Boleh atau tidak menikah dengan penzina?
yang menggunakan metode RET, yakni “Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke
“pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya
merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani
saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya
yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati. Coba anda perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani
mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam
mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka.”
Setelah pada tahap awal dan tahap inti. Selanjutnya, ke tahap akhir. Yang dimana tahap tersebut mengakhiri proses konseling serta kesimpulan-kesimpulan.
Dalam tahap akhir ini, klien di follow up, untuk mengikuti kajian SAMARA serta diikut serta kan kedalam SAMARA CLUB.
b. Boleh atau tidak menikah dengan penzina?
Yudi :Oke ustad. Ini ada SMS dari akh. Ahmad. Saya bacakan. “Assalamu’alaikum Ustadz saya Ahmad 24 tahun yang hendak menikah.
Namun calon istri saya pernah khilaf melakukan perbuatan zinah. Bagaimanakah hukumnya?”
Iya Ustad. Langsung dijawab saja.. silahkan Ustad :
padahal alangkah
baiknya jika
berdialog langsung.
Wa’alaikumsalam akh.Ahmad. Pada secara umum Al-Qur’an menjelaskan bahwa pezina tidak menikahi kecuali dengan pezina pula atau orang
musyrik, dan diharamkan bagi orang beriman menikahi atau dinikahi mereka. Hal ini digambarkan oleh Allah swt dalam firmannya: “Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mumin”. QS.An Nuur: 3
Jadi, tidak halalkan bagi seorang mu’min laki-laki maupun wanita menikah dengan pezina. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Ahmad,
Ibnu Hazm, dan Imam ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Sedangkan Jumhur Ulama berpendapat bahwa ayat tersebut bukan menunjukkan
pengharaman menikah dengan pezina tetapi sekedar celaan terhadap perbuatan tersebut. Jumhur ulama berhujah dengan hadits: “Sesungguhnya
seorang lelaki berkata kepada Nabi saw tentang istrinya: ‘Sungguh istri saya tidak menolak tangan laki-laki yang menyentuhnya artinya berzina.
Lalu Nabi saw berkata: ‘Ceraikan istrimu’, kemudian lelaki itu menjawab: ‘Sesungguhnya aku masih mencintainya Ya Rasul. Rasul berkata: ‘Kalau
begitu pertahankan dia tetap jadi istrimu”. Namun, para ulama sepakat apabila orang yang pernah berzina, menyesali
dosa-dosanya dan bertaubat dengan taubat nashuha, serta bersumpah untuk
tidak akan pernah terjatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya, maka orang seperti ini tidak bisa disamakan dengan pezina dan insya Allah
dosanya diampuni Allah. Predikat “penzina” hanya disandang oleh orang yang masih aktif melakukannya. Sedangkan orang yang pernah sekali
tercebur dalam dosa itu, tidak disebut dengan predikat itu. Allah swt berfirman: “Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosa nya. Yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan
kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS. Al-Furqan: 68-70
Nabi saw bersabda pernah bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak pernah berdosa”. Jadi, laki-laki yang pernah
berzina lalu bertaubat boleh menikah dengan wanita baik-baik, sebaliknya wanita yang pernah berzina kemudian bertaubatpun boleh menikah dengan
laki-laki baik-baik. Demikian pula laki-laki yang pernah berzina kemudian bertaubat boleh menikah dengan wanita yang pernah berzina lalu bertaubat.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur: 26: “Perempuan- perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan
yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula...”.Wallahu’alam Bishawab.
Pada kasus diatas, menggunakan jasa SMS Short Message Service. Jadi tidak adanya berdialog antara konselor dengan klien, serta proses
konseling pada umumnya. Tetapi, penulis dapat menganalisa bahwa proses dan teknik konseling pada kasus diatas merupakan menggunakan dengan pendekatan
konseling behavioristik, dimana behavioristik merupakan hubungan antarpribadi tidak dapat diteliti secara ilmiah.