Tujuan Akuntansi Syari’ah. Asumsi Dasar Akuntansi Syari’ah.

2 Margin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah . 23

4. Tujuan Akuntansi Syari’ah.

Tujuan akuntansi keuangan bank syari’ah yaitu sebagai berikut: a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syari’ah yang berlandaskan pada konsep kejujuran, keadilan, kebajikan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis islami. b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan untuk pengambilan keputusan. c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syari’ah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha 24 .

5. Asumsi Dasar Akuntansi Syari’ah.

Asumsi dasar konsep akuntansi bank syari’ah sama dengan asumsi dasar konsep akuntansi keuangan secara umum, yaitu konsep kelangsungan usaha going concern dan dasar akrual serta pendapatan untuk tujuan penghitungan bagi hasil menggunakan dasar kas 25 . Setelah dikeluarkannya PSAK No. 59 tentang bank syari’ah, maka bagi bank syari’ah, hal ini merupakan suatu kemajuan yang sangat luar biasa, karena dengan 23 PAPSI, h. 34 24 Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syari’ah Berdasar PSAK dan PAPSI, h. 78 25 Ibid , h.79. dikeluarkan PSAK tersebut, bank syari’ah telah mempunyai acuan yang baru dalam membukukan transaksinya. Dalam melakukan pencatatan pendapatan bank syari’ah yaitu menggunakan konsep dasar kas cash basis, sedangkan untuk membukukan beban yang dikeluarkan mempergunakan konsep dasar akrual acrual basis. Yang mendasari hal tersebut adalah adanya “kepastian”, bagi bank syari’ah saat itu dalam membukukan pendapatan mempergunakan konsep dasar kas, karena pendapatan tersebut telah benar-benar diterima. Sedangkan untuk beban yang telah dikeluarkan mempergunakan konsep dasar akrual, karena belum jelas beban tersebut telah pasti dikeluarkan, sehingga bank syari’ah dapat mengatur beban tersebut sesuai dengan manfaatnya 26 . 26 Syofyan Syafri Harahap dkk., Akuntansi Perbankan Syari’ah, Jakarta, LPFE Usakti, 2005, h.18

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya BMT Fajar Shiddiq UJKS KOPPAS Tanah Abang

Bermula dari keinginan untuk menciptakan kebersamaan diantara sesama para pedagang, guna mengatasi persaingan yang kurang sehat, dan rayuan para rentenier serta keinginan yang besar untuk mendapatkan kios tempat berdagang yang layak, maka pada maret 1978, didirikan organisasi pedagang pasar Tanah Abang berbentuk koperasi dengan nama Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang KOPERTA. Dimulai dengan 32 orang anggota. Koperasi dikukuhkan pada tanggal 27 Februari 1979 dengan Badan Hukum No. 1274B.HI27 dengan nama Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang KOPERTA. Pada rapat tahunan tanggal 7 Februari 1988, Kakanwil depkop DKI mensahkan perubahan nama menjadi Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang, disingkat KOPPAS Tanah Abang. Sesuai perkembangan sistem syari’ah yang terjadi di lembaga-lembaga keuangan lainnya, maka KOPPAS pun mengikutinya, karena sistemnya sangat sesuai dengan misi gerakan koperasi. Berdasarkan amanat anggota pada Rapat Anggota Tahunan RAT XXII Tahun buku 2000, tanggal 7 November 2000 dibuka Unit Simpan Pinjam dengan sistem syari’ah dengan nama Baitul Maal wat Tamwil BMT Fajar Shiddiq, pembukaan usaha ini berdasarkan keputusan pengurus No. 541XXIISK.PengX2000. Dengan demikian KOPPAS beroperasi dengan 2 jenis usaha Simpan Pinjam Konvensional dan Syari’ah.