seseorang dari kamu menggauli isterinya, hendaklah dia melakukannya dengan tulus. Kemudian apabila dia menyelesaikan kebutuhannya sebelum
isterinya merasa puas, maka janganlah ia mendahuluinya hingga isteri menyelesaikan kebutuhannya.” HR. Abdur Razzaq. Wallahu’alam bi
shawwab Ahmad
: ….diam sejenak… oum seperti itu ya ustad. Iya sih, saya hanya melakukan secara nafsu saya, saya tidak mengetahui bagaimana
kondisi isteri saya. Ust. Murhali : oke. Sekarang coba antum, perlakukan isteri antum seperti
layaknya antum menanam benih didalam pot. Jadi, menggunakan sesuai dengan syariatnya. banyak buku tentang cara bergaul suami isteri menurut
syariat Islam, antum coba baca buku tersebut. Ahmad
: iya ustad. Terima kasih banyak. Wassalammu’alaikum Pada proses konseling terhadap kasus diatas, merupakan kurang
adanya keterbukaan sehingga konselor memberikan arahan sekenanya saja. Tetapi pada tahap awal, cukup membangun komunikasi yang baik antara konselor
dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman. Naumu, ketika sudah masuk ke tahap selanjutnya, tahap inti. Klien tidak mengeksplorasikasn masalahnya secara
utuh, sehingga komunikasi untuk konseling menjadi lemah. Oleh karena itu, narasumber, memberikan arahan sesuai permasalah yang ia lontarkan.
b. Perselingkuhan
48
...... music serta pembukaan acara program samara .....
48
Rekaman siaran program SAMARA Radio Dakta 107 FM, pada tanggal 10 Mei 2010
Yudi Penyiar : Assalammu’alikum, SAMARA DAKTA. Lisa Klien bukan nama sebenarnya: Wa’alaikumsalam....
Yudi : Alhamdulillah, dengan Ukhti siapa dan dimana?
Lisa : dengan Lisa di Jati Bening
Yudi : Oke. Ukhti Lisa, silahkan Langsung saja.
Ust. Murhali Narasumber : Assalammu’alaikum, Akh. Lisa. Apakabar? Apa yang saya bisa bantu?
Lisa : wa’alaikumsalam, ustad. Alhamdulillah ustad saya baik,
begitu juga semua keluarga saya. tetapi hubungan saya dengan suami sepertinya tidak baik.
Ust. Murhali : loh? Kenapa? Umur anda berapa? Lisa
: 40 tahun, ustad. Iya ustad. Saya heran dengan suami saya, sudah tidak mau menggauli saya sudah berapa tahun. Entah kenapa dia
suka seperti itu. Apa ada yang salah dengan saya? Ust. Murhali : sudah berapa tahun anda seperti itu?
Lisa : mungkin bisa dkatakan 5 tahun, ustad.
Ust. Murhali : hmm, cukup lama juga. Tetapi anda sudah bertanya kepada suami anda?
Lisa : sudah. Tetapi dia selalu menjawabnya marah-marah.
Misalkan seperti ‘ayahkan cape bu. Kenapa sih? Selalu ganggu ayah??’ padahal saya bertanya baik-baik, tetapi selalu dijawab seperti itu. Emang
salah saya apa? Sehingga saya dibentak seperti itu.
Ust. Murhali : mungkin suami ibu sedang cape dan banyak pekerjaan yang banyak atau permasalahan di kantor.
Lisa : permasalahan apa, ustad? Wong suami saya seorang guru
di sekolah swasta. Jadi, saya tau persis suami saya. tetapi ustad... menangis, dan diam sejenak.... Saya sering menemukan hal-hal yang
aneh dari dia, dari mulai setiap pulang kerja pasti wangi parfurm wanita dan menemukan cap lipstik di bajunya. Padahal saya cinta sekali
dengannya. Saya sudah tidak habis pikir kenapa dia seperti itu? Ust. Murhali : oum begitu. Jadi bu Lisa merasa suami anda selingkuh?
Lisa : iya ustad. Padahal saya mencintainya.
Ust. Murhali : tetapi anda sudah menanyakan hal itu kepada suami anda? Lisa
: tidak ustad. Saya selalu mendapatkan berita dari teman- teman saya yang kebetulan mereka itu satu profesi dengan suami saya,
serta satu tempat kerja. Dan saya selalu mengecek handphone suami saya, ternyata banyak sms yang romantis dari seorang wanita. Saya sedih, ustad.
Ust. Murhali : ibu Lisa, pada dasarnya dalam pandangan Islam hukum perselingkuhan adalah haram. Ada ayat yang menjelaskan perselingkuhan,
“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” Qs. Al Israa: 32
Lisa : iya ustad. Terus saya apa yang saya lakukan?
Ust. Murhali : iya menurut saya. Atasi permasalahan suami-istri dengan
cara yang benar islami dan tidak melibatkan orang lelaki atau perempuan lain. Islam memerintahkan kepada suami-istri agar bergaul
dengan cara yang baik, serta mendorong mereka untuk bersabar dengan keadaan masing-masing pasangan; karena boleh jadi di dalamnya terdapat
kebaikan-kebaikan. Jika dibutuhkan orang ketiga untuk membantu menyelesaikan persoalan maka jangan sekali-sekali melibatkan lawan
jenis yang bukan mahram-nya. Kedua, cobalah jalankan kehidupan rumah tangga secara islami. Ketiga, tolong jaga pergaulan dengan lawan jenis di
tengah-tengah masyarakat. Usahakan ibu mencari waktu yang tepat untuk berbicara tentang apakah benar suami ibu seperti itu, cari waktu yang lagi
hangat atau pas untuk berbicara. Dan usahakan sikap ibu terlihat bijak dan sayang kepada suami. Insya Allah, semuanya akan baik-baik saja.
Lisa : tetapi saya sangat cinta kepadanya. Saya ingin ia seperti
dahulu, yang selalu memerhatikan saya. Ust. Murhali : ibu.. jangan mau didoktrin tentang cinta, bahwa cinta itu
selamanya. Ada firman Allah yang menjelaskan “Jika bapa-bapa , anak- anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA. dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.” Qs. At Taubah: 24 Dalam surat tersebut menjelaskan cinta yang pertama, kita harus cintai
adalah Allah. Kedua, Rasulullah SAW. Ketiga, jihad. Keempat, bapak. Kelima, anak. Keenam, keluarga. Ketujuh adalah pasangan. Jadi, cinta
kepada pasangan adalah ke-7. Sekarang yang konkrit diambil adalah fenomena sekali, manusia itu sering berkhianat kepada Allah SWT,
apalagi manusia dengan manusia, malah semakin. Jadi, Rasulullah suga mengajarkan “ sayangilah kekasihmu sekadarnya karena ia akan menjadi
musuhmy, bencilah kekasihmu sekadarnya karena ia akan menjadi pasangannya”. Wallahu a’lam bishshawab
Lisa : iya ustad. Saya mengerti. Terima kasih banyak atas saran
dan pengertiannya. Saya sekarang mempunyai pencerahan dan sedikit tenang. Wassalammu’alaikum
Ust. Murhali : iya sama-sama. Jadi, ibu usahakan berbicarakan hal ini dengan suami untuk mencari kebenarannya. Semoga keluarga ibu menjadi
keluarga yang sakinah. Amien. Pada kasus diatas, untuk proses tahap awal cukup membangun komunikasi
yang baik antara konselor dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman dan tereksplorisasi emosionalnya, sehingga ia tidak mempunyai beban untuk
menyampaikannya. Untuk tahap selanjutnya, tahap inti. Klien mempunyai masalah terhadap suaminya, yang dimana ia menganggap suaminya selingkuh
dengan wanita lain, sehingga ia merasakan kekecewaan kepada suaminya. Oleh karena itu, konselor memberikan pencerahan dan arahan terhadap kliennya,
Pada permasalahan tersebut, konselor menggunakan teknik pendekatan non directive, yakni berdialog secara aktif sehingga bisa memberikan arahan
secara nyaman. Dan tahap selanjutnya, adalah tahap akhir yang dimana proses tersebut memberikan kesimpulan yang mengenai hasil proses konseling.
c. Poligami