matematika itu adalah pelajaran yang bermanfaat, bermakna, dan selalu bersikap positif untuk memahamami dan menguasai matematika.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Joudy Mousley 2004 dalam penelitiannya yang berjudul “Developing
Mathematical Understanding ” Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
scaffolding dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika.
60
2. Damayanti dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa melalui Teknik Scaffolding ”
berkesimpulan bahwa pemahaman konsep siswa dapat meningkat dengan
menggunakan teknik scaffolding.
3. Ita Falina Hapsari dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh teknik
Scaffolding Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”
berkesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan teknik scaffolding lebih tinggi secara signifikan
daripada menggunakan teknik latihandrill. C.
Kerangka Berpikir
Pemahaman konsep matematika adalah salah satu tujuan pembelajaran matematika. Landasan dasar dalam belajar matematika
adalah dengan adanya pemahaman konsep matematika, maka dari itu yang teramat ditekankan dalam belajar matematika adalah pemahaman konsep
yang baik dan benar, untuk itulah yang perlu dilakukan guru adalah berusaha mewujudkan keabstrakan konsep menjadi lebih konkret sehingga
siswa paham dengan konsepnya. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam
mengklasifikasikan konsep dan mengimplementasikan konsep berdasarkan contoh dan bukan contoh, dan siswa dapat mengungkapkan suatu konsep
dengan menggunakan kata-kata sendiri disertai alasannya. Siswa mampu atau sanggup menangkap makna, menyatakan suatu definisi dengan
60
Joudy Mousley, “ Developing mathematical understanding, www.icme10.dkproceedingspagesregular_pdfRL_Judy_Mousley.pdf, diakses pada tanggal 12
mei 2013 pukul 12.00.
perkataan sendiri, sehingga dapat menerapkan ide hasil pikiran abstraksi yang dirangkum dari berbagai pengalaman.
Kebanyakan siswa hanya hafal suatu konsep, tanpa bisa menerapkan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Selain itu yang
selalu terjadi pada pembelajaran adalah guru memberikan suatu konsep secara baku. Selain itu kebiasaan guru langsung memberikan suatu konsep
secara baku, langsung tanpa menjelaskan pembentukan konsep itu berlangsung. Akibatnya pada saat guru memberikan soal yang berbeda
kepada siswa, siswa tersebut tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Cara agar siswa dapat mudah memahami konsep matematika
adalah dengan melibatkan siswa secara aktif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami konsep serta
menyelesaikan masalah dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki. Untuk itulah dalam mengajarkan konsep
kepada siswa, alangkah baiknya memperhatikan zone of proximal development siswa, karena pada tingkat perkembangan inilah siswa paling
baik belajar suatu konsep. Zone of proximal develolopment merupakan jarak antara kemampuan atau perkembangan aktual siswa dengan
perkembangan potensial siswa, dimana untuk mencapai tingkat perkembangan potensial itu siswa membutuhkan suatu mediasi atau
scaffolding dari seorang yang lebih ahli, misalnya guru, teman yang lebih
ahli dan lain-lain.
Scaffolding dapat diartikan sebagai guru memberikan bantuan kepada siswa sejumlah besar dukungan bantuan selama tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab yang semakin
besar segera setelah ia mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri. Bantuan yang diberikan disini dapat berupa pemodelan, pemantapan,
pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang siswa untuk berpikir, dan lain sebagainya.
Langkah-langkah scaffolding yang dilakukan guru dalam membantu siswa memahami sebuah konsep, yaitu: 1 intentionality, yaitu
mengelompokkan bagian yang kompleks yang hendak dikuasai siswa menjadi beberapa bagian yang spesifik dan jelas. 2 Appropriateness yaitu
memfokuskan pemberian bantuan pada aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa secara maksimal. 3 Structure yaitu pemberian model agar
siswa dapat belajar dari model yang ditampilkan.4 Collaboration yaitu guru melakukan kolaborasi dan memberikan respons terhadap tugas yang
dikerjakan siswa. 5 Internalization yaitu pemantapan pemilikan pengetahuan yang dimiliki siswa agar benar-benar dikuasainya dengan
baik. Dengan demikian penulis merasa bahwa pembelajaran scaffolding
memiliki pengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematika siswa.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut: “Pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan teknik scaffolding lebih tinggi daripada Pemahaman konsep siswa yang
diajarkan dengan teknik pembelajaran konvensional.”
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Zahra Indonesia yang beralamat di jalan Vila Dago Boulevard Blok G, Vila Dago Pamulang
– Tangerang Selatan Banten pada kelas VII tahun pelajaran 2013-2014.
Waktu penelitian adalah semester genap II pada pokok bahasan aritmetika sosial dan perbandingan pada bulan januari sampai bulan maret.
B. Metode Penelitian dan Desain penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi eksperimen. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
1
Penelitian
ini mengambil dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini menguji coba teknik Scaffolding untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemahaman konsep matematik
siswa melalui hasil belajar matematika siswa. kemudian membandingkan hasil
belajar matematika siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen diajar dengan menggunakan teknik scaffolding dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
yaitu metode ekspositori. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika, sedangkan variabel bebasnyaadalah metode
belajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik scaffolding dan ekspositori.
Desain penelitian yang digunakan adalah randomized subjects postest only control group design.
2
1
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Cet.X, Bandung: Alfabeta, 2010, h.114
2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet.XI, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h. 185