“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perdagangan yang didasari suka sama suka
diantara kamu sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu” An-Nisa:29
Dan juga terdapat pada surat Al-Baqarah 2 ayat 275:
“…Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” Al-Baqarah :275
2. Pembebanan Biaya
Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang tersebut. Misalnya, ulama mazhab Maliki
membolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan transaksi jual beli itu dan biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun
memberikan nilai tambah pada barang tersebut. Ulama mazhab Syafi’i membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri karena komponen ini termasuk dalam keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang
tidak boleh dimasukan sebagai komponen biaya. Ulama mazhab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang semestinya dikerjakan oleh si penjual.
Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu harus dibayarkan
kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai barang yang dijual.
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat
mazhab sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya
langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak berguna. Keempat mazhab juga membolehkan pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak
ketiga dan pekerjaan itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu harus dilakukan si penjual, mazhab Maliki tidak membolehkan pembebanannya, sedangkan
ketiga mazhab lainnya membolehkannya. Mazhab yang empat sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak menambah nilai barang
atau tidak berkaitan dengan hal-hal yang berguna.
13
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Murabahah merupakan suatu transaksi jual beli, dengan demikian rukun-
rukunnya pun sama dengan rukun jual beli, yaitu: a.
Pihak yang berakad dalam hal ini penjual dan pembeli. b.
Objek yang diakadkan yaitu: 1
Barang yang diperjualbelikan. 2
Harga barang yang diperjualbelikan. c.
Akad atau Shigat yaitu ijab qabul. Adapun syarat-syarat jual beli sesuai rukun jual beli diatas yaitu:
1 Syarat-syarat pihak yang berakad yaitu:
13
Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 114
a Cakap hukum, yaitu baligh dan berakal.
b Sukarela Ridha, tidak dalam keadaan dipaksakan atau terpaksa atau
dibawah tekanan. c
Yang melakukan akad itu adalah 2 dua orang yang berbeda atau tidak sama
14
. 2
Syarat-syarat yang terkait dengan ijab qabul, yaitu: a
Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad. b
Antara ijab qabul serah terima harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
c Tidak menggantungkan klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan
transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang. d
Tidak membatasi waktu, misalnya:”saya jual ini kepada anda dalam jangka waktu 12 bulan. Setelah itu akan jadi milik saya kembali”.
4. Penjadwalan kembali tagihan murabahah