Proses Penerimaan Linen Unit Instalasi

linen disetiap harinya. Setelah itu proses penimbangan linen, pada proses penimbangan disesuaikan dengan kapasitas mesin cuci yang dimiliki oleh instalasi yaitu 7 kg untuk mesin dengan kapasitas 10 kg dan 15 kg untuk mesin dengan kapasitas 20 kg alasan kenapa petugas mengurangi berat dari kapasitas mesin agar dapat bekerja sempurna dan linen mudah dicuci. Setelah dilakukan penimbangan petugas menyesuaikan jumlah berat linen kotor dengan kebutuhan bahan kimia cucian. Sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 3 petugas pencucian linen saat observasi pada proses penerimaan linen menyatakan bahwa, “setiap linen yang diterima dari tiap ruangan dicatat di laundry kami petugas yang nyatet semua linen yang terkumpul, baru nanti ditimbang sambil di pilih linen kotornya terus disesuaikan sama berat mesin cucinya” Penimbangan sesuai dengan kapasitas dimaksudkan untuk menghitung bahan-bahan kimia dalam proses pencucian Depkes, 2004. Proses penerimaan yang dilakukan di RSU X sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dimana petugas sudah melakukan pencatatan linen yang diterima dan juga menimbang linen disesuaikan dengan kapasitas mesin cuci.

5.2.3 Proses Pencucian linen Unit Instalasi

Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan observasi pada proses pencucian. Sebelum linen dicuci petugas memisahkan linen sesuai dengan tingkat kekotorannya linen infeksius dan linen non infeksius setelah itu linen yang sudah ditimbang sesuai dengan kapasitas mesin dimasukan kedalam mesin cuci hanya saja saat observasi peneliti menemukan petugas yang langsung memasukan linen yang terkena feses dan darah ke dalam mesin tanpa melakukan pembersihan di awal pencucian atau tidak direndam terlebih dahulu menggunakan clorine bleach selain itu petugas tidak melakukan pemanasan-desinfeksi pada mesin sebelum melakukan kegiatan mencuci dan pada tahap pencucian yang seharusnya linen infeksius direndam dengan air panas juga tidak dilakukan dikarenakan mesin air panas di instalasi tidak tersedia. Peneliti juga melihat petugas yang mencampur semua jenis bahan kimia cucian seperti deterjen, oksigen dan softener yang seharusnya pemberian softener dilakukan pada tahap terakhir, pada laundry RSU X terdapat skema proses atau tahap pencucian yang terdiri dari tahap I sampai dengan tahap VIII hanya saja dalam prateknya petugas tidak melakukan sesuai dengan skema tersebut mereka beralasan bahwa akan memakan waktu yang lama. Petugas sudah memahami bagaimana proses pencucian linen untuk linen infeksius dan non infeksius sesuai dengan wawancara informan 4 petugas pencucian linen bahwa : “ Kalo yang infeksius terlebih dahulu di cuci ini yang biasa dilakuin gitu kan?.... yang pertama yang infeksius-infeksius itu tadi yg bernoda tahap 1 sampai tahap 3 setelah itu baru yang non infeksius dia Cuma tahap tahap 1 sampai tahap 2 aja. Dia membuang kotoran dulu contohnya darah itu pake alkali sama oksigen tahap kedua itu dibuang baru pake deterjen boleh lah pake alkali sedikit, nah baru yang ketiga pake softener ”