Kinetika Model Higuchi Kinetika Model Korsmeyer-Peppas

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Formulasi Sedian Padat, Laboratorium Farmakologi, dan Laboratorium Peneltian II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari bulan Maret hingga Mei 2015.

3.2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat disolusi Erweka, spektrofotometer UV-Vis Hitachi, termometer Erweka, pH- meter Horiba, timbangan analitik Precisa, magnetic stirer Nuova Strirer, mikropipet 100-1000 μ l Bio Rad, spuit injeksi 5 ml Terumo, membran filterukuran 0,45 μ m Sartorius, dan alat-alat gelas skala laboratorium.

3.3. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teofilin standar PT.Kimia Farma, dua merk tablet lepas lambat teofilin dengan pendosisan setiap 12 jam Apotek K, Ciputat, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, asam klorida, kalium klorida, dan aquadest. 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Pemilihan Sampel Sampel obat yang diteliti adalah tablet lepas lambat teofilin dengan pendosisan setiap 12 jam yang beredar di masyarakat. Kriteria pemilihan sampel berdasarkan tahun kadaluwarsa yang sama dan berasal dari Apotek yang sama. 25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Teofilin

Penentuan panjang gelombang maksimum teofilin dilakukan dengan menggunakan tiga jenis pelarut, yaitu dalam pelarut NaOH 0,1 N, dapar HCl pH 1,2, dan dapar fosfat pH 6,0. Teofilin ditimbang seksama sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam 100 ml pelarut, sehingga diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 500 ppm. Dari larutan induk ini, dibuat larutan 50 ppm dengan mengambil 5 ml dan diencerkan dengan pelarut hingga 50 ml. Dari larutan 50 ppm kemudian dibuat larutan 12 ppm dengan mengambil 2,4 ml dan diencerkan dengan pelarut hingga 10 ml. Larutan diamati absorbansinya dengan spektrofometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-200 nm dan ditentukan panjang gelombang maksimumnya Mariyam, R., 2011, telah diolah kembali.

3.4.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Teofilin

Pembuatan kurva kalibrasi teofilindilakukan dengan tiga jenis pelarut, yaitu pelarut NaOH 0,1 N, dapar HCl pH 1,2, dan dapar fosfat pH 6,0. Kurva kalibrasi dibuat dengan larutan teofilin dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm, 16 ppm, 18 ppm, dan 20 pmm, yaitu dengan cara mengambil 0,2 ml; 0,4 ml; 0,8 ml; 1,6 ml; 2,4 ml; 3,2 ml; 3,6 ml; dan 4ml dari larutan teofilin 50 ppm; masing-masing diencerkan dengan pelarut hingga 10 ml. Masing-masing larutan diukur serapannya dengan spektrofotometer UV- Vis pada panjang gelombang 274,4 nm untuk pelarut NaOH 0,1 N, panjang gelombang 269,8 untuk pelarut dapar HCl pH 1,2, dan panjang gelombang 271,2 nm untuk pelarut dapar fosfat pH 6,0; kemudian dibuat kurva regresi linear antara kadar teofilin dan serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = a + bxMariyam, R., 2011, telah diolah kembali.

3.4.4. Penetapan Kadar Tablet Teofilin Lepas Lambat

Ditimbang 20 tablet teofilin lepas lambat dan dihitung berat rata-ratanya. Tablet diserbukkan, ditimbang setara lebih kurang 100 mg teofilin kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N hingga garis batas. Larutan dikocok hingga larut dan disaring. Dari filtrat hasil 26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penyaringan diambil 1 ml, kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga 100 ml. Larutan ini mengandung kurang lebih 10 µgml teofilin ±10 ppm. Serapan larutan diukur pada panjang gelombang 274,4 nm Ditjem POM, 1995, telah diolah kembali. Penetapan kadar ini dilakukan tiga kali. Tiap tablet teofilin lepas lambat mengandung tidak boleh kurang dari 90,0 dan tidak boleh lebih dari 110,0 teofilin anhidrat dari jumlah teofilin yang tertera pada etiket USP XXX,2007.

3.4.5. Keseragaman Sediaan Tablet Teofilin Lapas Lambat

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Untuk penetapan keseragaman sediaan dipilih tidak kurang dari 30 satuan Ditjen POM., 1995 a. Keragaman bobot Sebanyak 10 tablet lepas lambat teofilin ditimbang seksama satu per satu, dan bobot rata-rata dihitung. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh, jumlah zat aktif dalam masing-masing 10 tablet dihitung dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. b. Keseragaman kandungan Sebanyak 10 tablet lepas lambat teofilin ditetapkan kadarnya satu per satu dengan menggunakan prosedur penetapan kadar. Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif 10 satuan sediaaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 90 hingga 110 dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6. Jika satu satuan terletak di luar rentang 90 hingga 110 seperti yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6 atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, uji 20 satuan tambahan dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih 27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari 1 satuan dari 30 terletak di luar rentang 75 hingga 125 dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 7,8.

3.4.6. Uji Disolusi Tablet Lepas Lambat Teofilin

Uji disolusi tablet lepas lambat teofilin dilakukan sesuai cara yang tercantum dalam The United States of Pharmacopeia XXX USP XXX berdasarkan tes 1, karena di dalam Farmakope Indonesia edisi IV belum tercantum prosedur uji disolusi tablet lepas lambat teofilin. Uji disolusi tes 1 dilakukan menggunakan alat uji disolusi tipe 2 tipe dayung pada suhu 37° ± 0,5°C dengan kecepatan 50 rpm selama 8 jam. Uji disolusi dilakukan pada media 900 ml larutan dapar HCl pH 1,2 selama 1 jam pertama kemudian dilanjutkan pada medium 900 ml larutan dapar fosfat pH 6,0 selama 7 jam berikutnya. Larutan dapar HCl pH 1,2 dimasukkan ke dalam enam wadah disolusi dan dibiarkan hingga suhu 37 ± 0,5 C. Dari masing-masing tablet lepas lambat teofilin obat A dan B, diambil enam tablet dan dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi larutan dapar HCl pH 1,2. Setelah satu jam, medium disaring dengan kertas saring berukuran 0,45μ m sehingga partikel yang belum larut dapat tersaring dan meminimalisir kadar yang hilang akibat pergantian medium. Tablet dan partikel yang tersaring kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi larutan dapar fosfat pH 6,0 yang suhunya 37 ± 0,5 C dan didisolusi selama tujuh jam. Proses pengambilan cuplikan sampel dilakukan pada menit ke 15, 30, 45, 60, 120, 240, 300, 360, 420, dan 480 sebanyak 5 ml dengan menggunakan spuit yang sebelumnya telah dikalibrasi.Setelah pencuplikan sampel dilakukan penggantian medium disolusi, yaitu dengan menambahkan 5 ml medium disolusi ke dalam wadah disolusi dengan menggunakan spuit dan kertas penyaring berukuran 0,45 μ m bekas mencuplik sampel sebelumnya. Sampel yang telah dicuplik disaring dengan memasangkan kertas penyaring ke spuit, sebanyak ±1 ml sampel awal dibuang dan sisanya di tampung di dalam tabung reaksi yang bersih. Kemudian masing-masing sampel dari tiap waktu diencerkan dengan medium HCl pH 1,2 untuk sampel cuplikanjam pertama dan medium fosfat pH 6,0