6. Threats ancaman pada BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun meliputi: a.
Belum memiliki legalitas yang bersifat independen dalam hal izin pendirian dan operasional BMT.
b. Sidak kementerian koperasi, atas produk-produk dan jumlah pengurus yang tidak
sesuai dengan peraturan menteri koperasi. c.
Lingkungan kantor yang tidak kondusif d.
Karakter buruk dari nasabah
D. Perlakuan Akuntansi Piutang Murabahah
Sebelum menjelaskan
mengenai perlakuan
akuntansi pembiayaan di atas, penulis terlebih dahulu menjelaskan serta menegaskan prinsip akad transaksi pada BMT Fajar
Shiddiq dan BMT Ta’awun. Hal ini karena perlakuan akuntansi pembiayaan tidak terlepas dari bentuk transaksi-transaksi yang akan dicatat.
Prinsip akad transaksi di atas jika disesuaikan dengan bentuk murabahah dari segi definisi, rukun-rukun serta syarat-syarat transaksinya: dalam pembiayaan murabahah
menurut fatwa DSN, barang yang diperjualbelikan haruslah berupa pesanan dengan dimodali oleh pihak pemilik dana BMT, dan pihak BMT yang membeli barang tersebut
dengan menawarkan terlebih dahulu harga pokok pembelian dan melakukan negoisasi dengan nasabah untuk menyepakati profit marjin murabahah kepada pihak BMT, BMT
dapat mewakilkan pembelian barang kepada nasabah melalui akad taukil. Dalam hal ini, seharusnya pihak BMT tidak boleh langsung menetapkan profit marjin murabahahnya
kepada nasabahnya, melainkan harus ditawarkan dan disepakati bersama.
Apabila ditinjau dari rukun-rukun murabahah, semua rukun sudah sesuai dan terpenuhi oleh pihak BMT, yaitu adanya penjual bai’ BMT, pembeli musytari’
nasabah, barang mabi’, harga tsaman, ijab qabul sighat. Pencatatan akuntansi pemberian pembiayaan akuntansi murabahah kepada nasabah
BMT: apabila ditinjau dari keabsahan transaksi tersebut yang mana sesuai dengan Fatwa DSN nomor 04DSN-MUIIV2000 tertanggal 1 April 2000, yakni jaminan dalam
murabahah diperbolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya, sehingga bank dapat
meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dipegang. Sedangkan mengenai uang muka urbun dalam murabahah di BMT sesuai dengan Fatwa DSN nomor 13DSN-
MUIIX2000, yakni bank diperbolehkan meminta uang muka kepada nasabah sebagai bukti keseriusan nasabah.
Pencatatan akuntansi
pembiayaan murabahah
di BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun pada saat ini mengacu pada PSAK No.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
dan berpedoman pada Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI 2003. BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun menyusun laporan keuangan atas dasar akrual
accrual basis, dimana transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Perlakuan akuntansi murabahah yang diterapkan BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun.
BMT menjual 5 lima unit mesin jahit dengan akad murabahah kepada Tuan Wahyu dengan data sebagai berikut:
Harga perolehan barang : Rp.10.000.000 x 5 = Rp. 50.000.000,00 Margin 20 : Rp. 10.000.000,00
Harga jual barang kepada nasabah : Rp. 60.000.000,00 Urbun : Rp. 10.000.000,00
Piutang murabahah : Rp. 50.000.000,00 Periode murabahah : 20 bulan
Angsuran per bulan : Rp. 2.500.000,00 Perlakuan
akuntansi murabahah
yang diterapkan BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun.
1. Pada saat bank menerima urbun sebagai uang muka dari nasabah, diakui sebagai uang
muka sebesar jumlah yang diterima sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 68. Jurnal akuntansi untuk mengakui urbun sebagai uang muka dari nasabah adalah sebagai
berikut: Tgl Kas Rek. Nasabah
Kewajiban lain-urbun murabahah
Rp. 10.000.000
_ _
Rp. 10.000.000
2. Pada saat perolehan aktiva murabahah.
Pada saat BMT membeli barang dari pemasok yang akan dijual kembali untuk murabahah
maka nilai barang tersebut pada saat diperoleh akan diakui oleh BMT sebesar biaya perolehan. Jurnal untuk mengakui pembelian dari supplier untuk dijual
kembali dalam transaksi murabahah adalah sebagai berikut: Tgl Aktiva
murabahah Kas rek. Supplier
Rp. 50.000.000 _
_ Rp. 50.000.000
Pencatatan jurnal tersebut sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 61. 3.
Pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah maka piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati. Jurnal yang dicatat adalah:
Tgl Piutang murabahah
Aktiva murabahah Margin
ditangguhkan Rp
60.000.000 _
_ _
Rp. 50.000.000 Rp. 10.000.000
Pencatatan jurnal tersebut sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 64. 4.
Pengurangan piutang dengan perhitungan urbun Tgl Kewajiban
lain-urbun murabahah
Piutang murabahah Rp.
10.000.000 _
_ Rp.
10.000.000
5. Pada saat nasabah mengangsur cicilan piutang murabahah.
Bank mengakui keuntungan murabahah kas. Pengakuan porsi pokok dan keuntungan dilakukan secara merata dan tetap selama jangka waktu angsuran. Maka jurnal yang
dicatat adalah:
Tgl Rek. Nasabah
Piutang murabahah Rp.
2.500.000 _
_ Rp. 2.500.000
Margin murabahah ditangguhkan Pendapatan margin
murabahah Rp. 500.000
_ _
Rp. 500.000
Pencatatan jurnal tersebut sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 65. 6.
Pada saat nasabah menunggak angsuran. Atas angsuran yang tertunggak BMT melakukan jurnal atas pengakuan pendapatan
yang telah menjadi haknya, sebagai berikut: Tgl Piutang
murabahah jatuh tempo
Piutang murabahah Marjin murabahah ditangguhkan
Pendapatan marjin murabahah
akrual Rp.
2.500.000 _
Rp. 500.000 _
_ Rp. 2.500.000
_ Rp. 500.000
Sedangkan pada saat nasabah mengangsur tunggakan angsuran atas piutang murabahah
, jurnalnya adalah: Tgl Kasrekening
Piutang murabahah jatuh Rp.
2.500.000 _
_ Rp. 2.500.000
tempo Marjin murabahah akrual
Pendapatan marjin murabahah
kas Rp. 500.000
_ _
Rp. 500.000
Pencatatan jurnal tersebut sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 65. 7.
Pada saat menerima denda dari nasabah yang lalai melakukan kewajibannya, maka denda tersebut diakui sebagai bagian dana sosial sesuai dengan PSAK No. 59
paragraf 67. Misalkan, jika nasabah telat 2 hari membayar angsuran sehingga BMT mengenakan denda sebesar Rp. 5.000,- jurnalnya adalah:
Tgl Kasrekening Dana sosial Ex Penalty
Rp. 5000,-
_ _
Rp. 5000,-
Berdasarkan uraian diatas, jurnal akuntansi yang dilakukan oleh BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun telah sesuai dengan pedoman akuntansi bank syari’ah
yaitu PSAK No. 59 tahun 2002. BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun menerapkan dasar kas cash basis dalam menjalankan operasionalnya, sehingga pelaporan
keuangan sesuai dengan arus keluar masuk kas. Dalam hal pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun menggunakan dasar kas
sehingga penulisan pembayaran piutang murabahah sesuai dengan pendapatan murabahah
yang masuk. Apabila BMT Fajar Shiddiq dan BMT Ta’awun menggunakan dasar akrual acrual basis maka pada setiap bulannya BMT
menuliskan pembayaran piutang terlepas nasabah membayarkan hutangnya atau tidak pada BMT, sehingga pencatatan tidak sesuai dengan kas yang ada.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Strategi yang digunakan untuk pengelolaan dan pengendalian piutang, yaitu dengan cara:
5. Melakukan Restrukturing, yaitu dengan cara merubah nominal angsuran sampai
angsuran pembiayaan lunas, hal ini diberikan kepada nasabah yang usahanya macet dalam jangka panjang.
6. Melakukan Rescheduling, dengan cara merubah nominal angsuran sampai
keadaan usaha nasabah membaik dan kekurangan angsuran akan ditambahkan pada angsuran berikutnya.
7. Melakukan Remedial, yaitu melakukan sita jaminan terhadap jaminan nasabah,
pihak BMT akan menjual jaminan nasabah, apabila terdapat kelebihan dari hasil penjualan setelah dikurangi kekurangan hutang maka BMT akan
mengembalikannya kepada nasabah. 8.
Melakukan Write Off, yaitu penghapusan piutang hal ini dilakukan apabila jumlah jaminan tidak mencukupi kekurangan hutang dan nasabah tidak sanggup
untuk melunasi kekurangannya.
2. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan penagihan piutang adalah: a.
Adanya SDM yang memiliki skill yang baik dalam melaksanakan penagihan piutang pada nasabah.