Dimensi-dimensi Iklim organisasi Konsep Iklim Organisasi

melengkapi, saling bekerja sama dan memikul tanggung jawab, dalam mempunyai tujuan di dalam institusi, berlaku norma dan aturan atau ketentua-ketentuan yang mengatur hubungan kerjasama antara orang yang satu dengan yang lain. Sekolah merupakan organisasi yang dinamis dan yang berkomunikasi secara aktif. Sebagai satu sistem sosial karena di dalamnya melibatkan dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Beberapa hal menarik dalam membicarakan sekolah sebagai sistem sosial adalah dimensi-dimensi yang terdapat di dalamnya. Wahjosumidjo menjelaskan beberapa dimensi yang terdapat dalam suatu organisasi: 18 a Sederetan unsur yang terdiri dari institusi, peran dan harapan, yang secara bersama-sama membentuk dimensi normatif atau sosiologis. b Sederetan unsur yang mencakup individu, kepribadian, dan keperluan watak, yang secara bersama-sama melahirkan dimensi kepribadian atau psikologis. c Perilaku sosial sebagai hasil interaksi antara faktor institusi dengan unsur- unsur di dalamnya dengan faktor individu beserta unsur-unsurnya. Sekolah sebagai tempat berkumpul dan berbagi dalam satuan kerja dan masing-masing terikat dalam hubungan kerja yang baik atau tidaknya antar sesama guru dan kepala sekolah, terbentuk dalam iklim organisasi karena dari iklim tersebut dapat berpengaruh pada tingkat semangat guru dan iklim organisasi memang tidak bisa dilihat tetapi dapat dirasakan oleh personil sekolah dan masing-masing sekolah memiliki iklim yang berbeda-beda, meningkat atau berkurangnya semangat kerja guru tergantung pada iklim organisasi tersebut, oleh karena itu iklim organisasi ada beberapa macam bentuk dan jenisnya.

3. Jenis-jenis Iklim Organisasi

Halpin dan Don B. Croft dalam buku “The Organizational Climate of Schools” yang dikutip dalam buku Buhanuddin mengemukakan bahwa iklim- iklim organisasi sekolah itu dapat digolongkan sebagai berikut: 19 18 Wahyusumidjo, Kepemimpinan Kepala Seko lah…,h. 150 a. Iklim organisasi yang menggambarkan organisasi penuh semangat para bawahan dan hidup, memberikan kepuasan para anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ciri utama dari iklim organisasi ini adanya “kewajaran” tingkah laku semua anggota. b. Iklim bebas, pemimpin sedikit memberikan pengawasan, semangat kerja para bawahan pertama muncul karena hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi. c. Iklim terkontrol, bercirikan “impersonal” dan sangat mementingkan tugas, sementara kebutuhan anggota organisasi tidak diperhatikan. Ciri khas dari iklim terkontrol adanya ketidak wajaran tingkah laku karena kelompok hanya mementingkan tugas-tugas. d. Iklim yang familiar kekeluargaan, iklim yang bersifat manusiawi, dan tidak terkontrol. Para bawahan hanya berlomba-lomba untuk memenuhi tuntutan pribadi mereka, namun sangat sedikit perhatian pada penyelesaian tugas dan control sosial yang ada kurang diperhatikan. e. Iklim keayahan Paternal Climate, bercirikan adanya penekanan, kepala sekolah biasanya berusaha menekan atau tidak menghargai adanya inisiatif yang muncul dari bawahan. Kecapakan-kecakapan yang dimiliki oleh bawahan tidak dimanfaatkannya untuk melengkapi kemampuan kerja kepala sekolah. f. Iklim tertutup, para bawahan biasanya bersikap acuh tak acuh atau masa bodoh. Organisasi tidak maju, semngat para bawahan rendah, karena para bawahan di samping tidak memenuhi tuntutan pribadi. Tingkah laku bawahan dalam iklim organisasi tersebut “tidak wajar” dalam arti kenyataannya seperti mundur. Sedangkan Kamaluddin mengemukakan bentuk iklim organisasi menjadi dua macam yaitu iklim terbuka dan iklim tertutup. 20 19 Burhanuddin, Analisa Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994. Cet ke-1 h. 273-274 20 Kamaluddin, Manajemen..., h. 280 a Iklim Terbuka Iklim terbuka adalah percaya pada bawahan, terbuka dalam komunikasi, kepemimpinan yang menolong dan menghargai, pemecahan masalah secara kelompok, otonomi pekerja, berbagai informasi, menciptakan tujuan hasil yang tinggi. b Iklim Tertutup Iklim tertutup adalah lebih mengutamakan pribadi dari pada kerjasama, kepemimpinan yang otokrasi dan paksaan, para bawahan berkerja sesuai dengan apa yang diperintahkan sajaperilaku pekerjaan ditentukan oleh peraturan dan prosedur sentralisasi pengambilan keputusan, ketidak puasan. Pada kesimpulannya, Pada bentuk iklim organisasi terbuka adanya kepercayaan, dimana pemimpin memberikan kepercayaan pada orang lain dan memiliki kemampuan untuk memebrikan kepercayaan pada orang lain dan memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang lain dalam membangun organisasi. Bahwa bawahan bisa mengeluarkan uneg-uneg secara terbuka dan pimpinan bisa mengemukakan apa yang dihapapkan oleh bawahan. Kepala sekolah mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada para guru bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Kepemimpinan yang menolong dan menghargai merupakan pemimpin yang mau menerima perbedaan, pada dasarnya menghargai perbedaan adalah salah satu tindakan yang paling sulit dilakukan oleh seorang pemimpin. Didasari bahwa tidak semua kemauan pemimpin benar, oleh karena itu, pendapat dari bawahan adalah penting untuk didengarkan. Dengan mendengar berarti pemimpin mempunyai suatu perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapai oleh bawahan. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman sehingga lebih mau terbuka terhadap saran-saran yang diberikan. Pemecahan masalah secara kelompok yaitu melibatkan bawahan yang membuat keputusan bersama, karena keterlibatan bawahan adalah kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi. Keterlibatan bawahan penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan bawahan menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja. Seorang kepala sekolah selalu bersedia untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan yang disampaikan oleh para guru meskipun ia mungkin tidak akan dapat menolongnya, akan tetapi sudah memberi kepercayaan kepada para guru bahwa pemimpin mereka benar-benar menjadi tempat berlindung dan membimbing mereka. Menurut Kartini Kartono dalam bukunya berjudul berpendapat bahwa dalam sebuah organisasi sekolah haruslah memiliki organisasi terbuka dimana organisasi terbuka cenderung menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Sebagai salah satu cara untuk merealisasikan iklim yang positif harus menekankan pada iklim organisasi terbuka agar proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan para guru tidak merasa dihambat oleh rekan-rekan lain serta dapat melihat dan mengatasi masalah yang menghadang. Sedangkan iklim organisasi tertutu cenderung menggunakan gaya kepemimpinan yang otokrasi dan paksaan. Dalam iklim ini lebih besar kekakuan fungsinya dapat terlihat dalam rantai komando, lebih menekankan pada pribadi masing-masing daripada kerja sama. Oleh sebab itu, iklim tertutup dapat menimbulkan ketidakdisiplinan guru dalam melakukan satu pekerjaan. Pemimpin otokratis melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Dalam kepemimpinannya berorientasi pada stuktur organisasi dan tugas-tugas. 21 Dalam suatu lembaga pendidikan apabila para guru merasa cocok dengan iklim yang ada di sekolah, maka akan membuat para guru memiliki karakter yang lebih terbuka dan bersifat membantu. Seorang pimpinan perlu memberikan perhatian dan menghargai kepada bawahan atas apa yang telah dikerjakannya karena mempunyai dampak positif pada tingkat kedisiplinan guru dalam melakukan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, baik dan buruknya iklim ditentukan berdasarkan penilaian bawahan terhadap pimpinan. Lingkungan kerja yang dirasakan di setiap sekolah berbeda-beda. Memang banyak faktor yang menentukan perbedaan masing-masing iklim organisasi itu 21 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1994. Cet ke-7, h. 61 salah satunya pada gaya kepemimpinan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi yang efektif sebenarnya terdapat pada iklim organisasi yang bersifat terbuka.

4. Gaya Kepemimpinan sebagai pembentuk iklim

Menurut Keith Davis Jhon W. new Stroom, terjemahan Agus Dharma, kepemimpinan adalah proses memepngaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan antusias. 22 Oleh karena itu, dalam kepemimpinan terdapat gaya yang dapat menentukan organisasi berjalan dengan efektif, seperti telah dikemukakan bahwa gaya kepemimpinan sebagai faktor yang cukup kuat dalam membentuk iklim organisasi oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan tentunya memiliki gaya dalam mewujudkan sekolah menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dan kepala sekolah harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf, dan para siswa serta memberikan dorongan dan inspirasi sekolah untuk mencapai tujuan. Iklim organisasi sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, karena dialah yang meletakkan landasan dan stuktur di mana terjadinya interaksi sosial dalam sekolahnya. Getsel dan Cuba menjelaskan tiga gaya kepemimpinan yang dikutip dalam buku Burhanuddin, 23 yaitu: a. gaya kepemimpinan nomotis, yang mementingkan tuntutan kelembagaan. b. gaya kepemimpinan ideografis, yang mengutamakan tuntutan pribadi pemegang jabatan. c. gaya kepemimpinan transaksional, yang dengan tegas memperhatikan kelembagaan tetapi juga memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu sebagai anggota organisasi, dan secara efektif berusaha mengurangi atau dapat mengatasi konflik yang muncul. 22 Keith Davis Jhon W. new Stroom., terjemahan Agus Dharma. Perilaku dalam Organisa si…, h. 152 23 Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen …,h. 275