menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses  pembelajaran.  Guru  sebagai  sumber  belajar,  penentu  metode
belajar  dan  juga  penilai  kemajuan  belajar  meminta  para  pendidik  untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran itu sendiri. Dari  definisi  diatas  yang  perlu  di  garis  bawahi  yaitu  bahwa
pembelajaran  adalah  suatu  proses  atau  kegiatan  yang  sistematis  dan sistematik,  yang  bersifat  interaktif  dan  komunikatif  antara  pendidik
dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu  kondisi  yang  memungkinkan  terjadinya  tindakan  belajar  peserta
didik,  bail  di  kelas  maupun  diluar  kelas,  dihadiri  guru  secara  fisik  atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.
b. Teori Vygotsky
Vygotsky  dalam  teorinya  mengatakan, “orang lain dan bahasa
memainkan  peran  kunci  dalam  perkembangan  kognitif  seorang  anak ”  .
Fungsi-fungsi  mental  mempunyai  hubungan  eksternal  atau  hubungan sosial.
Dalam teori
Vygotsky menyatakan
bahwa anak-anak
menegembangkan  konsep-konsep  yang  lebih  sistematis,  logis  dan rasional yang merupakan hasil dari dialog bersama pembimbingnya yang
terampil. Vygotsky  1896-1934,  seorang  psikolog  Rusia,  menyatakan
bahwa  peserta  didik  dalam  mengkonstruksi  suatu  konsep  perlu memperhatikan  lingkungan  sosial.  Proses  mengkonstruksi  ini  oleh
Vygotsky  disebut  konstruktivisme  sosial.
29
Sumbangan  penting  teori Vygotsky  adalah  penekanan  pada  hakikat  pembelajaran  sosiokultural.
Inti  teori  Vygotsky  adalah  menekankan  interaksi  antara  aspek  internal dan  eksternal  dari  pembelajaran  dan  penekanannya  pada  lingkungan
sosial  pembelajaran.  Menurut  teori  Vygotsky,  fungsi  kognitif  manusia berasal  dari  interaksi  sosial  masing-masing  individu  dalam  konteks
29
Adinegara, Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk Mencapai Zone of Proximal Development ZPD, tersedia dalam : http:blog.unnes.ac.idadinegara20100304Vygotskian-
perspective-proses-scaffolding-untuk-mencapai-zone-of-proximal-development-zpd.
budaya.  Vygotsky  yakin  bahwa  fungsi  fungsi  mental  yang  lebih  tinggi pada  umumnya  muncul  dalam  percakapan  dan  kerjasama  antar  individu
sebelum  fungsi  mental  yang  lebih  tinggi  itu  terserap  ke  dalam  individu tersebut.  Penafsiran  terkini  terhadap  ide-ide  Vygotsky  adalah  siswa
seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, realistis dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.
Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak  bekerja  atau  menangani  tugas-tugas  yang  belum  dipelajari,  namun
tugas-tugas  tersebut  masih  berada  dalam  jangkauan  mereka  disebut dengan  zone  of  proximal  development.
30
Dengan  kemampuan  yang memang  sudah  dimiliki,  maka  siswa  dapat  menyelesaikan  tugas-tugas
yang  diberikan  sesuai  dengan  kemampuan  yang  dimilikinya. Implementasi utama teori Vygotsky dalam pengajaran adalah bahwa para
siswa  membutuhkan  banyak  kesempatan  untuk  belajar  dengan  guru  dan teman  sebaya  yang  lebih  terampil.  Dan  guru  lebih  banyak  bertindak
sebagai  fasilitator  dan  pembimbing,  daripada  sebagai  pengarah  dan pembentuk pembelajaran. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky
yaitu  ZPDZone  of  proximal  dan  scaffolding.  Kedua  konsep  ini  saling berkaitan  satu  dengan  yang  lainnya.    Scaffolding  adalah  salah  satu  cara
yang dapat memaksimalkan ZPD seseorang.
c. Problem Solving
Pada hakikatnya pembelajaran itu bukan hanya bertujuan untuk memahami  dan  menguasai  apa  dan  bagaimana  suatu  terjadi,  tetapi  juga
memberi  pemahaman  dan  penguasaan  tentang  mengapa  hal  itu  terjadi. Berpijak  dari  hal  tersebut  maka  tentu  pembelajaran  pemecahan  masalah
menjadi  sangat  penting  untuk  diajarkan.  Sebagian  besar  ahli  pendidikan matematika  menyatakan  bahwa  masalah  merupakan  pertanyaan  yang
harus  dijawab  atau  direspon.  Pada  kehidupan  sehari-hari  kita  sering
30
Trianto,  Mendesain  Model  Pembelajaran  Inovatif-Progresif,  Jakarta:  Kencana,  2010,  Ed.I, cet.ke-3,hal.39
dihadapkan  pada  masalah-masalah  yang  menuntut  kita  untuk menyelesaikannya.  Masalah  atau  problem  menurut  Heys  adalah
“suatu kesenjangan  gap  antara  dimana  anda  berada  sekarang  dengan  tujuan
yang  anda  inginkan,sedangkan  anda  tidak  tahu  proses  apa  yang  akan dikerjakan
”.
31
Sedangkan menurut Grouws menyatakan bahwa “masalah
dalam  matematika  adalah  segala  sesuatu  yang  menghendaki  untuk dikerjakan
”.  Suatu  pertanyaan  akan  menjadi  masalah  jika  siswa  tidak mengetahui
aturan atau
hukum tertentu
yang segera
dapat dipergunakannya untuk menyelesaikan soal itu.
32
Berdasarkan  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  masalah matematika
adalah suatu
pertanyaan atau
persoalan yang
membingungkan  atau  sulit  yang  menghendaki  untuk  dikerjakan  atau memerlukan  pemecahan  masalah.  Gambaran  tersebut  memberikan
penjelasan  bahwa  masalah  dalam  matematika  berangkat  dari  adanya kemauan untuk menjawab pertanyaan itu, namun pada awalnya terdapat
kesulitan  untuk  menyelesaikannya,  karena  belum  diketahui  langkah- langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pembelajaran  problem  solving  adalah  pembelajaran  pemecahan masalah.  Menurut  Lawson  pemecahan  masalah  problem  solving  pada
dasarnya  adalah “belajar  menggunakan  metode-metode  ilmiah  atau
berpikir  secara  sistematis,logis,teratur  dan  teliti ”.
33
Pemecahan  masalah dapat  dipandang  sebagai  proses,  sebab  pemecahan  dalam  matematika
akan menemukan dan menggunakan kombinasi  serta aturan-aturan  yang telah diketahui untuk digunakan dalam pemecahan masalah itu. Menurut
Hudoyo  menyatakan  suatu  pertanyaan  merupakan  suatu  permasalahan bila  pertanyaan  tersebut  tidak  bisa  dijawab  dengan  prosedur  rutin,
sedangkan “pemecahan masalah adalah proses penerimaan tantangan dan
31
Erna  Suwangsih  dan  Tiurlina,  Model  Pembelajaran  Matematika,    Bandung:UPI  Press, 2006,h.126.
32
Nuralam  ,  “  Pemecahan  Masalah  Sebagai  Pendekatan  Dalam  Belajar  Matematika  “,  dalam jurnal  pendidikan,  dapat  diakses  di
www.jurnal.pdii.lipi.go.idadminjurnal5109142154.pdf ,  h.
144
33
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,  Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011, h. 121
kerja  keras  untuk  menyelesaikan  masalah  tersebut ”.
34
Selanjutnya penyelesaian  masalah  dapat  diartikan  sebagai  penggunaan  matematika
baik  untuk  matematika  itu  sendiri  maupun  aplikasi  matematika  dalam sehari-hari  dan  ilmu  pengetahuan  yang  lain  secara  kreatif  untuk
menyelesaikan masalah-masalah
yang belum
kita ketahui
penyelesaiannya  ataupun  masalah-masalah  yang  belum  kita  kenal. Tujuannya ialah untuk  memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif
untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Menurut  Erna  pendekatan  pembelajaran  merupakan  suatu
konsep  atau  prosedur  yang  digunakan  dalam  membahas  suatu  bahan pembelajaran  untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran.
35
Pemecahan masalah  dipandang  sebagai  suatu  proses  untuk  menemukan  kombinasi
dari  sejumlah  aturan  yang  dapat  diterapkan  dalam  upaya  mengatasi situasi  baru.  “  Pemecahan  masalah  juga  tidak  sekedar    sebagai  bentuk
kemampuan  menerapkan  aturan-aturan  yang  telah  dikuasai  melalui kegiatan-kegiatan  belajar  terdahulu,  melainkan  lebih  dari  itu,merupakan
proses  untuk  mendapatkan  seperangkat  aturan  pada  tingkat  yang  lebih tinggi
“.
36
Apabila  sesorang  telah  mendapatkan  kombinasi  perangkat aturan  yang  terbukti  dapat  dioperasikan  sesuai  situasi  yang  sedang
dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru.
pembelajaran  pemecahan  masalah  adalah  interaksi  antara stimulus  dan  respon  yang  merupakan  hubungan  dua  arah  belajar  dan
lingkungannya.  Hubungan  dua  arah  itu  terjadi  antara  siswa  dan  guru, antara pendidik dan peserta didik. Lingkungan memberikan pengaruh dan
masukan  kepada  siswa  berupa  bantuan  dan  masalah.  Rangsangan masalah  membuat  otak  memberikan  bantuan  secara  efektif  sehingga
masalah  yang  dihadapi  diselidiki,  dianalisis,  serta  dicari  jalan penyelesaiannya.
34
Erna Suwangsih dan Tiurlina, op.cit.,h.126.
35
Ibid, h.107
36
Made  Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif  Kontemporer,  Bumi Aksara,  2009, h.52