Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
suka sama suka tanpa paksaan untuk membina rumah tangga yang sehat.
4
Dan perkawinan juga dapat menjadikan suatu hubungan yang istimewa seperti, hukum
kewarisan, hukum benda atau hukum kekayaan.
5
Dan dalam kitab lain disebutkan perkawinan menurut syariat adalah akad yang menghalalkan laki-laki dan perempuan untuk membina rumah tangga, jika
tidak ada akad, maka akan mengharamkan perbuatan tersebut.
6
Perkawinan yang dilakukan manusia merupakan naluri Illahiyah untuk berkembang biak dan
melakukan regenerasi yang akan mewarisi tugas mulia dalam rangka mengemban amanat Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi.
7
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkawinan itu adalah ikatan yang dilakukan antara seorang perempuan dengan laki-laki yang
bersifat sakral dan mengikat, serta bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Sahnya sebuah perkawinan itu telah ditetapkan bahwa apabila telah terpenuhinya semua syarat dan rukunnya, demikian juga dengan ketentuan hukum
perdata yang berlaku di Indonesia. Dan apabila perkawinan yang semacam itu terlanjur terjadi sudah terlaksana, maka dapat dibatalkan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang yang berlaku.
8
Suatu perkawinan batal dimulai setelah
4
Fuad M. Fachruddin, Filsafat dan Hukum Syariat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, Cet.ke-3, jilid 1, h. 160
5
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indo, 1978, h.3
6
Muhammad Zaid al-Abyani, al- Ahkam as-Syakhsiyat, Beirut: Baghdad, j I, h. 4
7
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan: Analisa Perbandingan Antara Mazhab, Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006, h.2
8
Arso Sosroatmodjo, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang 1981, h. 67
3
putusan pengadilan, karena pengadilanlah yang mempunyai wewenang untuk membatalkan perkawinan. Dalam Kompilasi Hukum Islam pembatalan
perkawinan terdapat dalam Pasal 70 sampai dengan 76,
9
sementara dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat dalam pasal 22
sampai dengan 28. Pembatalan perkawinan juga bisa terjadi karena adanya paksaan dari
orang lain, seperti orang tua kepada anaknya. Dan terdapat kasus yang menarik yang terjadi pada pasangan suami istri yakni laki-laki suami yang menikah
dengan perempuan istri lantaran laki-laki suami itu telah dipaksa oleh pihak orang tua perempuan istri, paksaan tersebut berupa ancaman yang
mengharuskan laki-laki suami mengawini perempuan istri tersebut. Perkawinan seharusnya dilaksanakan dengan dasar cinta, perkawinan yang
dilaksanakan tidak berdasarkan cinta, suka dan sayang akan menimbulkan dampak yang kurang positif atau akibat buruk yakni diantaranya saling membenci
dan tidak dapat membentuk keluarga yang harmonis. Dengan adanya permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis ingin mengangkat permasalahan tersebut untuk diketahui lebih lanjut sebagai bahan penelusuran pembahasan pada skripsi ini dengan judul:
PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor
530Pdt.G2008PA.JT.
9
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo, h. 129-131
4