemeliharaan untuk teofilin non-sustained release adalah 200-300 mg, 3-4 kali sehari atau 200-400mg, 2 kali sehari untuk sediaan sustained released Winter, 2004.

2.4.5. Efek Samping

Efek samping teofilin merupakan kelanjutan dari efek farmakologik. Pada kadar serum sekitar 10 μ gml yang merupakan efek terapi, pada beberapa 20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta orang telah timbul efek samping ringan seperti mual, kadang- kadang muntah atau sakit kepala. Pada kadar di atas 15 μ gml efek samping menjadi lebih berat, seperti takikardi, sedangkan di atas 20 μ gml dapat terjadi konvulsi Sukasediati, 1988. Efek samping terpenting berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada dosis berlebih terjadi efek-efek sentral gelisah, sukar tidur, tremor,dan konvulsi dan gangguan pernafasan, juga efek kardiovaskuler seperti takikardia, aritmia, dan hipotensi. Anak kecil sangat peka terhadap efek samping teofilinTjay dan Raharja, 2007.

2.4.6. Stabilitas Penyimpanan

Stabilitas: sediaan eliksir dan tablet atau kapsul lepas lambat harus disimpan dalam suhu 25°C. Jangan gunakan larutan jika terjadi perubahan warna atau terdapat kristal dalam larutan Drug Information Handbook International 2008-2009 2.5. Spektrofotometer 2.5.1. Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometer serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah inframerah dekat 780-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5-40 μ m atau 4000-250 cm -1 Ditjen POM, 2014. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom dengan elektron-n yang menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif Satiadarma, dkk., 2004.