Definisi Tata Bahasa Arab

dalam arti akrab. 13 Tetapi tidak selalu mungkin karena idiom tidak selalu sejajar dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam hal demikian idiom terpaksa diterjemahkan dengan non-idiom. Contoh: موﺪ ﻻ ماﺮ ا لﺎ ا . Harta haram tidak akan bertahan lama. h. Penerjemahan komunikatif communicative translation Penerjemahan komunikatif dilakukan dengan mengungkapkan makna kontekstual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi, bahasa, dan maknanya mudah diterima dan dipahami oleh pembaca. Ini biasanya dianggap penerjemahan yang ideal. ٰ ْ ﺧ ﺮ ْ ْ ﻜ ﺔ ْﻀ ْ ﱠ ﺔ ْ ﱠ ﺔ ْﻄﻧ ْ ﱠ با . “Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio.” Q.S. al- Haj 22:5 Sejalan dengan Newmark, Nida 1964:159 menggunakan dua istilah dalam penerjemahan, yaitu pamadanan formal formal equivalence yang berorientasi pada bahasa sumber dan pemadanan dinamis dynamic equivalence yang berorientasi pada bahasa sasaran.

B. Sekilas Tata Bahasa Arab

1. Definisi Tata Bahasa Arab

Tata bahasa merupakan suatu kajian tentang kebahasaan linguistik. Bahasa linguistik sebagai materi objek penelitian dapat 13 Ibid, h. 69 ditentukan, baik dari strukturnya maupun dari bagian-bagain sebagai unsurnya. Bahasa dapat pula diteliti dari sudut hubungannya dengan ilmu lain interdisipliner, atau bahasa dapat diteliti dari kebahasaan itu sendiri maupun bahasa sebagai bagian dari kebudayaan. Sebagai materi, bahasa dapat diteliti pula dari segi tatarannya. 14 Mengenai tata bahasa haruslah kita insafi bahwa sebenarnya ada dua macam. Yang pertama ialah tata bahasa yang dihasilkan oleh ahli bahasa, yang bekerja atas dasar data bahasa dan seperangkat teori bahasa, dan menghasilkan apa yang disebut tata bahasa ilmiah. Yang kedua ialah tata bahasa yang dituliskan oleh pengajar bahasa, yang bekerja atas dasar tata bahasa ilmiah dan didaktik bahasa, yang menghasilkan apa yang disebut dengan tata bahasa pedagogis. 15 Kita hendaknya mengetahui benar apa arti ‘mengetahui tata bahasa’ itu. ‘Mengetahui tata bahasa’ itu tidak lain ialah kepandaian membuat kalimat-kalimat gramatikal, baik lisan maupun tertulis. 16 Yang disebut tata bahasa atau gramatikal yaitu morfologi ilmu yang mempelajari morfem dan sintaksis tata kalimat. Dalam menerjemahkan teks berbahasa Arab, pemahaman mengenai tata bahasa Arab sangatlah diperlukan, karena bahasa Arab 14 T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik; Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung: PT. Rafika Aditama, 2006, cet. 2, h. 33. 15 Samsuri, Analisa Bahasa, Malang: Erlangga, 1987, cet. 7, h. 43. 16 Belajar tentang bahasa artinya belajar mengenai ilmu dan gramatikal bahasa, bukan belajar bagaimana mengfungsikan bahasa. Sedangkan belajar berbahasa artinya belajar mengunakan bahasa sebagai media komunikasi. Yang pertama cenderung teoritis, sedangkan yang kedua cenderung pragtis-pragmatis. Yang pertama cocok untuk para pengkaji bahasa Arab sebagai disiplin ilmu, misalnya mahasiswa jurusan tarjamah dan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Arab; sedangkan yang kedua ideal bagi para pemula, siswa, atau siapapun yang ingin mahir berbahasa Arab. berbeda dengan bahasa-bahasa asing lainnya didunia. Ketika seorang penerjemah ingin menerjemahkan bahasa Inggris kedalalm bahasa Indonesia, teks yang akan diterjemahkan bisa dengan mudah dibaca tanpa menggunakan kaidah kebahasaan. Sedangkan ketika ingin menerjemahkan teks berbahasa Arab pemamaham mengenai tata bahasa - dalam bahasa Arab disebut dengan qawâ’id 17 - haruslah digunakan, sebab untuk membaca teks yang akan diterjemahkan saja harus menggunakan ilmu nahwu 18 dan sharaf dengan benar, agar penerjemah tidak salah menentukan kedudukan kalimat. Qawâ’id bahasa Arab itu muncul bukan bersamaan dengan munculnya bahasa Arab itu sendiri, melainkanmuncul setelah bahasa Arab digunakan dalam kehidupan social. Kemunculan gramatika Arab, tentu saja, dilatarbelakangi oleh adanya lahn kesalahan berbahasa dan oleh kekhawatiran umat islam akan munculnya sebagian non-Arab ‘ajam yang salah dalam melafalkan al-Qur’an, sehingga kesucian dan kemurniannya tetap terpelihara. Nahwu-sharaf disusun diteorisasikan tidak lain adalah agar pemakai bahasa Arab tidak salah dalam berbicara dan menulis dalam 17 Qawa’id merupakan bentuk jama’ dari qâ’idah yang secara lughawi berarti: fondasi, dasar, pangkalan, basis, model, pola dasar, formula, aturan, dan prinsip. Dalam konteks ini, yang dimaksud qawa’id adalah sejumlah aturan dasar dan pola bahasa yang mengatur penggunaan suatu bahasa, baik lisan maupun tulisan. Dalam bahasa Arab, qawa’id meliputi nahwu sintaksis dan sharaf morfologi. 18 Nahwu yang secara lughawi berarti: contoh, merupakan kaidah mengenai penyusunan kalimat dan penjelasan bunyi akhir I’rab, infleksi mengenai kata yang berada dalam struktur kalimat serta hubungan satu kalimat dengan lainnya, sehingga ungkapannya tepat dan bermakna. Ilmu nahwu mempelajari hubungan kata-kata dalam kalimat. bahasa Arab. Karena itu, prinsip utama yang harus dijadikan sebagai pijakan dalam pembelajaran qawâ’id adalah: 19 a. Nahwu-sharaf bukan tujuan ghâyah, melainkan perantara atau media. b. Pembelajaran nahwu-sharaf harus aplikatif dan fungsional, dan memfasilitasi pengembangan empat keterampilan berbahasa, dalam arti dapat mengantarkan peserta didik untuk berbahasa secara benar: mendengar, berbicara, membaca dan menulis secara benar. c. Pembelajaran nahwu-sharaf harus kontekstual, dalam arti memperlihatkan konteks kalimat yang digunakan, bukan semata-mata menekankan i’râb atau tashrîf. d. Membelajarkan makna kalimat harus lebih didahulukan daripada fungsi i’râb. e. Pembelajaran nahwu-sharaf juga harus berlangsung secara gradual, bertahap: dari mudah menuju yang lebih sulit. f. Menghafal istilah dan kaidah nahwu bukan merupakan prioritas utama, melainkan hanya sekedar sarana memahamkan peserta didik akan kedudukan kata dalam kalimat. g. Tidak dianjurkan untuk mengembangkan i’râb yang panjang dan tidak fungsional. h. Tidak dianjurkan pula dalam pembelajaran nahwu-sharaf dikembangkan teori ‘amil, ta’lîl, i’râb taqdîrî, yang bagi peserta didik mungkin sangat abstrak, tidak praktis, dan tidak bermanfaat. 19 Muhbib Abdul Wahab, Epistimologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: LP UIN Stadid, 2008, h.176

2. Morfologi sharaf