jaringan internet dan AC. Semua ini diadakan guna mendukung proses pembelajaran.
Akan tetapi sangat disayangkan. Mayoritas dari sarana dan prasarana tersebut belum dapat sepenuhnya difungsikan dengan baik. Seperti hal nya
ruang laboratorium multimediabahasa, yang kendatinya menjadi tempat mahasiswa untuk belajar guna mendapatkan suasana yang baru, belum
sepenuhnyadapat difungsikan. Juga masih banyak sarana dan prasarana lainnya yang belum dapat difungsikan dengan maksimal.
B. Latar Belakang Pendidikan
Mahasiswa program studi Tarjamah tahun akademik 20052005 berjumlah 25 orang. Namun pada semester VIII jumlah ini terus berkurang
menjadi 19 orang saja. Menurunnya jumlah populasi pada prodi ini terjadi akibat berbagai faktor di antaranya yaitu latar belakang pendidikan
mahasiswa. Dilihat dari latar belakang 25 orang mahasiswa tercatat:
3
1. Lulusan dari pondok pesantren berjumlah 7 orang yang terdiri dari:
jurusan IPA= 2 orang
jurusan IPS =3 orang
jurusan Bahasa dan Agama = 3 orang
3
Sekretaris Jurusan Tarjamah, Op. cit.
2. Lulusan dari MAN 12 orang yang terdiri dari:
Jurusan Bahasa = 7 orang
Jurusan IPS = 4 orang
3. Lulusan dari SMU SMA 6 orang dari jurusan IPS.
Dari data di atas dapat kira ketahui bahwa hanya 35 dari mahasiswa Tarjamah yang benar-benar berasal dari pendidikan bahasa,
sedangkan 45 dari mereka, pendidikan bahasa Arab bukanlah menjadi kajian pokok dalam mata pelajaran, meskipun berasal dari pendidikan pesantren,
namun jurusan yang mereka ambil tidaklah terfokus pada bidang bahasa. Ini mengakibatkan kemampuan berbahasa mahasiswa tersebut hanya menjadi
pendamping di samping mata pelajaran wajib yang mereka pelajari di pondok pesantren, bahkan 20 dari mahasiswa Tarjamah sama sekali belum
mengenal tentang pelajaran Bahasa Arab.
C. Metode Pengajaran Tata Bahasa Arab di Jurusan Tarjamah
Dalam pengajaran bahasa, salah satu segi yang sering disorot orang adalah segi metode. Sukses tidaknya salah satu program pengajaran bahasa
sering kali dinilai dari segi metode yang digunakan, sebab metodelah yang menentukan isi dan cara mengajarkan bahasa.
Di lain pihak ada pendapat ekstrim yang menyatakan bahwa metode itu tidak penting. Yang penting adalah kemauan belajar dan kualitas murid.
Ada pula yang berpendapat bahwa metode itu sekedar alat saja; gurulah yang paling menentukan.
4
Terlepas dari masalah setuju atau tidak setuju dengan pendapat di atas, adalah suatu kenyataan bahwa setiap saat para guru dihadapkan dengan
metode “baru” atau diminta meninjau kembali metode yang selama ini dipakai, karena ada teori baru atau pendapat baru sebagai hasil penelitian
terakhir. Tetapi sayang sekali ajakan untuk mengadakan pembaharuan sering kali mendapat tantangan-tantangan yang tidak ringan, karena adanya
perbedaan-perbedaan doktrinair dan kesalah fahaman yang terdapat dalam bidang metode mengajar bahasa. Di satu pihak kita melihat metode lama yang
tidak mau menerima pikiran-pikiran baru, dilain pihak kita melihat metode yang baru menunjukkan “kebaharuannya” dengan serta merta menolak metode
lama secara keseluruhan, termasuk ide-ide baik yang ada di dalamnya. Di dalam kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan
untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan anak didik dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kognitif, psikomotor, efektif. Khusus metode mengajar di dalam kelas, suatu metode dipengaruhi oleh faktor tujuan yang memiliki berbagai macam
tingkat kematangannya, situasi dan keadaan yang berbeda, fasilitas yang
4
Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing; Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi Jakarta: Bulan Bintang,1974, h: 7
dimiliki, maupun pribadi guru yang memiliki kemampuan yang berbeda- beda.
5
Metode yang digunakan tentu saja tergantung pada tingkat kemahiran murid. Program bahasa untuk orang yang baru pertama kali belajar bahasa
Arab, tentu berbeda dengan program bahasa untuk tingkat menengah dan maju baik dalam intensitas maupun macam materi pelajarannya. Makin rendah
tingkat kemahiran murid, makin kuranglah pengaruh tujuan suatu program terhadap seleksi materi, karena dalam tiap bahasa ada unsur-unsur
fundamental yang harus diketahui tanpa melihat siapa dan dari mana asal murid tersebut.
6
Menurut Larson dan Smalley, “penerjemahan merupakan kemahiran bahasa yang canggih, maju, bukan sesuatu untuk para pemula. Penerjemahan
berharga untuk komunikasi jika orang sudah menguasai dua bahasa. Penerjemahan tidak hanya memerlukan pengetahuan yang memadai tentang
dua bahasa, tetapi latihan dan pengalaman yang khusus. Dapat berbicara dalam dua bahasa tidak berarti bahwa orang dapat menerjemahkan dari bahasa
yang satu ke bahasa yang lain dengan sangkil berhasil guna dan terampil. Berpindah dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain harus dipelajari.
7
5
Abu Ahmad, Joko Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar: Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 1997, cet. 1, h.52
6
Di antara prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab adalah: 1 taqdim al-aulawiyyah prioritas, 2 pemanfaatan latar belakang bahasa siswa, 3 al-tadrij gradasi; dari yang mudah
ke yang lebih sulit, dari yang konkrit ke yang lebih abstrak, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, 4 al-tasyiwiq wa al-tasyji pemberian motifasi, 5 al-qiddah akurasi, dan al-tadrib
wa al-mumarasah latihan dan praktik.
7
A. Widyamartaya, Op. Cit.
Dalam prodi tarjamah, strategi pembelajaran mengarah kepada pencapaian kurikulum. Sebagai prodi yang penguasaannya lebih menekankan
pada aspek aksiologis dan praktis, maka pangajian dan transfer kepada mahasiswa meniscayakan adanya berbagai strategi dan metode pembelajaran.
Namun para dosen yidak semuanya memiliki metode dan strategi pembelajaran yang sama sehingga menjadi kendala tersendiri untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Dikarenakan efektifitas suatu metode dipengaruhi oleh beberapa
faktor, maka metode yang digunakan oleh dosen Program Studi Tarjamah diantaranya adalah:
a. Metode ceramah, yaitu: cara menyampaikan meteri pelajaran kepada
mahasiswa dilaksanakan dengan lisan oleh dosen di dalam kelas. Metode ini dilakukan oleh dosen dalam menerangkan materi pelajaran. Akan tetapi
metode ini seringkali menyebabkan kebosanan pada mahasiswa, karena dilakukan dengan cara yang monoton. Maka dalam penerapannya, dosen
juga menyelingi dengan beberapa metode lainnya. b.
Metode diskusi, yaitu kegiatan untuk mengembangkan aktifitas pertukaran ide antara dosen dan mahasiswa, maupun antar mahasiswa. Diutarakan
topic tertentu untuk dibicarakan dan ditarik suatu kesimpilan. Pada akhir diskusi, kesimpulan diambil oleh seluruh mahasiswa sedangkan dosen
bertindak sebagai pasilitator. c.
Metode tugas individu, yaitu setiap mahasiswa diberikan tugas yang bersifat individu. Metode ini bertujuan agar setiap mahasiswa dapat
sungguh-sungguh dalam mendalami potensi masing-masing dengan berupaya mengerjakan tugas individu, tanpa bantuan mahasiswa yang lain.
Tugas individu ini berupaya membentuk diri yang mandiri. d.
Metode kerja kelompok, setiap mahasiswa diupayakan untuk mampu menghayati peran sertanya dalam memberikan sembangsih partisipasi
sesuai dengan tujuan kelompok. e.
Metode baca, yaitu: penyampaian meteri kepada mahasiswa yang dilaksanakan dengan membaca teks-teks materi pelajaran. Naskah bacaan
dipecah atas beberapa bagian yang pendek, setiap bagian bacaan diantaranya dengan sejumlah daftar kata yang akan diajarkan lewat isi
bacaan tersebut, dengan terjemahan dan gambar. Setelah sejumlah kosa kata tertentu telah tercapai, barulah ditambahkan dengan bacaan tambahan.
f. Metode tata bahasa terjemahan. Cirri-ciri utama metode ini ialah: tata
bahasa merupakan satu ikhtisar dari tata bahasa standard dan formal. Kosa kata bergantung pada naskah yang dipilih dan dikehendaki. Pengajaran
dimulai dengan pengenalan kaidak-kaidah tata bahasa, penilihan jenis kosa kata yang tertentu, melakukan satu paradigma, dan baru penerjemahan.
8
g. Metode praktik teori, yaitu teori menyusul praktik. Kalimat-kalimat contoh
dihafalkan lewat pengulangan yang teratur dengan menirukan informan atau bahan rekaman. Kemudian kalimat-kalimat modelcontoh dianalisis
secara fonetis dan structural untuk memberikan kemungkinan pembentukan kalimat-kalimat baru dalam tipe atau jenis yang sama.
8
Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahada, Analisis Kesalahan Berbahasa, Edisi kedua, Jakarta: Erlangga, 1997,
cet. 1, h. 64
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Teks Tata – Bahasa Hasil Terjemahan Teks-teks Naskah
Keislaman Oleh Mahasiswa Tarjamah Semester VIII Periode 20052006.
Untuk mengeteahui bagaimana kemampuan mahasiswa Tarjamah semester VIII periode 2005\2006 dalam menerjemahkan naskah-naskah ke-
islaman, serta kemampuan mereka dalam menerapkan kedudukan i’rab, dapat dilihat dari hasil survei. Data ini diperoleh dari angket yang telah di sebarkan
kepada mahasiswa Tarjamah semester VIII priode 2005\2006, yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Setelah proses pengumpulan data, data tersebut
diedit kembali agar memudahkan dalam menganalisis.
1. Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Tarjamah periode 20052006