Pengaruh Strategi Active Knowledge Sharing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa di SMP Daar el Qolam

(1)

MATEMATIK SISWA

(Studi Eksperimen di SMP Daar el Qolam Balaraja Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Siti Mutmainah

NIM. 109017000078

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

SITI MUTMAINAH (109017000078), "Pengaruh Strategi Active Knowledge Sharing Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa". Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2015.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh strategi active knowledge sharing terhadap pemahaman konsep matematik siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Daar el Qolam Balaraja Tangerang Tahun Ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah metode kuasi-eksperimen dengan desain penelitian Post-test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan VIII-4 sebagai kelas kontrol yang ditentukan melalui teknik Cluster Random Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematik siswa berbentuk uraian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemahaman konsep matematik siswa yang diajar dengan strategi active knowledge sharing lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematik siswa yang diajar dengan strategi active knowledge sharing adalah sebesar 66,39 dan nilai rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematik siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional adalah sebesar 57,69 (thitung = 2,60 dan ttabel = 1,67). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi active knowledge sharing berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematik siswa.

Kata kunci: Strategi Active Knowledge Sharing. Pemahaman Konsep Matematik


(6)

ii

SITI MUTMAINAH (109017000078), "The Effect of Strategy Active Knowledge Sharing to Math Conceptual Understanding of Student". Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic Universuty Jakarta, Januari 2015.

The purpose of this research is to analyze the effect of strategy active knowledge sharing to math conceptual understanding of students. The research was conducted at SMP Daar el Qolam Balaraja Tangerang for academic year 2014/2015. The method use in this research is quasi experimental method with Post-test Only Control Group Design. Sample of this research are VIII-1 as experiment class and VIII-4 as control class used cluster random sampling technique. Instrument is used in this research such as mathematical conceptual

ability written essay test. The result of research that the student’s mathematical

conceptual who are taught with strategy active knowledge sharing higher than students taught with conventional strategy. This matter visible from the mean score of the results test student’s mathematical conceptual who taught with strategy active knowledge sharing is 66,39 and who taught with conventional

strategy have mean score of the test student’s mathematical conceptual is 57,69

(tcount = 2,60 and ttable = 1,67). Conclusion the result of this research that

mathematics learning with strategy active knowledge sharing have effective to the students mathematical conceptual.

Key words: Strategy Active Knowledge Sharing, Math Conceptual Understanding


(7)

iii

ﻳﺤﺭﻟﺍﻦ ﺤﺭﻟﺍﷲﺍ ﺳﺑ

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah skripsi yang berjudul Pengaruh Strategi Active Knowledge Sharing (Berbagi Ilmu Pengetahuan) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep matematik Siswa dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Penyusunan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian di SMP Daar el Qoalm dan diperuntukkan untuk program studi pendidikan matematika. Selesainya skripsi ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. kadir, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Afidah Mas’ud, Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, motivasi serta saran dalam membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Eva Musyrifah, M.Si., Dosen Pembimbing II yang sangat sabar dan tekun dalam memberikan arahan, waktu, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Lia Kurniawati, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, motivasi, dan semangat dalam penulisan skripsi.


(8)

iv

bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

8. Bapak Indra Jaya, M.Si., Kepala Sekolah SMP Daar el Qolam, Ibu Dian, S.Pd, Guru Matematika kelas VIII-1 dan VIII-4, serta seluruh guru, karyawan, dan siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX SMP Daar el Qolam yang telah membantu dalam pelaksanakan penelitian.

9. Teristimewa untuk keluarga tercinta Ayahanda H. Saruri dan Ibunda Hj. Murtini yang selalu menjadi inspirasi dalam mengejar cita-cita serta selalu mendoakan, menyayangi, dan memberikan semangat moril-materil pada peneliti. Adik-adikku Ahmad Rosyid Siddiq, Ahmad Jalalul Kirom, Siti Nely Fauziah dan Siti Fifi Rafi’ah yang selalu memberikan senyum dan canda semangat pada peneliti.

10.Sahabat tercinta dan tersayang Icha, Wulan, Dijah, Viera, Devya, Ghufron, Jamilah, Mervi, Ofila, Istianah, Yunita, Fera, Anggun, dan Vhini yang sudah membantu menghilangkan stres, panik dan kesulitan selama proses penyusunan skripsi.

11.Teman dan sekaligus keluarga dari kosan Nainggolan tercinta Arya, Puji, Icha, Dijah, Jamilah, Qisty, Hesty, dan Indah yang selalu menyemangati dan menghibur penulis selama proses penyusunan skripsi.

12.Almamater PMTK 2009, khususnya untuk kelas C yaitu : Icha, dijah, wulan, vira, devya, ghufron, tommy, muchtar, mulyoko, ivan, johana yang selalu mencerahkan disetiap kepenatan dalam perkuliahan, serta tidak lupa desi, meri, afaf, cicit, afif, endah, karin dan teman-teman semuanya yang telah membuat memori indah masa-masa kuliah. Juga teruntuk kaka-kaka senior PMTK 2007 dan 2008 yang membantu dan mempermudah dalam penyusunan skripsi ini.

13.Seluruh guru dan staff karyawan SMP dan SMA Daar el Qolam yang mendoakan serta memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi.


(9)

v

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan agar mereka yang telah membantu secara moril, doa, serta memberi semangat selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Skripsi ini masih dirasakan dan ditemui berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan penulis terima. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi siapa yang membaca. Amin.

Jakarta, Januari 2015 Penulis


(10)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I: PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Perumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II: DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Pemahaman Konsep Matematik ... 8

2. Strategi Active Knowledge Sharing ...18

a. Strategi Active Learning ...18

b. Strategi Active Knowledge Sharing ... 20

3. Strategi Pembelajaran Konvensional ... 22

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29


(11)

vii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Data ... 46

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Kelompok Eksperimen .... 47

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Kelompok Kontrol ... 50

3. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

B. Analisis Data ... 57

1. Uji Prasyarat Analisis ... 58

a. Uji Normalitas ... 58

b. Uji Homogenitas ... 59

2. Pengujian Hipotesis ... 60

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

D. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

viii

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 30

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Relasi dan Fungsi… 32 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas ……….. 34 Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal ………. 35

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ………. 36

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran ... 37

Tabel 3.7 Indeks Daya Pembeda ... 38

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 38

Tabel 3.9 Rekapitulasi Data Hasil Uji Instrumen ... 39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Eksperimen ... ..47

Tabel 4.2 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep ... 49

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Kontrol ... 50

Tabel 4.4 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep ... 52

Tabel 4.5 Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 53

Tabel 4.6 Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep ... 55

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59


(13)

ix

Gambar 3.1 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ………...31 Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Kumulatif

Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematik

Siswa Kelas Eksperimen ... 48 Gambar4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Kumulatif Hasil

Tes Pemahaman Konsep Matematik Siswa

Kelas Kontrol ... 51 Gambar4.3 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematik Siswa pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54 Gambar4.4 Perbandingan Indikator Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57 Gambar4.5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 61 Gambar4.6 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

dan KelasKontrol Pada Indikator Pertama ... 64 Gambar4.7 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

dan KelasKontrol Pada Indikator Kedua ... 65 Gambar4.8 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

dan KelasKontrol Pada Indikator Ketiga ... 67 Gambar4.9 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen


(14)

x

Lampiran 1 RPP Pertemuan ke-1 Kelas Eksperimen ... 77

Lampiran 2 RPP Pertemuan ke-2 Kelas Eksperimen ... 82

Lampiran 3 RPP Pertemuan ke-1 Kelas Kontrol ... 88

Lampiran 4 RPP Pertemuan ke-2 Kelas Kontrol ... 92

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Pertemuan ke-1 ... 95

Lampiran 6 Daftar Pertanyaan Pertemuan ke-2... 96

Lampiran 7 Jawaban Daftar Pertanyaan ... 97

Lampiran 8 Kartu Indeks ... 99

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Ke-1 ... 100

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Ke-2 ... 104

Lampiran 11 Pedoman Penskoran ... 107

Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Sebelum Ujicoba ... 114

Lampiran 13 Soal Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Sebelum Ujicoba ... 116

Lampiran14 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Sebelum Ujicoba ... 119

Lampiran 15 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 124

Lampiran 16 Hasil Uji Daya Pembeda ... 125

Lampiran 17 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 126

Lampiran 18 Hasil Uji Reliabilitas ... 127

Lampiran 19 Perhitungan Uji Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesukaran dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 128

Lampiran 20 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Setelah Ujicoba ... 131

Lampiran 21 Soal Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Setelah Ujicoba ... 133


(15)

xi

Lampiran 23 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik

Siswa Kelas Eksperimen ... 139

Lampiran 24 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas Kontrol ... 140

Lampiran 25 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan Dan Kurtosis Kelas Eksperimen ... 141

Lampiran 26 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan Dan Kurtosis Kelas Kontrol ... 146

Lampiran 27 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 150

Lampiran 28 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 152

Lampiran 29 Perhitungan Uji Homogenitas ... 154

Lampiran 30 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ……….156

Lampiran 31 Tabel Nilai "r" Product Moment ... 158

Lampiran 32 Tabel Luas Kurva Di Bawah Normal ... 159

Lampiran 33 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ... 160

Lampiran 34 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 162

Lampiran 35 Tabel Nilai Kritis Distribusi t ... 164

Lampiran 36 Uji Refrensi ... 165


(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan manusia sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Setiap negara memiliki cita-cita yang luhur untuk menciptakan generasi-generasi muda yang berkualitas dan bermartabat. Sejalan dengan itu maka peranan penting pendidikan adalah mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik, agar dapat bersaing dalam era globalisasi yang semakin pesat dan mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya kelak. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 dikatakan:

Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pada hakikatnya tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan bermartabat agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan, serta menciptakan pribadi yang kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan tersebut akan tercapai jika proses pembelajaran berlangsung secara optimal.

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator atau pengajar dan siswa sebagai subjek belajarnya. Peristiwa belajar yang seperti ini akan

1

Sopan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran,


(17)

terarah dan sistematik, karena dalam proses pembelajaran terdapat peran guru, bahan belajar serta lingkungan yang kondusif, sehingga akan terciptanya situasi belajar yang kondusif dan tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah. Akan tetapi pada kenyataannya, sedikit sekali siswa yang menyadari pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari- hari, misalnya saja dalam hal jual- beli atau bahkan dalam perkembangan teknologi yang semakin maju setiap tahunnya. Selain itu pentingnya matematika adalah untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku baik agar berguna bagi kehidupannya. Pendapat lain mengungkapkan pentingnya belajar matematika seperti dikemukakan oleh Cockroft dalam Mulyono Abdurrahman "yakni diantaranya karena selain sering digunakan dalam segala aspek kehidupan serta dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis dan ketelitian, matematika juga dapat memberikan kepuasan terhadap usaha dalam memecahkan masalah".2 Oleh karenanya, matematika diajarkan di sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah atas dan bahkan sampai jenjang perguruan tinggi.

Walau begitu siswa di sekolah kurang menyukai pembelajaran matematika. Berdasarkan kenyataan di lapangan dan pengamatan peneliti, sudah sejak lama matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi siswa dimana siswa harus menguasai semua kemampuan matematis yang diajarkan, sedangkan siswa tidak memahami konsep yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Selain itu, sikap atau respon yang ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas sungguh sangat berbeda-beda, misalnya saja ketika awal pembelajaran matematika berlangsung perhatian mereka sangat fokus tetapi setelah beberapa menit kemudian perhatian mereka terhadap materi pembelajaran mulai berkurang. Contoh lain misalnya, ada beberapa siswa

2

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:


(18)

yang mengantuk, mulai mengobrol dan berisik, atau ada saja siswa yang tertidur.

Masalah lain yang terjadi adalah selama proses pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional yaitu ceramah secara terus menerus. Padahal dengan menggunakan metode yang sama secara terus- menerus dapat membuat siswa jenuh dan hal ini dapat mengakibatkan siswa bosan dan kurang memahami materi yang diajarkan sehingga mereka sulit untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Selain itu, matematika bukan harus dimengerti saja akan tetapi harus dapat memahaminya dengan baik, karena beberapa materi matematika memiliki keterkaitan konsep satu dan lainnya. Oleh karenanya, agar siswa memahami materi maka sebaiknya siswa tidak hanya mendapatkan informasi dari guru tetapi mereka mencari sendiri informasi yang berkaitan agar mereka dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan bahkan mereka mampu mengungkapkan kembali materi tersebut dengan bahasa mereka sendiri.

Berdasarkan penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 menunjukkan bahwa prestasi Indonesia sangat memprihatinkan karena rata-rata skor siswa menurun menjadi 405, dibanding tahun 2003 yaitu 411. Rangking Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara.3 Selain itu, hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assesment) pada tahun 2009, Indonesia menempati peringkat 61 dari 65 negara dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496.4 Fakta ini juga menunjukkan bahwa prestasi Indonesia pada pelajaran matematika masih rendah karena skor negara Indonesia lebih rendah dari skor rata-rata.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika, siswa cenderung kurang memahami konsep matematika yang diberikan guru. Padahal, konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan

3

Sri Wardhani dan Rumiati, Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:

Belajar dari PISA dan TIMSS, 2011, h. 1. 4


(19)

pemahaman konsep sebelumnya, sehingga dalam pembelajaran matematika, seorang guru tidak hanya menggunakan satu strategi saja, mungkin salah satu cara atau strategi yang diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa adalah dengan menggunakan strategi active learning (pembelajaran aktif), karena dalam strategi ini siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran dan dalam membangun konsep materinya. Strategi active learning (pembelajaran aktif) sangat diperlukan dalam memahami materi pelajaran secara konsep, karena apabila siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran ada kecenderungan untuk cepat melupakan materi yang diajarkan oleh guru di sekolah. Strategi active learning (pembelajaran aktif) merupakan salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya di dalam otak, sehingga kecenderungan untuk lupa materi yang sudah diajarkan menjadi kecil.

Strategi active learning (pembelajaran aktif) memiliki banyak strategi di mana tidak semua strategi dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Oleh karenanya guru diminta untuk pandai memilih strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa adalah strategi Active Knowledge Sharing. Strategi Active Knowledge Sharing adalah salah satu strategi yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat.5 Strategi ini diduga dapat meningkatkan kemampuan akademis siswa dalam hal ini pemahaman konsep matematik siswa dan kerja sama tim.

Pada strategi ini, guru terlebih dahulu memberikan pertanyaan berupa daftar pertanyaan yang nantinya berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Oleh karenanya siswa diminta untuk menyelesaikannya dan jika ada pertanyaan yang belum dapat dijawab maka mereka diharuskan untuk berdiskusi satu dengan yang lainnya. Dengan strategi ini diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika dan dapat berperan aktif dalam pembelajaran matematika. Selain itu kelebihan dari strategi ini adalah dapat

5

Hisyam Zaini,dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani). h.22.


(20)

meminta bantuan siswa yang lain untuk membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab dan bisa divariasikan dengan pemberian kartu indeks pada tiap siswa untuk menuliskan informasi baru dari materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Strategi Active Knowledge Sharing

Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa". B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini berkenaan dengan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang yaitu tentang kurangnya pemahaman konsep matematik siswa, kurangnya guru dalam mencari atau menemukan strategi pembelajaran yang menyenangkan, serta kurangnya siswa dalam berdiskusi dan bertanya selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang ditemui yaitu :

1. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.

2. Rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika. 3. Pembelajaran matematika di kelas cenderung monoton.

C. Pembatasan Penelitian

Agar penelitian terarah, maka penelitian ini hanya berfokus kepada strategi Active Knowledge Sharing dan pengaruhnya terhadap pemahaman konsep matematik siswa selama proses pembelajaran. Sehingga diberikan batasan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi “Active Knowledge Sharing” salah satu strategi yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat dan strategi ini menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan sehingga jawaban yang mereka peroleh dapat menjadi jembatan untuk mengenalkan materi yang akan diajarkan.


(21)

2. Kemampuan yang akan ditingkatkan adalah kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Adapun kategori pemahaman yang hendak dicapai yaitu kategori pemahaman menurut Kurikulum 20066, yaitu: a. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

b. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis d. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

D. Perumusan Masalah

Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemahaman konsep matematik siswa yang diberikan strategi Active Knowledge sharing?

2. Bagaimana pemahaman konsep matematik siswa yang diberikan dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari strategi Active Knowledge Sharing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematik siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Eksperimen ini adalah : 1. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematik siswa

setelah diberikan strategi Active Knowledge Sharing.

2. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang menggunakan strategi Active Knowledge Sharing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

6

Nila Kesumawati, "Pemahaman Konsep Matematika dalam Pembelajaran


(22)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Strategi Active Knowledge Sharing dapat digunakan sebagai salah satu strategi alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Peneliti dapat menambah wawasan dan referensi baru tentang berbagai macam strategi dan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga kelak menjadi guru yang inovatif.


(23)

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep Matematik

Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar. Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu hal, jika orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang dipahaminya. Pemahaman diartikan dari kata "understanding", sedangkan menurut Michener menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi bahan yang dipelajari. Pemahaman merupakan proses berfikir dan belajar, karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar.

Pendapat lain diungkapkan oleh Arifin bahwasanya "pemahaman (comprehension) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain".1 Sedangkan Bloom berpendapat bahwa pemahaman merupakan "kemampuan apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam".2 Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

1

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. II, h.21.

2

Prof. Dr. Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana,


(24)

Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan suatu hal dengan kata-kata berbeda dengan yang terdapat dalam buku. Sehingga pemahaman merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena dengan memahami konsep, siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran matematika, siswa dapat menerapkan konsep yang telah dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan sederhana sampai dengan yang kompleks. Russefendi menyatakan bahwa pencapaian pemahaman siswa dalam belajar mencerminkan domain cognitive Taxonomy Bloom yang meliputi translation (kemampuan untuk mengubah simbol/ kalimat tanpa mengubah makna), interpretation (kemampuan menafsirkan, menjelaskan, membandingkan, membedakan, dan mempertentangkan makna yang terdapat dalam simbol baik verbal atau non-verbal), dan extrapolation (kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah kelanjutan dari suatu temuan/ menghitung).

Adapun indikator yang digunakan untuk menyimpulkan bahwa seseorang telah memahami pelajaran matematika antara lain: mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan ide matematika.3 Seseorang dapat dikatakan memahami jika dia mampu mengutarakan kembali makna dari pesan- pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan ataupun tulisan, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, ataupun layar komputer. Contohnya, bila ada seorang siswa yang mampu mengutarakan kembali apa yang telah diajarkan dengan menggunakan kalimat mereka sendiri, serta mampu menjelaskan, membedakan dan menyimpulkan tanpa menghafal informasi yang telah diperoleh.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah bagaimana siswa mengerti dan memahami tentang materi yang diajarkan oleh guru di sekolah, sehingga ketika siswa menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru mereka dapat mencari sendiri informasi yang terkait dengan masalah yang

3

Utari Soemarmo, Befikir dan Disposisi Matematika: Apa, Mengapa, dan Bagaimana

Dikembangkan Pada Peserta Didik, (Bandung:FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,2010),h.4.


(25)

diberi baik masalah yang sederhana ataupun masalah yang kompleks. Dengan kata lain pemahaman adalah mampu mengungkapkan kembali yang telah diajarkan dengan menggunakan kalimat mereka sendiri dan mampu menjelaskannya sesuai dengan konsep yang ada.

Dalam kamus Bahasa Indonesia konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret.4 Sedangkan menurut Baharin dalam Kamus Matematika konsep adalah gambaran ide tentang suatu benda yang dilihat dari segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat atau kualitas. 5 Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. 6

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep adalah suatu ide yang diwakili oleh suatu kata yang memiliki ciri-ciri umum yang merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah dengan mengetahui aturan-aturan yang relevan dan didasarkan pada konsep-konsep yang diperoleh.

Menurut Suherman ditinjau dari fungsinya, konsep dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu konsep klasifikasional, konsep korelasional dan konsep teoritik:7

1. Konsep klasifikasional memungkinkan kita dapat mengklasifikasikan konsep-konsep. Misalnya konsep segitiga, segi empat, kubus, balok, himpunan dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa segitiga, segiempat, kubus dan balok itu kita dapat buat dengan berbagai ukuran sehingga luas

4

Lia Kurniawati, "Pengaruh Pendekatan Contextual Learning pada Materi Bangung

Ruang Terhadap hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP", Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, CEMED, 2007. h.206.

5

Ibid. h.206. 6

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.73.

7


(26)

dan volumenya berbeda. Tetapi apabila kita dihadapkan kepada objek-objek tersebut tidak akan keliru menentukkannya menurut kelompoknya masing-masing. Dalam konsep klasifikasional terdapat pula konsep yang menunjukkan variabel kuantitatif seperti panjang, luas, dan volume.

2. Konsep korelasional memungkinkan kita menghubungkan konsep yang satu dengan yang lainnya, dua atau lebih objek. Misalnya konsep jarak sebagai hasil kali waktu dan kecepatan, konsep segitiga dengan kurva tertutup sederhana yang merupakan gabungan tiga buah garis.

3. Konsep teoritik adalah yang memungkinkan kita dapat menjelaskan fakta, misalnya konsep titik, bilangan dan himpunan.

Adapun konsep itu sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 8

a. Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya. Misalnya konsep laboratarium, memiliki dua atribut yakni warna dan bentuk, danau berbeda dengan lautan berdasarkan atribut luas lautan lebih luas dibandingkan dengan danau. Jadi, adanya keragaman antara konsep-konsep sebenarnya ditandai dengan adanya atribut yang berbeda.

b. Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. Misalnya, atribut warna punya macam-macam nilai merah, putih, biru, dan lain-lain.

c. Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.

d. Kedominanan atribut, menunjukkan pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvious) daripada yang lainnya.

Adapun agar siswa di dalam kelas menguasai konsep dengan baik, maka perlu diperhatikan langkah-langkah yang perlu diikuti dalam mengajarkan konsep, diantaranya adalah:9

8

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

(Jakarta: Bumi Aksara) cet ke II, hal. 162. 9


(27)

1. Tetapkan perilaku yang diharapkan dapat diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep.

Dalam rangka mempelajari konsep, yang dimaksud dengan perilaku yang diharapkan adalah kemampuan mengidentifikasi dengan tepat dan benar contoh-contoh konsep yang baru. Dan untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut:

a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.

b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.

c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.

d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.

2. Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut penting dominan

Pada langkah itu, apa yang telah dipelajari tentang nilai, nomer, dominan, dan hubungan atribut-atribut dapat digunakan secara pedagogis. Guru perlu melakukan kajian terhadap konsep dan menetapkan yang mana yang akan diajarkan kepada siswa. Setelah itu guru merancang prosedur mengajarkan konsep tersebut. Ada dua cara untuk mengurangi jumlah atribut dari konsep yang kompleks.

a. Mengenali beberapa atribut dan memfokuskan pada atribut yang dianggap paling penting.

b. Mengkodifikasi atribut-atribut menjadi beberapa pola atau bentuk. 3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa

Pada langkah ini guru terlebih dahulu perlu mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa tentang konsep. Gagasan- gagasan yang telah siswa pahami sebenarnya merupakan pengetahuan prerequisite. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang prerequisite tersebut guru


(28)

perlu melakukan atau memberikan tes awal kepada semua siswa. Bila ternyata ada siswa yang tidak mengetahui suatu konsep yang diperlukan sebagai prerequisite, maka guru dapat menggunakan salah satu atau beberapa prosedur berikut ini:

a. Bila semua siswa belum memahami konsep, maka keseluruhan kelas perlu diadakan review.

b. Siswa yang telah mengetahui konsep bertindak sebagai tutor terhadap siswa lainnya, terutama jika jumlah yang telah mengetahui dan yang belum mengetahui konsep seimbang atau sama.

c. Pertanyaan-pertanyaan pada tes disertai dengan kunci dari sumber-sumber refrensi, yang dapat digunakan secara bebas oleh siswa sendiri (hanya digunakan oleh sekelompok siswa).

d. Memberikan review kepada siswa secara individual.

4. Memberikan contoh-contoh yang positif dan yang negatif mengenai konsep.

Contoh-contoh positif dan negatif tentang konsep adalah kondisi yang penting dalam mempelajari konsep. Suatu contoh positif adalah sesuatu yang berisikan atribut-atribut tentang konsep. Suatu contoh negatif adalah sesuatu yang tidak berisikan satu atau lebih atribut.

Untuk menjelaskan tentang cara menggunakan contoh-contoh positif dan negatif dalam mempelajari suatu konsep dapat dilakukan dengan teknik diskriminasi dan generalisasi. Prosedur yang ditempuh adalah dengan mendeskriminasikan gambar-gambar yang tercantum dalam kartu, misalnya sejumlah kartu yang memuat gambar binatang.

Setelah mendeskriminasikan atribut-atribut tersebut, selanjutnya menarik kesimpulan (generalisasi) tentang konsep tersebut. Dalam menggunakan contoh-contoh tadi hendaknya dipertimbangkan hal-hal berikut:

a. Banyaknya contoh-contoh positif dan negatif yang dipergunakan dalam mengajarkan suatu konsep.


(29)

b. Derajat kemanfaatan daripada contoh-contoh tersebut.

c. Derajat kenyataan (realisme) yang terkandung dalam contoh-contoh yang digunakan.

5. Menyajikan contoh-contoh

Langkah-langkah itu berkenaan dengan aturan, dengan contoh-contoh sebagai suatu keseluruhan dan jenis-jenis contoh-contoh (positif dan negatif) disajikan kepada siswa. Ada tiga yang dapat ditempuh dalam menyajikan contoh-contoh kepada siswa, yaitu sebagai berikut:

a. Penyajian bertahap (successive presentation), suatu contoh dipertunjukkan dan setelah dua puluh detik kemudian dipertunjukkan contoh lainnya.

b. Kondisi fokus, dua contoh disajikan bersama-sama, misalnya dua contoh positif atau satu yang positif dan satu lagi yang negatif.

c. Penyajian simultan setiap contoh baru dipertunjukkan bersama dengan semua contoh yang telah dipertunjukkan sebelumnya.

Dari ketiga cara tersebut, cara ketiga lebih baik dibandingkan dengan cara pertama dan cara kedua, karena siswa tidak perlu lagi mengungkapkan kembali contoh-contoh sebelumnya.

6. Sambutan siswa dan penguatan (reinforcement)

Dalam belajar konsep, penguatan terutama memberikan informasi balikan agar siswa dapat memisahkan antara contoh positif dan negatif, dan memandunya untuk merumuskan hubungan antara macam-macam atribut. Penguatan yang lebih banyak dan sering akan lebih mempercepat belajar konsep dibandingkan dengan melakukan penguatan secara sebagian-sebagian.

Disamping itu, penguatan yang berintensitas tinggi akan lebih efektif mempelajari konsep-konsep yang sulit, penguatan secara verbal kurang efektif dibandingkan dengan penguatan auditoris.


(30)

7. Menilai belajar konsep

Langkah ini menekankan pada aspek penyimpulan tentang apakah siswa telah memahami suatu (dalam arti perubahan/ perbaikan perilakunya). Misalnya kemampuan siswa menentukkan mana contoh positif dan mana contoh negatif. Jadi, langkah ini berfungsi sebagai kegiatan penilaian terhadap penguasaan konsep oleh siswa, dan sekaligus dapat berfungsi sebagai penguatan atau umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi.10 Dan apabila seorang siswa ingin memecahkan suatu masalah matematika, maka mereka harus mengetahui aturan- aturan yang relevan yang terdapat dalam konsep-konsep matematika yang telah mereka peroleh sehingga mereka dapat mencari atau bertukar informasi dengan teman-temannya dalam memecahkan masalah yang ada.

Pemahaman konsep itu sendiri merupakan suatu komponen besar yang mencakup kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir kritis, kemampuan bernalar, dan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam Depdiknas yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.11

Sedangkan pemahaman konsep matematika itu sendiri sangatlah penting dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan "NCTM 2000 disebutkan bahwa pemahaman matematik merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika". 12 Selain itu menurut Wanhar

10

Ratna Wilis Dahar. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Erlangga. h.62.

11

Oktiana Dwi Putra Herawati, dkk. "Pengaruh Pembelajaran Problem Posing

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang".vol.4. no.1 : Juni 2010. h.71.

12

Nila Kesumawati. "Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran


(31)

bahwa pemahaman konsep matematika hubungannya dengan berbagi disiplin ilmu sangatlah penting. Ditinjau dari segi fungsinya konsep matematika dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu: 1. Konsep klasifikasional, yaitu konsep yang memungkinkan kita dapat mengklasifikasi obyek-obyek. Misalnya konsep segitiga, segi empat, kubus, balok, himpunan, dan sebagainya. 2. Konsep korelasional, yaitu konsep yang memungkinkan kita dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dua atau lebih obyek. 3. Konsep teoritik, yaitu konsep yang memungkinkan kita dapat menjelaskan fakta.13

Seperti yang dinyatakan oleh Zulkardi bahwa "mata pelajaran matematika menekankan pada konsep". Artinya dalam mempelajari matematika siswa harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal serta mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut dalam dunia nyata.14 Sehingga pembelajaran yang mengacu kepada pemahaman konsep matematika siswa harusnya guru menanamkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah sehingga mereka mencari tahu sendiri informasi-informasi yang berkaitan dengan penyelesaian masalah yang diberikan oleh guru. Biarkan saja mereka mencari tahu sendiri informasi tersebut hingga nanti mereka dapat memahami sendiri konsep dan penyelesaiannya. Dengan ini siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapatnya dan mampu berperan aktif selama proses pembelajaran. Dan tanpa disadari dengan sendirinya tercipta pribadi siswa yang mandiri, kreatif, dan inovatif serta akan terbentuknya interaksi aktif antara siswa dan siswa dan antara guru dan siswa. Akan tetapi, pembelajaran ini harus sesuai dengan situasi siswa di sekolah dan konsep yang dikemukakan harus jelas sehingga nanti siswa mampu berpikir secara logis, sistematis, dan kreatif. Seperti yang dinyatakan NCTM (Webb dan Coxford) mengajukan beberapa komponen pembelajaran dan evaluasi matematika yang perlu mendapat perhatian, yaitu memilih tugas matematika yang tepat,

13

Wanhar. "Hubungan Antara Pemahaman Konsep Matematika Dengan Kemampuan

Menyelesaikan Soal-Soal Fisika". Baruga, vol.1 no. 3: 2008. h.30. 14


(32)

mendorong siswa belajar bermakna (meaningful learning), mengatur diskursus (discourse), menciptakan suasana belajar dan menganalisis situasi kelas.15

Akan tetapi, seseorang dinyatakan memahami suatu konsep matematika bila ia telah mampu melakukan beberapa hal di antaranya: 1. Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahami sebelumnya, 2. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan ide atau gagasan konsep tersebut, 3. Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-cara yang tepat, 4. Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.16

Secara umum indikator pemahaman konsep matematika meliputi mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika. Adapun indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum 200617, yaitu:

1. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep

2. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu 3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

4. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

15

Ranchman Natawidjaja, Djuju Sudjana, Waini Rosyidin, dkk (2008). Rujukan

Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press. Cet.I. Januari 2008. h. 682. 16

Suhendra,dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Cet.

Kedua : April 2007. h.7.21. 17


(33)

2. Strategi Active Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan) a. Strategi Active Learning (Strategi Pembelajaran Aktif)

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.18 Strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.19 Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi adalah usaha mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.20 Sedangkan menurut Smith, R.M.1 bahwa pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena istilah tersebut dapat digunakan dalam banyak hal. Pembelajaran digunakan untuk menunjukkan: 1. Pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, 2. Penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang, atau 3. Suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah.21 Dengan kata lain, pembelajaran digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses, atau fungsi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang berisi serangkaian

18

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), cet. 8. h. 126. 19

Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,

(Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. I. h. 11. 20

Bambang Warsita, op. cit., h.26. 21

Prof. Dr. Anisah Basleman, M.Si dan Prof. Dr. Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang


(34)

kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dirancang dengan sengaja sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajar.

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.22 Pendapat lain dikemukakan oleh Kemp yang mendefinisikan strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selain itu Dick and Carey menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.23 Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berisi tentang komponen-komponen pembelajaran dan kerangka kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran dapat memanfaatkan dan mengembangkan potensi dalam diri siswa. Sehingga proses pembelajaran akan terasa menyenangkan dan ingatan siswa akan materi yang sedang diajarkan akan terus teringat oleh siswa. Strategi pembelajaran aktif adalah strategi yang menuntut keaktifan siswa menggunakan pikirannya baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan masalah, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Dengan ini siswa diharapkan dapat menggunakan kemampuannya dalam menentukkan hasil akhir sebuah masalah.

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi sesama siswa ataupun berinteraksi dengan pengajar. Pembelajaran aktif mengharuskan siswa untuk melakukan

22

Dr. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet.7. h. 3.

23


(35)

aktifitas belajar bermakna, sehingga mereka dapat berfikir serta menggali informasi tentang materi yang diajarkan. Tujuan dari pembelajaran aktif itu sendiri adalah melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif (active learning) juga meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran,24 sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa belajar secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan dapat membangun kerjasama dalam kelompok belajar. Disaat siswa belajar aktif, maka siswa yang mendominasi kegiatan pembelajaran, baik untuk menemukan ide pokok, menggali informasi, memecahkan masalah, bahkan mengaplikasikannya ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan memberikan strategi pembelajaran aktif pada siswa dapat membantu ingatan mereka dan melatih mereka untuk banyak membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah.

b. Strategi Active Knowledge Sharing ( Berbagi Ilmu Pengetahuan) Strategi Active Knowledge Sharing adalah strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa siap belajar materi pembelajaran dengan cepat serta dapat meningkatkan siswa dalam membentuk kerjasama tim.25 Menurut Mel Silberman strategi ini merupakan salah satu cara yang bagus untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang guru ajarkan. Guru juga dapat memanfaatkannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa selagi pada saat yang sama melakukan kegiatan pembentukan tim. 26Dalam strategi ini setiap

24

Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani. Cet ke-6, Juli 2009. h. xxii.

25 Asri Nafi’a Dewi, dkk.

"Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMA N 2 Karanganyar", Jurnal Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS. h. 29.

26


(36)

individu siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan bila ada pertanyaan yang belum mereka jawab maka diharuskan untuk saling berdiskusi satu dengan yang lainnya lalu jawaban yang mereka dapat dibahas secara bersama-sama dan diambil kesimpulan sehingga guru dapat lebih lagi menjelaskan materi tersebut melalui jawaban-jawaban yang mereka kemukakan. Dan hal ini sesuai dengan pendapat John Dewey dalam Arends Richard yang menjelaskan bahwa proses kognitif siswa dapat terbentuk jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.27 Sehingga pendidikan di segala jenjang pada umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar terjadi implementasi antara pendidikan dengan strategi pembelajaran yang guru gunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kelebihan dari strategi Active Knowledge Sharing adalah sebagai berikut:

1) Melatih siswa menjadi mandiri dalam proses pembelajaran.

2) Melatih siswa untuk selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa lainnya.

3) Menghilangkan rasa malu dan kaku dalam menyampaikan pendapat atau hasil belajar yang mereka peroleh kepada temannya yang lain.

Kelebihan lain dari strategi ini adalah dapat divariasikan dengan strategi lainnya, misalnya memberikan kartu indeks kepada masing-masing siswa setelah mengerjakan daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru dan meminta mereka untuk menuliskan subuah informasi yang mereka yakini akurat mengenai materi pembelajaran.28

27Asri Nafi’a Dewi.,

op.cit. h. 30 28


(37)

Adapun langkah-langkah Active Knowledge Sharing sebagai berikut29:

1. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Pertanyaan dapat berupa definisi suatu istilah, bentuk multiple choice, mengidentifikasi seseorang, melengkapi kalimat, dan sebagainya. 2. Minta peserta didik untuk menjawab dengan sebaik-baiknya,

3. Minta semua peserta didik untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya. Tekankan pada siswa untuk saling membantu.

4. Minta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk mereka kemudian periksalah jawaban mereka. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh peserta didik. Gunakan jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas.

3. Strategi Pembelajaran Konvensional

Strategi pembelajaran konvensional merupakan strategi pembelajaran yang biasa digunakan oleh pengajar di sekolah. Dalam hal ini sekolah dimana peneliti akan melakukan penelitiannya terbiasa menggunakan pembelajaran konvensional dengan strategi ekspositori, sehingga pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan strategi ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.30Strategi ekspositori cenderung guru yang menyampaikan materi secara langsung kepada siswa, sehingga siswa kurang aktif dan hanya menerima materi yang disajikan oleh guru.

Strategi pembelajaran konvensional merupakan bentuk lain dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher center

29

Mel Silberman. Ibid, h. 82. 30


(38)

approach). Hal ini dikarenakan dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat dominan, sehingga melalui strategi ini pula guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang diberikan dapat dikuasai dan dipahami siswa dengan baik.

Terdapat beberapa karateristik pembelajaran ekspositori, diantaranya: a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran

secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

b. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahami materi dengan benar dan mampu mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. 31

Pembelajaran yang menggunakan strategi ekspositori sama dengan strategi pembelajaran matematika lainnya, dimana ada kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajarannya. Kekurangan dalam strategi ini, adalah:

a. Strategi pembalajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

b. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

c. Karena strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.

31


(39)

d. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan mengelola kelas.

e. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.

Adapun kelebihan dalam strategi ini ekspositori adalah:

a. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi

pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi.

d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam memperkuat penelitian ini maka ada beberapa penelitian relevan yang mendukung peneliti, di antaranya:

1. Pengaruh Model Pembelajaran Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus Peliatan Ubud Tahun Ajaran 2013/2014

Penelitian ini dilakukan oleh Kd. Adriasa, Km. Ngr. Wiyasa, MG Rini Kristiantari yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan

32


(40)

hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah quasi experiment atau eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi yang dipergunakan adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik random sampling. Setelah dirandom, diperoleh sampel yaitu kelas V SDN 3 Peliatan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SDN 4 Peliatan sebagai kelompok kontrol. Data penelitian berupa hasil belajar matematika pada ranah kognitif dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan uji-t. Dari analisis hasil belajar siswa diperoleh thitung sebesar 4,62 sedangkan t-tabel 1,99 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud. Selain itu dilihat dari perolehan rata-rata nilai posttest, hasil belajar kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol yaitu 69,02 untuk kelompok eksperimen dan 60,73 untuk kelompok kontrol. Atas hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014.

2. Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Biologi Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011

Penelitian ini dilakukan oleh Baiq Ifriyana Zahroyani meneliti terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran biologi pada pokok


(41)

bahasan pengelolaan lingkungan. Ternyata penelitian ini terjadi dua siklus yang menglami peningkatan keaktifan siswa pada tahap siklus kedua. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan persentase aktivitas belajar siswa berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa persiklus sebesar 42,03%, siklus 1 sebesar 65,31% dan siklus 2 sebesar 81,09%.

3. Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMA N 2 Karanganyar

Penelitian ini dilakukan oleh Asri Nafi’a Dewi, Sri Dwiastuti, Baskoro

Adi Prayitno. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: (1). Menguji pengaruh model pembelajaran active knowledge sharing terhadap hasil biologi kelas X SMA N 2 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. (2). Menguji pengaruh Minat belajar siswa terhadap hasil biologi kelas X SMA N 2 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. (3). Menguji ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran active knowledge sharing dan minat siswa terhadap hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research) menggunakan Posttest Only Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling, sedangkan teknik pengumpulan data hasil belajar ranah kognitif menggunakan teknik tes, angket, dan lembar observasi. Teknik analisis datanya menggunakan anava. Kesimpulannya bahwa 1. Model active knowledge sharing berpengaruh terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif dengan P-value 0,024, sedangkan ranah afektif dan ranah psikomotor dengan P-value 0,059 dan 0,274. 2. Tidak terdapat pengaruh antara minat tinggi, rendah terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar.


(42)

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika di sekolah masih banyak yang menggunakan metode ceramah, sehingga dalam kegiatan belajar di dalam kelas guru menjadi pusat kegiatan belajar sedangkan peserta didik hanya sebagai objek yang tak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa hanya datang, duduk, mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru lalu mereka menghafal rumus dari materi tersebut tanpa tahu darimana rumus itu didapat, sehingga kegiatan belajar lebih didominasi oleh guru.

Selain itu, pembelajaran matematika di sekolah hanya berfokus pada soal-soal yang tidak rutin dilakukan siswa sehingga kebanyakan dari siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbeda dari soal yang dicontohkan guru. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami soal dan kurang banyak berlatih dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

Adapun solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran, salah satunya adalah dengan pembelajaran aktif (active learning ) karena dalam pembelajaran ini siswa sebagai subyek dalam kegiatan belajar. Materi atau pengetahuan yang mereka dapat bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan harus diteliti dan difikirkan oleh siswa, sehingga siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Sehingga untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang aktif, maka diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai dan memudahkan siswa dalam menerima dan memahami matematika. Salah satu strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi active knowledge sharing (berbagi ilmu pengetahuan). Strategi ini adalah strategi yang dapat membuat siswa siap belajar materi pembelajaran dengan cepat serta dapat meningkatkan siswa dalam membentuk kerjasama. Dalam strategi ini siswa diberi ruang lebih untuk mencari informasi yang berhubungan dengan materi dan dapat saling tukar fikiran antar siswa yang satu dan lainnya.


(43)

Active knowledge sharing merupakan salah satu strategi pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mencari informasi berdasarkan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya dan berdiskusi antar siswa apabila terjadi kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Tahapan-tahapan seperti ini dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.

Pemahaman konsep sendiri merupakan suatu komponen besar yang mencakup kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir kreatif, kemampuan berfikir kritis, kemampuan bernalar, dan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karenanya siswa diharapkan mampu menyelesaikan soal-soal dengan baik dan semoga dengan strategi pembelajaran aktif tipe active knowledge sharing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas maka penulis mengajukan hipotesis yaitu:

"Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajar menggunakan strategi Active Knowledge Sharing lebih tinggi dari pada kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran konvensional".


(44)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung di SMP Daar el Qolam, Jl. Raya Serang Km. 36 Desa Pasir Gintung Kec. Jayanti Kab. Tangerang Banten. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas VIII, yaitu kelas VIII.1 dan kelas VIII.4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, yaitu dimulai pada tanggal 22 September sampai tanggal 27 Oktober.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya pengaruh strategi Active Knowledge Sharing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematik siswa dengan cara membandingkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan startegi Active Knowledge Sharing (kelas eksperimen) dengan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap variabel dan kondisi kelas eksperimen. 1

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design. Dengan menggunakan desain ini subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan pembelajaran menggunakan strategi Active Knowledge Sharing sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar dengan pembelajaran

1 Ruseffendi, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta lainnya, (Bandung: Tarsito, 2010), h. 52.


(45)

konvensional. Setelah diberi perlakuan kemudian kedua kelompok diberikan postes berupa tes pemahaman konsep relasi dan fungsi.

Desainpenelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: Tabel 3. 1

Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Postest

(R) Eksperimen XE Y

(R) Kontrol XK Y

Keterangan :

R : Pemilihan sampel secara random/acak

XE: Pembelajaran menggunakan strategi Active Knowledge Sharing

XK: Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran konvensional

Y : Hasil Post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Daar el Qolam, sedangkan populasi sasaran adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Daar el Qolam yang terdapat pada semester ganjil tahun ajaran 2014-2015. Kelas VIII SMP Daar el Qolam terdiri dari 6 kelas dimana siswanya memiliki kemampuan yang relatif sama.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu pengambilan sampel secara acak (cluster random sampling) yaitu pengambilan sampel secara random yang didasarkan kepada kelompok, tidak didasarkan pada anggota-anggotanya dimana anggota-anggota dalam kelompok tersebut memiliki karakteristik yang sama, dengan memilih 1 kelas yang mewakili kelas


(46)

eksperimen yaitu kelas VIII.1 dan 1 kelas yang mewakili kelas kontrol yaitu kelas VIII.4 secara acak dari 6 kelas.

Ilustrasi teknik pengambilan sampel dengan Cluster Random Sampling dapat dilihat pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1

Teknik Pengambilan Sampel Penelitian D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan di SMP Daar el Qolam yaitu berupa instrumen tes, instrumen tes itu sendiri berupa tes pemahaman konsep. Adapun uraian tentang instrumen tersebut yaitu:

1. Tes pemahaman konsep

Tes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep relasi dan fungsi siswa. Tes ini berbentuk esai (uraian) yang terdiri dari 8 soal (nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7a, 7b, 8a, 8b, dan 8c). Tes kemampuan pemahaman konsep yang diberikan sesuai indikator pemahaman konsep. Adapun indikator tes yang akan diukur akan dijelaskan sebagaimana terdapat pada tabel 3.2 berikut ini.

Kelas VIII

1 2 3

4 5 6

Dipilih secara acak

1

4

Sehingga diperoleh

Eks

Ktrl 1


(47)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Relasi dan Fungsi Indikator Pemahaman

Konsep menurut Depdiknas

Indikator Soal No

Soal Jml Soal 1. Memberi contoh dan bukan

contoh dari suatu konsep

1. Mengidentifikasi relasi yang termasuk fungsi dan bukan fungsi.

2. Mengidentifikasi suatu himpunan yang termasuk korespondensi satu-satu 3. Menentukkan relasi yang

termasuk fungsi dan korespondensi satu-satu 1 2 5 3 2. Menggunakan,

memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

1. Menentukkan banyaknya fungsi yang mungkin terjadi dari dua himpunan 2. Menentukkan rumus

fungsi suatu himpunan

3

4

2

3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

1. Memberikan contoh fungsi suatu himpunan dalam diagram panah dan cartesius

2. Menyelesaikan masalah sehari- hari dalam grafik fungsi notasi fungsi

6

7

2

4. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah

1. Menyelesaikan masalah sehari-hari dengan menggunakan konsep relasi dan/ fungsi

8 1


(48)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep relasi dan fungsi siswa yaitu menggunakan teknik tes (tes pemahaman konsep relasi dan fungsi). Tes pemahaman konsep relasi dan fungsi diberikan pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan (posttes). Hasil tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep relasi dan fungsi siswa. Sebelum soal tes pemahaman konsep relasi dan fungsi diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlebih dahulu soal diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang sudah mendapatkan materi relasi dan fungsi, yaitu pada siswa kelas IX-2. Data hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal (item) meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

1. Validitas

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas item, yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item, dengan kriteria sebuah soal tes dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total.2 Untuk menguji validitas item digunakan rumus korelasi, skor-skor yang ada pada item tes dikorelasikan dengan skor total.

Uji validitas item tes uraian menggunakan rumus korelasi menggunakan formula korelasi product moment dengan angka kasar yaitu:3

∑ ∑ ∑

√ ∑

2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. IX, h. 76.

3


(49)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

∑ = jumlah skor butir

∑ = jumlah skor total n = jumlah responden

Untuk mengetahui valid atau tidak validnya suatu butir soal (item), maka dibandingkan dengan product moment.

Jika:

Berdasarkan perhitungan data hasil tes uji soal diperoleh validitas tiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Perhitungan Uji Validitas

No. Soal Keterangan

1 0.86 0.381 Valid

2 0.26 0.381 Tidak Valid

3 0.49 0.381 Valid

4 0.16 0.381 Tidak Valid

5 0.50 0.381 Valid

6 0.76 0.381 Valid

7a 0.71 0.381 Valid

7b 0.25 0.381 Tidak Valid

8a 0.71 0.381 Valid

8b 0.62 0.381 Valid

8c 0.41 0.381 Valid

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa soal nomor 2, 4, dan 7b tidak valid. Untuk perhitungan validitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 15.

2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah kekonsistenan atau keajegan instrumen tersebut dalam mengukur apa yang diukur. Artinya jika tes tersebut diberikan pada obyek yang sama walaupun dilakukan oleh orang yang


(50)

berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda, tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama.

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas, rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tes uraian menggunakan rumus Koefisien Alpha (Alpha Cronbach), yaitu:

dengan ∑ ………4

Keterangan:

11

r = koefisien reliabilitas instrumen

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

n = banyaknya item soal yang valid 1 = bilangan konstanta

N = banyaknya siswa

Adapun klasifikasi interpretasi untuk reliabilitas soal menggunakan patokan yang dibuat oleh J.P Guilford5 yaitu seperti pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal

4Ibid., h. 109.

5 Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA, 2003), h. 139.

Indeks Reliabilitas Klasifikasi ≤ 0,20 Sangat rendah 0,21 < ≤ 0,40 Rendah 0,41 < ≤ 0,70 Sedang 0,71 < ≤ 0,90 Tinggi 0,91 < ≤ 1,00 Sangat tinggi


(51)

Dari hasil perhitungan r11 sebesar 0,82. Dengan demikian, koefiseien reliabilitas soal tergolong tinggi. Perhitungan reliabilitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 18.

3. Tingkat Kesukaran

Uji taraf kesukaran berfungsi untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus:6

P

=

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Jumlah skor siswa yang menjawab benar pada setiap item JS

=

Jumlah skor maksimum suatu item x jumlah peserta

Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran Kisaran Indeks Kesukaran Keterangan

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah


(52)

Berdasarkan perhitungan data hasil tes uji coba soal pada lampiran 17, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran No. Soal Nilai TK Interpretasi

1 0,46 Soal sedang

2 0.64 Soal sedang

3 0,52 Soal sedang

4 0,51 Soal sedang

5 0,47 Soal sedang

6 0,48 Soal sedang

7a 0,31 Soal sedang

7b 0,23 Soal sukar

8a 0,26 Soal sukar

8b 0,15 Soal sukar

8c 0.20 Soal sukar

4. Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan sebuah soal dengan membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik jika siswa yang pandai dapat mengerjakan soal dengan baik dan siswa yang berkemampuan kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik.

Daya pembeda soal adalah kemampuan untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal digunakan rumus:7

D = = - Keterangan:

D = Daya pembeda


(53)

J = Jumlah peserta tes

JA = Total keseluruhan nilai peserta kelompok atas

JB = Total keseluruhan nilai peserta kelompok bawah

BA = Total nilai peserta kelompok atas

BB = Total nilai peserta kelompok bawah

Tabel 3.7 Indeks Daya Pembeda

Daya beda soal Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Berdasarkan perhitungan data hasil tes uji coba soal pada lampiran 16, diperoleh daya pembeda tiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda No. Soal Nilai DP Interpretasi

1 0,36 Cukup

2 0,10 Jelek

3 0,37 Cukup

4 0,06 Jelek

5 0,24 Cukup

6 0,39 Cukup

7a 0,36 Cukup

7b 0,20 Jelek

8a 0,33 Cukup

8b 0,16 Jelek


(54)

Dari hasil perhitungan uji daya pembeda terhadap 11 butir soal valid diperoleh 5 butir soal dengan kriteria cukup, dan 6 butir soal dengan kriteria jelek. Berikut adalah rekapitulasi hasil uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Tabel 3. 9

Rekapitulasi Data Hasil Uji Instrumen

No. soal Validitas Taraf Kesukaran

Daya Pembeda

Keterangan

1 Valid Sedang Cukup Digunakan

2 Tidak Valid Sedang Jelek Tidak Digunakan

3 Valid Sedang Cukup Digunakan

4 Tidak valid Sedang Jelek Tidak Digunakan

5 Valid Sedang Cukup Digunakan

6 Valid Sedang Cukup Digunakan

7a Valid Sedang Cukup Digunakan

7b Tidak valid Sedang Jelek Tidak Digunakan

8a Valid Sukar Cukup Digunakan

8b Valid Sukar Jelek Digunakan

8c Valid Sukar Jelek Digunakan

Derajat Reliabilitas 0,82

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini diperoleh data tes pemahaman konsep relasi dan fungsi siswa. Analisis data tersebut yaitu:

Data pemahaman konsep relasi dan fungsi siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data hasil tes yang berasal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif yang meliputi: tabel distribusi frekuensi, grafik, ukuran pemusatan (rata-rata,


(55)

median dan modus) dan ukuran penyebaran (rentang, standar deviasi, koefisiens varians, kemiringan/skewness, dan ketajaman/curtosis) sedangkan analisis inferensial dilakukan untuk menarik kesimpulan dan menggeneralisasikan populasi berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari data tes.

Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat

Uji prasyarat dilakukan untuk menentukan jenis statistik uji yang akan digunakan, uji tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan pemahaman konsep matematik yang diperoleh dari kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji Chi-square, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:8

1. Perumusan Hipotesis

Ho: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal 2. Menentukan rata-rata dan standar deviasi

3. Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi. Dengan membuat daftar frekuensi observasi (fo) dan frekuensi ekspektasi (fe)

4. Mengitung nilai 2 hitung dengan rumus:

2

= ∑

5. Menentukan 2tabelpada derajat bebas (db) = k – 3, dimana k banyaknya kelompok. Dengan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan  = 5% 6. Kriteria pengujian

Jika 2≤2tabel maka Ho diterima

8

Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : PT. Rosemata Sampurna, 2011), h.111.


(56)

Jika 22tabel maka Ho ditolak 7. Kesimpulan

22

tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

22

tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang sama (homogen). Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Langkah-langkah uji Fisher adalah sebagai berikut:9

1. Perumusan Hipotesis Ho : 12 = 22

Kedua kelompok mempunyai varians yang sama Ha : 1222

Kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama 2. Mengitung nilai F dengan rumus Fisher:

F =

Dimana: S2 = ∑ ∑ Keterangan:

F = Uji Fisher

= varians terbesar = varians terkecil

3. Menentukan taraf signifikan  = 5%

4. Menentukan Ftabel pada derajat bebas db1 = (n1-1) untuk pembanding dan db2 = (n2– 1) untuk penyebut, dimana n adalah banyaknya anggota kelompok

5. Kriteria pengujian

Jika Fhitung ≤Ftabel maka Ho diterima Jika Fhitung Ftabel maka Ho ditolak

9


(57)

6. Kesimpulan

Fhitung ≤Ftabel: varians kedua kelompok homogen

Fhitung Ftabel: varians kedua kelompok tidak homogen

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dilakukan analisis data, data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kesamaan dua rata-rata. Uji statistik yang digunakan adalah uji- t.

a. Untuk sampel yang homogen, maka dapat dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t10

thitung = ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

dengan

sgab = √ dan dk = n1n2 2 Keterangan :

1

X = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

2

X = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

1

n = jumlah siswa kelompok eksperimen

2

n = jumlah siswa kelompok kontrol

2 1

S = varians kelompok eksperimen

2 2

S = varians kelompok kontrol H0 diterima jika thitung < ttabel

H0 ditolak jika thitung ttabel

10


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Efektifitas hukuman terhadap kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Daar El-Qolam

1 32 96

Pengaruh Strategi Pembelajaran Heuristik Vee Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa Di Smp Negeri 2 Tangerang Selatan

3 21 196

Penerapan model pembelajaran Modificationaction Process Object Schema (M-APOS ) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa: penelitian kuasi eksperimen di Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kabupaten Tangerang.

7 40 173

Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dunia Hewan

2 33 289

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DISERTAI MODUL HASIL

0 1 129

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING (BERBAGI PENGETAHUAN SECARA AKTIF) UNTUK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING (BERBAGI PENGETAHUAN SECARA AKTIF) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SISTEM KOORDINASI MANUSIA P

0 0 14

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DENGAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Dengan Media

0 2 15

PENGARUH METODE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Pengaruh Metode Active Knowledge Sharing Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Keaktifan Siswa.

0 1 16

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

3 8 59

EFEKTIFITAS STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOSAKATA.

1 3 52