Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
variabel: rasio lancar, rasio cepat, dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas.
Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Bagi penulis, menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas.
2. Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk bahan pertimbangan bagi pihak manajemen yang berkaitan dengan modal kerja.
3. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang akan
melakukan penelitian yang sejenis.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 Kerangka konseptual
2. Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan berdasarkan perumusan masalah adalah: rasio lancar, rasio cepat, dan perputaran modal kerja mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas ROI perusahaan Hotel Internasional Sibayak Berastagi.
Hotel Internasional Sibayak Berastagi
Harta Lancar Hutang Lancar
Modal kerja:
Rasio lancar
Rasio cepat
Perputaran modal kerja
Profitabilitas Variabel
independen
Variabel dependen
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berisi informasi tentang posisi keuangan perusahaan tersebut pada saat tertentu, kinerja dan perubahan
dalam posisi keuangan perusahaan tersebut yang dimanfaatkan oleh para pemakai laporan keuangan untuk memberi penilaian dan mengambil keputusan yang
berhubungan dengan perusahaan. Sundjaja dan Barlian 2002: 68 menyebutkan bahwa “laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuanganaktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data-dataaktivitas tersebut”. Dengan melihat laporan keuangan perusahaan, maka dapat diketahui bagaimana keadaan perusahaan tersebut.
Pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak
internal merupakan pihak pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. Sementara pihak eksternal merupakan
pihak pengambil keputusan yang tidak secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan, tetapi berkaitan dengan hubungan mereka dengan
perusahaan.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Penyajian
laporan keuangan oleh perusahaan dimaksudkan untuk memberikan informasi kuantitatif tentang perusahaan pada suatu periode bagi berbagai pihak, dimana
masing-masing pihak mempunyai kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Karena adanya kepentingan yang berbeda-beda terhadap perusahaan dari masing-
masing pihak tersebut, maka laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dari berbagai pihak yang bersangkutan.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.1 2007: 1.2 menyebutkan bahwa:
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan
pertanggung jawaban stewardship manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:
a aset;
b kewajiban;
c ekuitas;
d pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan
e arus kas.
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
a. Neraca
Laporan ini merupakan laporan yang memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan berupa keseimbangan antara aktiva dan kewajiban serta
modal yang menjadi sumber kekayaan perusahaan tersebut pada saat tertentu. Neraca menurut Djarwanto 2004: 20 adalah ”suatu laporan yang sistematis
tentang aktiva assets, utang liabilities, dan modal sendiri owner’s equity dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu”. Purba 2002: 36 mengemukakan bahwa
”neraca menggambarkan posisi keuangan financial position sebuah perusahaan pada saat tertentu biasanya per 31 Desember setiap tahun. Neraca juga
menggambarkan total investasi total investment dan total pembelanjaan total financing pada saat tertentu”. Dimana total investasi itu disebut aktiva assets
yang letaknya pada sisi kiri dan total pembelanjaan itu disebut pasiva liabilities and equity pada sisi kanan.
Sundjaja dan Barlian 2002: 69 menyebutkan bahwa ”neraca balance sheet adalah laporan mengenai aktiva, hutang dan modal dari perusahaan pada suatu
saat tertentu”. Sementara menurut Stice dan Skousen 2004: 136 yang dikutip dari Statement of Financial Accounting Concepts SFAC aktiva merupakan
”kemungkinan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di
masa lalu”. Dari beberapa pengertian neraca tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
neraca terdiri dari tiga bagian pokok yaitu sebagai berikut:
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
1. Aktiva
Aktiva aset adalah sumber ekonomi yang dimiliki atau dikendalikan oleh suatu perusahaan. Aktiva disebut juga sebagai harta yang dimiliki perusahaan
yang berperan dalam operasi perusahaan. Menurut Djarwanto 2004: 20 ”aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan.” Dimana aktiva ini dapat
berupa kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan tersebut. Djarwanto juga menjelaskan bahwa ”harta kekayaan tersebut harus
dinyatakan secara jelas, diukur dalam satuan uang, dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas”.
Secara garis besar, aktiva dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Menurut Purba 2002: 37 aktiva lancar
adalah ”kas atau yang dapat diubah menjadi dalam waktu kurang dari tahun”. Hal ini juga berarti aktiva mempunyai perputaran kurang dari satu tahun. Sementara
Djarwanto 2004: 25 mengemukakan bahwa ”aktiva lancar mencakup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang dapat diharapkan dapat direalisir
menjadi uang kas, atau dijual, atau dikonsumir selama jangka waktu yang normal biasanya satu tahun”.
Ikatan Akuntan Indonesia 2007: 1.7 mengemukakan bahwa suatu aktiva aset diklasifikasikan sebagai aktiva lancar jika aktiva itu:
a Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
b Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek
dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 dua belas bulan dari tanggal neraca; atau
c Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Aktiva yang tidak termasuk dalam kategori tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Purba 2002: 39 mendefinisikan bahwa aktiva tidak lancar
aktiva tetap adalah ”aktiva yang berumur lebih dari satu tahun buku. Aktiva ini merupakan aktiva jangka panjang”. Purba juga menjelaskan karakteristik dari
aktiva tetap yaitu sebagai berikut:
a. Berumur lebih dari satu tahun
b. Nilai bukunya book value terus berkurang melalui penyusutan
depreciation c.
Memiliki nilai sisa d.
Aktiva yang menghasilkan.
2. Kewajiban
Kewajiban atau disebut juga hutang menunjukkan sumber modal yang berasal dari kreditur. Dimana pihak perusahaan wajib memenuhi tagihan yang berasal dari
pihak kreditur tersebut dalam jangka waktu tertentu. Hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar kas, pemindahan aset lain atau memberikan jasa-jasa
kepada orang lain. Djarwanto 2004: 34 mendefinisikan kewajiban atau hutang adalah ”kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang
atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu”. Berdasarkan jangka waktu pengembalian atau pelunasannya, Djarwanto mengelompokkan hutang
menjadi hutang jangka pendek current liabilities dan hutang jangka panjang noncurrent liabilities.
Stice dan Skousen 2004: 136 seperti yang dikutip dari SFAC mendefinisikan bahwa kewajiban merupakan ”kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di
masa depan yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain pada masa yang
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
akan datang sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu”. Stice dan Skousen mengelompokkan kewajiban sebagai kewajiban lancar kewajiban jangka
pendek dan kewajiban tidak lancar kewajiban jangka panjang. Stice dan Skousen juga memberikan definisi dari kewajiban lancar 2004: 142 sebagai
”kewajiban yang diharapkan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau dengan menciptakan kewajiban jangka pendek lain”. Kewajiban
diklasifikasikan sebagai lancar jika suatu kewajiban diharapkan dapat dibayar dalam waktu dua belas bulan. Sementara kewajiban yang tidak diharapkan akan
dibayar dalam waktu dua belas bulan atau dalam satu siklus operasi yang melebihi dua belas bulan diklasifikasikan sebagai kewajiban tidak lancar 2004:
144. Kewajiban atau hutang jangka pendek menurut Djarwanto 2004: 34
merupakan ”kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalan jangka waktu yang normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca
disusun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan”. Sedangkan hutang jangka panjang adalah ”kewajiban perusahaan
kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun 2004: 36”.
Ikatan Akuntan Indonesia 2007: 1.8 mengemukakan bahwa suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan; atau b.
Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
3. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik atau modal sendiri merupakan dana yang bersumber dari pemilik perusahaan. Stice dan Skousen 2004: 136 mengemukakan definisi
ekuitas pemilik yang dikutip dari SFAC yaitu ”sisa kepemilikan atas aktiva dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah
perusahaan, modal mencerminkan bagian kepemilikan”. Metode untuk melaporkan ekuitas pemilik bervariasi sesuai dengan bentuk
usahanya. Pada perusahaan perseorangan, ekuitas pemilik biasanya disajikan pada sebuah akun modal tunggal yang merupakan hasil akumulasi dari investasi
pemilik, penarikan oleh pemilik, dan laba atau rugi masa lalu. Pada perusahaan persekutuan, akun modal dibentuk untuk masing-masing sekutu partner. Pada
perusahaan perseroan, modal atau ekuitas dibagi dalam: a.
Contributed Capital modal kontribusi atau paid-in-capital modal disetor yaitu ekuitas yang berasal dari investasi pemegang saham.
b. Retained Earnings saldo laba atau laba ditahan yaitu ekuitas yang berasal
dari laba.
b. Laporan Laba Rugi
Setiap jangka waktu tertentu, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusahaannya yang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi. Besarnya laba atau
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
rugi yang diperoleh perusahaan dapat diketahui dari hasil membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu.
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menandingkan antara pendapatan dan beban. Dari hasil penandingan tersebut akan didapatkan kelebihan dari salah
satu sisi. Jika terjadi kelebihan dari sisi pendapatan dibandingkan beban, maka kelebihan tersebut dinamakan laba bersih net incomenet profit. Sementara jika
terjadi kelebihan dari sisi beban dibandingkan dengan pendapatan,maka kelebihan tersebut dinamakan rugi bersih net loss. Penandingan antara pendapatan dengan
beban tersebut dilakukan dalam satu periode akuntansi. Informasi mengenai kinerja terutama disajikan dalam laporan laba rugi.
Menurut Sundjaja dan Barlian 2002: 69 ”laporan laba rugi income statement adalah laporan mengenai penghasilan revenue, biaya expense, labarugi yang
diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu”. Purba 2002:48 mengemukakan bahwa laporan laba rugi ”menggambarkan jumlah penerimaan,
biaya dan laba yang dapat direalisasi sebuah perusahaan selama satu periode tertentu biasanya dalam satu tahun”.
Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian yang wajar. Menurut IAI
2007: 1.10 laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
a pendapatan;
b laba rugi usaha;
c beban pinjaman;
d bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlakukan menggunakan metode ekuitas;
e beban pajak;
f laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan;
g pos luar biasa;
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
h hak minoritas; dan
i laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Djarwanto 2004: 47 menyebutkan bahwa ”data laporan laba-rugi dapat disajikan dalam bentuk rekening account form atau dalam bentuk laporan
report form ”. Dalam bentuk rekening, biaya-biaya dan kerugian dikelompokkan di sebelah kiri, sedangkan penghasilan-penghasilan ditempatkan di sebelah kanan,
sementara saldonya menunjukkan laba atau rugi. Dalam bentuk laporan, data penghasilan dan biaya tersebut disusun secara vertikal. Dalam bentuk laporan,
terdapat lagi dua bentuk penyusunan laporan laba-rugi yaitu langkah tunggal single step dan langkah bertahap multiple step.
Menurut Stice dan Skousen 2004: 236-237 ”dalam bentuk single-step, semua pendapatan dan keuntungan yang termasuk unsur operasi ditempatkan pada
bagian awal laporan laba rugi, diikuti dengan seluruh beban dan kerugian yang termasuk kategori operasi”. Selisih antara total pendapatan dan keuntungan
dengan total beban dan kerugian akan menghasilkan laba operasi dimana jika tidak ada pos tidak biasa dan luar biasa, maka selisih tersebut merupakan laba
rugi bersih. Sedangkan dengan bentuk multiple-step, Stice dan Skousen menyebutkan bahwa ”laporan laba rugi dibagi menjadi bagian terpisah, dan
berbagai subtotal yang dilaporkan menunjukkan perbedaan tingkat profitabilitas”.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang memberikan informasi perubahan ekuitas pemilik dalam jangka waktu tertentu. Laporan perubahan
ekuitas akan menghasilkan perhitungan modal pemilik yang ada pada perusahaan
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
pada periode tertentu. Untuk mengetahui perubahan besarnya modal atau ekuitas selama suatu periode akuntansi perlu disusun laporan perubahan ekuitas ini. Di
dalam laporan perubahan ekuitas disajikan ikhtisar perubahan yang terjadi dalam ekuitas yang merupakan perubahan total dari modal selama satu periode termasuk
laba atau rugi.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang memberikan informasi tentang arus perputaran kas. Laporan arus kas statement of cash flow menurut Stice dan
Skousen 2004: 319 ”menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas cash equivalent dalam periode tertentu”. Yang dimaksud dengan setara kas adalah
investasi jangka pendek yang amat likuid yang bisa segera ditukar dengan kas. Dengan mengutip dari SFAC, Stice dan Skousen menyebutkan bahwa untuk dapat
dikatakan setara kas, maka suatu unsur haruslah: 1.
Dapat segera ditukar dengan kas ketika diperlukan 2.
Sangat dekat dengan masa jatuh temponya sehingga kecil risiko terjadinya perubahan nilai akibat perubahan tingkat suku bunga.
Laporan arus kas menunjukkan jumlah kas masuk penerimaan kas dan jumlah kas keluar pengeluaran kas dalam suatu periode tertentu. Dari laporan
arus kas akan terlihat kenaikan atau penurunan bersih kas perusahaan di akhir periode. Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan
menjadi tiga bagian utama yaitu: 1.
Aktivitas operasi
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Yang termasuk dalam aktivitas operasi menurut Stice dan Skousen 2004: 320 adalah transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang akan menentukan laba
bersih. Arus kas masuk yang utama bagi kebanyakan bisnis berasal dari penerimaan kas dari penjualan barang atau pemberian jasa. Penerimaan kas
lainnya dapat berasal dari bunga, dividen, dan pos-pos lainnya yang serupa. Sedangkan arus kas keluar yang terutama adalah pembayaran untuk pembelian
persediaan, gaji, pajak, sewa, dan beban-beban yang sejenis. 2.
Aktivitas investasi Arus kas terutama dalam aktivitas investasi adalah pembelian dan penjualan
tanah, bangunan, peralatan, dan aktiva lainnya yang tidak dibeli untuk dijual kembali. Aktivitas ini juga termasuk pembelian dan penjualan instrumen
keuangan yang tidak ditujukan untuk diperdagangkan. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat terjadi secara rutin sehingga menghasilkan penerimaan dan pengeluaran kas
namun tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas operasi bisnis. 3.
Aktivitas pendanaan Yang termasuk dalam aktivitas pendanaan adalah transaksi dan kejadian
dimana kas diperoleh dari dan dibayarkan kembali kepada para pemilik dan para kreditor. Misalnya, kas yang diperoleh dari suatu pinjaman, kas yang dihasilkan
dari penerbitan saham, dan lain sebagainya.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan dasar tidak memberikan semua informasi yang diinginkan para pemakainya. Karena itu, diperlukan informasi tambahan berupa catatan atas
laporan keuangan. Melalui catatan atas laporan keuangan, para pemakai laporan
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
keuangan dapat mengetahui prosedur yang digunakan dalam pembuatan laporan yaitu menyangkut masalah kebijakan dan praktik akuntansi pada perusahaan.
Selain itu juga dapat diketahui rincian dari jumlah tertentu yang dicantumkan pada laporan keuangan.
B. Modal Kerja
1. Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada modal
kerjanya. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dalam rangka pencapaian laba yang ditargetkan. Modal kerja juga harus dijaga
agar tidak timbul masalah selama perusahaan menjalankan aktivitasnya. Modal kerja tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil.
Modal kerja dapat diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Menurut Harahap 2006:288 “modal kerja ini merupakan ukuran tentang
keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek”. Harahap juga memberikan pengertian bahwa “modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia
untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”. Kenaikan modal kerja dapat diakibatkan oleh oleh penurunan atau
penjualan aktiva tidak lancar atau adanya kenaikan utang jangka panjang dan modal. Sebaliknya, penurunan modal kerja dapat diakibatkan adanya kenaikan
aktiva tidak lancar atau penurunan utang jangka panjang dan modal.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Purba 2002: 125 menyebutkan bahwa “modal kerja adalah sama dengan aktiva lancar current assets”. Dimana “aktiva lancar adalah aktiva yang terdiri
dari kas dan aktiva lain yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu kurang dari satu tahun”. Sementara modal kerja netto net working capital adalah “selisih
aktiva lancar dengan hutang lancar current liabilities. Hutang lancar adalah hutang atau kewajiban yang harus dibayar atau dilunasi dalam waktu kurang dari
satu tahun”. Menurut Syahyunan 2004:37 “modal kerja mengandung dua pengertian,
yaitu gross working capital yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar, dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang
lancar”. Sehubungan dengan kedua pengertian tersebut Syahyunan
mengemukakan beberapa konsep yaitu: a.
Konsep kuantitatif b.
Konsep kualitatif c.
Konsep fungsional
Sementara Sundjaja dan Barlian 2002:155 mendefinisikan modal kerja sebagai “aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu
bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha”. Dengan kata lain modal kerja diartikan sebagai “kasbank, surat-surat berharga yang mudah
diuangkan misal giro, cek, deposito, piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal
perusahaan.”
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Secara lebih sederhana, modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dengan pasiva lancar perusahaan. Dari pengertian tersebut, Sundjaja dan Barlian
menjelaskan bahwa modal kerja bersih dapat bernilai positif ataupun negatif. a.
Modal kerja bersih perusahaan dikatakan positif jika aktiva lancar melebihi pasiva lancar, dimana umumnya modal kerja bersih adalah
bagian aktiva lancar yang dibiayai dengan dana jangka panjang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal saham. Pasiva lancar menunjukkan
sumber dana jangka pendek, karena itu jika aktiva lancar lebih besar dari pasiva lancar maka kelebihan itu dibiayai dengan dana jangka panjang.
b. Modal kerja bersih perusahaan dikatakan negatif jika aktiva lancar lebih
kecil dari pada pasiva lancar dan itu berarti modal kerja bersih adalah bagian dari aktiva tetap yang dibiayai dengan pasiva lancar.
Berikut ini ditunjukkan contoh modal kerja positif dan modal kerja negatif:
Tabel 2.1 PT ABC
NERACA 31 Desember 2006
AKTIVA PASIVA
Aktiva lancar 175 Pasiva lancar
100
Aktiva tetap 125 Hutang jangka panjang
80
Modal 120
Jumlah 300 Jumlah
300
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 2.2 PT XYZ
NERACA 31 Desember 2006
AKTIVA PASIVA
Aktiva lancar 100 Pasiva lancar
150
Aktiva tetap 200 Hutang jangka panjang
60
Modal 90
Jumlah 300 Jumlah
300
Pada neraca ABC modal kerja bersih adalah 75 yaitu 175 dikurangi 100. Ini merupakan modal kerja positif, dimana aktiva lancar lebih besar dari pada pasiva
lancar sehingga modal kerja bersih dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal. Sementara pada neraca XYZ, modal kerja bersih adalah 50 yaitu 100
dikurangi 150. Jumlah tersebut menunjukkan modal kerja negatif, dimana aktiva lancar lebih kecil dari pada pasiva lancar sehingga modal kerja bersih merupakan
bagian aktiva tetap yang dibiayai dengan pasiva lancar.
2. Jenis-jenis modal kerja
Dalam menjalankan operasinya sehari-hari perusahaan menggunakan modal kerja dimana ada modal kerja yang sifatnya harus ada pada perusahaan, dan ada
modal kerja yang sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Berdasarkan sifat tersebut jenis-jenis modal kerja dapat digolongkan menjadi:
a Modal kerja tetappermanen permanent working capital
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Modal kerja ini adalah modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga agar perusahaan dapat tetap menjalankan operasinya secara terus-
menerus. Modal kerja ini dapat dibedakan lagi menjadi:
1 Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus
ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. 2
Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang harus ada untuk memenuhi kebutuhan sesuai kapasitas produksi yang normal.
b Modal kerja variabel variable working capital
Modal kerja ini adalah modal kerja jumlah penggunaannya selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Perubahan tersebut bisa disebabkan
oleh beberapa hal, karena itu modal kerja ini dapat dibedakan lagi menjadi:
1 Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya dapat
berubah-ubah sesuai flukt uasi musiman. 2
Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.
3 Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya dapat berubah-
ubah karena keadaan darurat yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
3. Sumber Modal Kerja
Ada beberapa sumber yang dapat digunakan untuk membelanjai modal kerja. Purba 2002: 132 mengemukakan bahwa pembelanjaan modal kerja dapat berasal
dari dua sumber yaitu hutang liabilities dan modal sendiri net worth. “Hutang yang dapat digunakan untuk membelanjai modal kerja dapat dibentuk dari hutang
jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Modal sendiri yang digunakan untuk membelanjai modal kerja dapat berbentuk saham atau laba yang ditahan”.
Sementara Djarwanto 2004: 95-96 menyebutkan bahwa pembelanjaan modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber yaitu:
a. Pendapatan bersih,
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga,
c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak
lancar lainnya,
d. Penjualan obligasi dan saham kontribusi dana dari pemilik,
e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya,
f. Kredit dari supplier atau trade creditor.
C. Manajemen Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja yang digunakan untuk membiayai aktivitas sehari-hari perusahaan. Modal kerja ini harus berada pada
jumlah yang tepat, sehingga harus dijaga agar tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Jika perusahaan mengalami kekurangan uang tunaikas, maka dapat
menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban dalam jangka pendek, sedangkan jika perusahaan mengalami kekurangan persediaan, dapat
menyebabkan perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena tidak ada persediaan yang dapat dijual dan calon pembeli tidak jadi membeli ke perusahaan
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
tersebut. Sementara jika perusahaan membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, maka harus direncanakan dengan matang agar tidak mengakibatkan
berkurangnya laba yang seharusnya diperoleh ataupun menimbulkan beban di masa mendatang bagi perusahaan.
Sundjaja dan Barlian 2002:154 mengemukakan alasan pentingnya melakukan manajemen modal kerja, yaitu:
1. Dari penelitian diketahui bahwa sebagian besar waktu manajer
digunakan untuk mengatur modal kerja lebih dari sepertiga waktu manajemen keuangan dihabiskan untuk mengelola aktiva
lancar dan seperempat dari waktu manajemen dihabiskan untuk mengelola hutang lancar.
2. Bagi banyak perusahaan, aktiva lancar dan hutang lancar
merupakan bagian investasi dan pinjaman yang besar. Aktiva lancar dan uhtang lancar merupakan pos yang cepat berubah.
3. Investasi dalam aktiva tetap bisa dikurangi misalnya dengan
menyewa, tetapi investasi dalam kas dan persediaan seringkali tidak mungkin dihindarkan.
Modal kerja merupakan determinan besar dalam kebanyakan investasi total perusahaan. Usaha yang dilakukan untuk mengelola tingkat investasi perusahaan
dapat memberi pengaruh besar bagi profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Keown 2000:659 menyebutkan bahwa “mengelola modal kerja bisa dianggap
mengelola likuiditas perusahaan yang pada akhirnya berakhir pada investasi perusahaan pada aset lancar, dan penggunaan kewajiban lancarnya.” Umumnya,
semakin besar investasi perusahaan dalam aktiva lancar, maka semakin besar pula likuiditasnya. Dan untuk meningkatkan likuiditasnya, perusahaan bisa
menginvestasikan dana tambahan dalam bentuk kas atau surat berharga. Akan tetapi keputusan ini berkaitan dengan keseimbangan karena aktiva lancar
mengahsilkan sedikit pengembalian atau bahkan tidak ada pengembalian. Tetapi
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
perusahaan dapat mengurangi risiko likuiditas dengan mengurangi keseluruhan pengembalian dalam dana yang diinvestasi atau sebaliknya.
Manajemen modal kerja netto menurut Purba 2002: 125 adalah “berkaitan dengan pengaturan dari berbagai bentuk aktiva lancar maupun hutang lancar.
Artinya manajemen modal kerja netto berkaitan dengan pembuatan keputusan bagaimana aktiva lancar dibelanjai dengan hutang jangka pendek short term
debt, hutang jangka panjang long term debt atau modal sendiri equity”. Van Horne dan Wachowicz 2005: 309, menyatakan bahwa “manajemen
modal kerja adalah hal yang paling penting, jika tidak ada hal lainnya daripada proporsi waktu manajer keuangan yang harus didedikasikan untuk hal tersebut.
Akan tetapi, yang paling penting adalah, pengaruh keputusan modal kerja atas risiko, pengembalian, dan harga saham perusahaan”.
Menurut Syahyunan 2004:36 kegiatan dalam manajemen modal kerja “mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek perusahaan. Manajemen modal kerja yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang.” Modal kerja
haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan terhindar dari kemungkinan menghadapi
masalah likuiditas. Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah:
1 Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar
sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2 Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva
lancar. 3
Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo.
Djarwanto 2004:89 menyebutkan bahwa selain memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan,
modal kerja yang tersedia dalam jumlah cukup juga memiliki manfaat lain yaitu:
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai
aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan
tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit
yang menguntungkan kepada para langganan.
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode
resesi atau depresi.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam suatu perusahaan dapat saja terjadi kelebihan atau kekurangan modal kerja. Keadaan itu, baik kelebihan ataupun kekurangan modal kerja merupakan
keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kelebihan modal kerja menurut
Djarwanto 2004: 90 yaitu:
1. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang
diperlukan.
2. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.
3. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk
membayar dividen, membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya.
4. Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses
penyusutan, tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.
5. Akuntansi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain-
lain.
Sementara kekurangan modal kerja seperti dikemukakan oleh Djarwanto dapat terjadi karena beberapa hal 2004: 90-91 yaitu:
1. Adanya kerugian usaha. Sebab-sebab adanya kerugian usaha ialah:
a volume penjualan yang tidak efisien relatif dibandingkan dengan harga pokok penjualan, b tekanan terhadap harga jual akibat
ketatnya persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualan dan biaya usaha, c banyaknya kerugian karena adanya piutang
yang tidak kembali, d kenaikan biaya tanpa diikuti kenaikan penjualanpenghasilan, e biaya naik sementara penjualan malah
menurun. Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena
ada sementara biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas noncash expense seperti beban penyusutan, deplesi dan amortisasi. Yang
jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang ditahan retained earnings.
2. Adanya kerugian-kerugian insidentil seperti misalnya turunnya
harga pasar persediaan barang, adanya pencurian, kebakaran dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.
3. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu
mengadakan perluasan usahaekspansi seperti misalnya perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan metode
produksi baru, strategi penjualan baru dan lain sebagainya.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
4. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti
misalnya membeli aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain investasi jangka saham.
5. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena
harapan keuangan terus membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan kebijaksanaan pembayaran dividen seperti tahun-tahun
sebelumnya.
6. Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan
mengeluarkan jumlah rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik barang dan aktiva tetap dan membelanjai penjualan
kredit dalam volume fisik yang sama.
7. Pelunasan utang yang sudah jatuh tempo. Manajemen tidak
menyisihkan sebagian pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka panjang.
Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur manajemen modal kerja. Rasio-rasio ini mencakup rasio-rasio likuiditas rasio modal kerja.
Menurut Djarwanto 2004: 149 rasio ini terdiri dari current ratio, acid test ratio quick ratio, receivables turnover, inventory turnover, tingkat tersedianya uang
kas untuk membelanjai operasi perusahaan, working capital turnover, dan current assets turnover.
1. Current ratio rasio lancar menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan. Rasio
lancar diperoleh dengan membagi aktiva lancar current assets dengan utang jangka pendek current liabilities.
2. Acid test ratio atau quick ratio atau rasio cepat didapatkan dengan
membandingkan kas dan aktiva lancar lainnya setelah dikurangi persediaan dengan utang jangka pendek. Persediaan tidak ikut diperhitungkan karena
dianggap memerlukan waktu lama untuk direalisasi menjadi uang, dan tidak pasti apakah akan terjual atau tidak.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
3. Receivables turnover tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan
membagi nilai penjualan kredit bersih dengan piutang rata-rata atau piutang akhir. Jika perputaran piutang semakin tinggi maka akan semakin baik karena
modal kerja yang tertanam dalam piutang akan semakin rendah. 4.
Inventory turnover tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan dibeli kembali selama satu periode akuntansi.
Tingkat perputaran persediaan didapatkan dengan membagi harga pokok penjualan cost of goods sold atau nilai penjualan neto dengan persediaan
rata-rata. 5.
Tingkat tersedianya uang kas untuk membelanjai operasi dapat ditentukan dengan membandingkan ongkos dan biaya operasi dengan saldo kas dan surat-
surat berharga. 6.
Working capital turnover tingkat perputaran modal kerja dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja. Perputaran modal kerja
merupakan rasio antara penjualan dengan modal kerja. 7.
Current assets turnover tingkat perputaran aktiva lancar menunjukkan berapa kali rata-rata aktiva lancar digunakan untuk membayar ongkos dan
biaya. Tingkat perputaran aktiva lancar dihitung dengan membagi total cost dan expense dengan rata-rata total aktiva lancar.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Setiap perusahaan yang menjalankan usahanya pasti membutuhkan modal kerja. Namun seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kebutuhan
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
modal kerja pada tiap-tiap perusahaan tidaklah sama. Penentuan jumlah modal kerja yang tepat harus direncanakan dengan baik karena kalau modal kerja terlalu
banyak atau terlalu sedikit akan berakibat tidak baik bagi perusahaan bahkan dapat menimbulkan kerugian.
Purba menyebutkan ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi besarnya jumlah modal kerja pada sebuah perusahaan 2002: 130-131 yaitu:
1. Rencana penjualan sesuai dengan potensi pasar.
2. Perputaran modal kerja.
3. Kebijakan mengenai jumlah piutang, jumlah persediaan serta jumlah kas
yang diinginkan oleh perusahaan. Syahyunan menjelaskan bahwa kebutuhan modal kerja dalam perusahaan
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor 40-41 yaitu: 1.
Volume penjualan. 2.
Besar kecilnya skala usaha perusahaan. 3.
Aktivitas perusahaan. 4.
Perkembangan teknologi. 5.
Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas.
Menurut Djarwanto 91-92, untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisis
yaitu:
1. Sifat umum atau tipe perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan
perusahaan jasa public utility relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat.
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
2. Waktu yang diperlukan unuk memprodusir atau mendapatkan
barang dan ongkos produksi per unitharga beli per unit barang itu.
3. Syarat pembelian dan penjualan. Syarat kecil pembelian barang
dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar-kecilnya modal kerja. Di samping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh
syarat kredit penjualan barang.
4. Tingkat perputaran persediaan. Semakin sering persediaan diganti
dibeli dan dijual kembali maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang akan semakin
rendah.
5. Tingkat perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja juga
tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas.
6. Pengaruh konjungtur business cycle. Pada periode makmur
prosperity aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan
harga yang masih rendah.
7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka
pendek. Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan
menurunkan modal kerja.
8. Pengaruh musim. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim
membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek.
9. Credit rating dari perusahaan. Jumlah modal kerja perusahaan
tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas, yang tergantung pada credit rating dari perusahaan.
E. Profitabilitas Perusahaan
Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan
memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya
tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangkan dengan
beban pokok penjualan dan beban-beban lain. Beban-beban tersebut berasal dari
Relani Noverita Sianturi : Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi, 2008.
USU Repository © 2009
modal kerja. Wild 2005: 110 mendefinisikan laba sebagai “pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian selama periode pelaporan”.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Ukuran profitabilitas memiliki keunggulan dibandingkan dengan ukuran kekuatan keuangan jangka
panjang yang lainnya. Angka profitabilitas juga dapat digunakan dalam analisis likuiditas jangka pendek. Rasio profitabilitas didapatkan dengan menghitung ROI
return on investment yaitu dengan menbandingkan net earnings laba bersih dengan total assets total aktiva. Atau dapat dituliskan dengan rumus:
ROI = Laba bersih Total aktiva
F. Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan