Uji Disolusi Sediaan Lepas Lambat Teofilin

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π → π, yang menyerap pada panjang gelombang maksimum kecil dari 200 nm, misalnya pada C=C dan –C ≡ C–. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem konjugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar Dachriyanus, 2004. Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH2, -Cl, dan –OCH3 yang mempunyai elektron-elektron valensi bukan ikatan memberikan transisi n → π disebut gugus auksokrom yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar pergeseran batokromik dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif dimasukkan ke dalam molekul dam bila pelarut berubah dari non-polar ke pelarut polar Dachriyanus, 2004; Rohmandan Sudjaji, 2007. Menurut Rohman dan Sudjaji 2007, hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektofotometri ultraviolet adalah: 1. Pemilihan panjang gelombang Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu : a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. b. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. 22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal. 2. Pembuatan kurva baku Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi.Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi merupakan garis lurus. 3. Pembacaan absorbsi sampel atau cuplikan Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 Rohman dan Sudjaji, 2007.

2.5.2. Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi banyak molekul zat. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambart-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan: A = a.b.c gliter atau A = ε.b.c .......................................................... 2.3. Keterangan : A = serapan tanpa dimensi a = absoptivitas g -1 cm -1 b = ketebalan sel cm C = konsentrasi g.l -1 ε = absorptivitas molar M -1 cm -1 Jadi dengan Hukum lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.