Pengertian Pembatalan Perkawinan PEMBATALAN DAN KAWIN PAKSA

26 adalah “Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat- syarat untuk melangsungkan perkawinan”. 5 Fasakh berasal dari bahasa Arab yang berarti membatalkan dan fasakh perkawinan menurut Syar’i ialah: نْجْ ا نْب طبْ ت ت ا طبا ا ح ضْقن ْقع ا خْسف 6 Artinya: Fasakh aqad perkawinan adalah membatalkan akad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat antara suami istri. اقاط ع ا ب ْقع حْتام ا ا خْسف 7 Artinya : Fasakh perkawinan adalah sesuatu yang dapat merusak akad dalam perkawinan dan fasakh bukan termasuk talaq. Pembatalan perkawinan pada umumnya karena pelanggaran syarat formal seperti yang telah disebutkan diatas, sedangkan bila pelanggaran itu pada larangan materil, seperti perkawinan antara yang berhubungan nasab atau larangan tetap lainnya, perkawinan itu batal dengan sendirinya, dianggap tidak pernah ada, 5 Undang-undang Perkawinan di Indonesia dengan Peraturan Pelaksanaannya, Undang- Undang N0.1 Tahun 1974, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1991, cet-11, h. 12 6 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya 1989, h. 5 7 Ali Hasabillah, al-Furqan Baina Zaujaini, Kairo: Darul Fikri, 1969, cet.1 h. 169 27 sehingga terhadap akibat yang timbul dari hubungan “suami-istri” itu dianggap tidak pernah ada, atau tidak mendapat perlindungan hukum. 8 Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pengertian pembatalan perkawinan, maka dapat disimpulkan bahwa pembatalan perkawinan adalah suatu tindakan yang dapat merugikan salah satu pihak yang dilakukan baik dari pihak istri maupun suami untuk membatalkan perkawinan dan diajukan kepada Pengadilan Agama.

B. Alasan, Tata Cara dan Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

1. Alasan Pembatalan Perkawinan

Sebab-sebab terjadinya pembatalan perkawinan yakni sebagai berikut: a. Karena adanya balak penyakit belang kulit. b. Karena gila. c. Karena penyakit kusta. d. Karena ada penyakit menular, seperti sipilis, dan lain-lain. e. Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat maksud perkawinan bersetubuh. f. Karena unnah, yakni impoten. Disamping itu pembatalan juga dapat terjadi karena, 8 Anwar Sitompul, Kewenangan dan Tata Cara Berperkara di Pengadilan Agama, Bandung: CV. Amrico, 1984, h. 80 28 a. Nikah Syigar, misalnya seorang ayah berkata kepada seorang laki-laki: “Aku nikahkan anak gadisku dengan engkau, dan sebagaimana maharnya engkau nikahkan pula putrimu dengan aku”. b. Nikah Mut’ah nikah kontrak. c. Nikah Muhrim dalam keadaan muhrim. d. Nikah dua orang laki-laki dengan seorang perempuan yang dinikahkan oleh dua orang wali yang berjauhan tempat. Jika diketahui mana yang lebih dahulu, maka akad yang terdahulu yang dianggap sah. Dan bilamana tidak diketahui mana yang lebih dahulu, maka kedua akad nikah itu dianggap batal. e. Nikah wanita yang sedang beriddah. f. Nikah laki-laki muslim dengan wanita non muslim, yang beragama Majusi, Yahudi ataupun Nasrani yang tidak asli sebagai ahlu kitab. g. Nikah wanita muslimah dengan laki-laki non muslim, karena wanita muslimah tidak dihalalkan menikah dengan non muslim. 9 Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pembatalan perkawinan diatur dalam BAB IV Pasal 22 sampai dengan 28 , dalam bab ini dijelaskan alasan-alasan perkawinan, dan para pihak yang berhak mengajukan pembatalan perkawinan serta akibat hukum dari pembatalan perkawinan. 9 Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, h. 198-200