Aktivitas Dakwah TINJAUAN TEORITIS

dengan karya nyata. Misalnya dengan amal yang hasilnya langsung dapat di rasakan oleh masyarakat mad’u. 61 Bentuk dakwah bi Al-Hal ini dilakukan sebagai solusi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah Islam, perguruan tinggi Islam, membangun pesantren, rumah sakit, dan kebutuhan masyarakat lainnya. 62 Aktivitas dakwah harus terlebih dahulu mengetahui problematika yang dihadapi oleh penerima dakwah. Maka hal yang harus diperhatikan diantaranya : a. Aktivitas dakwah harus mengetahui adat dan tradisi penerima dakwah b. Aktivitas dakwah harus mampu menyesuaikan materi dakwah dengan masalah kontemporer yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. c. Aktivitas dakwah harus meninggalkan materi yang bersifat emosional d. Aktivitas dakwah harus mampu menghayati ajaran Islam dengan seluruh pesannya serta menguasai masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat agar antara ajaran agama dan masalah-masalah yang aktual dapat dikaitkan. e. Aktivitas dakwah harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan materi dakwah yang disampaikannya. 63 Dakwah adalah suatu aktivitas yang mulia di mata Allah SWT. Di dalamnya mengandung suatu seruan atau ajakan keinsafan atau usaha mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik, yakni terhadap pribadi dan masyarakat disekitarnya. Aktivitas dakwah akan menghasilkan tujuan yang diharapkan jika dilakukan oleh para da’i yang memiliki kearifan. Ia harus tetap sabar, tabah, lapang dada menghadapi semua tanggapan dari para mad’u. 61 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 11 62 Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, hlm. 12 63 Kusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat, Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2010, cet. ke-1, hlm.27 35

BAB III BIOGRAFI DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA

A. Latar Belakang Keluarga Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA

Ahmad Lutfi Fathullah adalah putra Betawi asli yang lahir pada tanggal 25 Maret 1964 di Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau terlahir dari pasangan H. Fathullah dan Hj. Nafisah. Kediaman beliau sejak dilahirkan sampai saat ini masih berdomisili di tempat yang sama, yakni di Komplek Masjid Baitul Mughni, Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan. 1 Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah tergolong sebagai keluarga yang berkecukupan. Dari keadaan ekonomi sampai pendidikan dapat dikatakan sukses. H. Fathullah adalah keturunan Guru Mughni. Beliau merupakan ulama besar asli Betawi ternama di era akhir 1800 dan awal 1900-an. Guru Mughni mempunyai nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, yang lahir sekitar tahun 1860. Sedangkan Ibu Hj, Nafisah adalah anak dari seorang ketua rombongan haji, meskipun pada zaman itu belum banyak jasa travel seperti sekarang. Sehingga sejak umurnya mencapai 14 tahun, Ibu Hj. Nafisah sudah dapat merasakan pergi ke Masjidil Haram. Pertemuan antara H. Fathullah 16 tahun dan Hj, Nafisah terjadi di dalam pesawat, meskipun mereka bukan satu rombongan haji. 2 Ahmad Lutfi Fathullah tumbuh dan berkembang dari keluarga yang religiusnya tinggi. Sejak kecil beliau sudah sering diajarkan ilmu agama oleh keluarganya. Paman dan sepupu beliau banyak yang menjadi Kyai. 1 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. 2 ibid. Suasana di kampung Kuningan masih kondusif dan sangat Islami. Belum banyak pembangunan gedung dan perbedaan budaya, sehingga kebudayaan Betawi asli masih kental dirasakan oleh masyarakat di sana. Pada zaman itu orang yang belajar agama akan dihormati oleh masyarakat. Masing- masing keluarga menginginkan anak-anak mereka untuk belajar di pesantren atau bahkan di Timur Tengah. Hampir semua orang di kampung beliau setiap hari selepas ba’da Maghrib mengaji di masjid. 3 Anak-anak di sekolahkan di dua tempat yaitu Sekolah Dasar SD dan madrasah. SD adalah tempat untuk menuntut ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan alam. Sedangkan Madrasah sebagai tempat untuk mengenal, mempelajari, dan memperdalam ilmu agama. Semua ini dilakukan oleh orangtua mereka yang mengetahui betul tentang hakikat ilmu pengetahuan dunia, dan akhirat agar kehidupan dapat berjalan seimbang. Sang Kakek, Guru Mughni, memiliki visi agar anak dan keturunannya mengikuti jejaknya untuk menjadi ulama. Sehingga hal ini membuat kedua orangtua Ahmad Lutfi Fathullah bertekad kelak anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri namun tetap berakhlak mulia dan memiliki ilmu yang mumpuni. Mereka tidak segan-segan mengirim putranya untuk bermukim dan menuntut ilmu agama di luar negeri, walau usia mereka masih muda belia. Ahmad Lutfi Fathullah adalah sosok seorang anak penurut kepada kedua orangtuanya. Beliau berbakti dan mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya. Beliau sangat termotivasi dengan kakeknya sehingga menjadikan beliau seseorang yang tidak akan puas untuk menuntut ilmu. 3 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. Beliau dikenal sebagai sosok anak yang pemberani, ulet, dan tekun. Beliau sudah terbiasa jauh dari asuhan orangtua. Setelah lulus dari SDN 01 Kuningan Timur Jakarta, beliau melanjutkan sekolah di Pondok Pesatren Modern Gontor Ponorogo. Selama tujuh tahun masa sekolah beliau habiskan di sana. Setelah lulus, beliau langsung melanjutkan ke Universitas Damaskus, Syiriah. Sosok semangat belajar dapat ditemukan dalam dirinya. Menjadi seperti Sang Kakek adalah impian terbesar dalam hidupnya. Tidak ada kata lelah untuk menuntut ilmu. Beliau tidak pernah mengambil cuti atau beristirahat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di Syiria, Damaskus, itulah tempat pertemuan antara Ahmad Lutfi Fathullah dan Jehan Azhari, yaitu seorang wanita keturunan asli Syiria- Indonesia. Ahmad Lutfi Fathullah mempersunting wanita berparas cantik itu pada tahun 1993, tepatnya saat beliau berusia 29 tahun. Saat ini mereka sudah dikaruniai tiga orang anak yaitu Hanin Fathullah, Muhammad Hadi Fathullah, dan Rahaf Fathullah. 4 Kesibukan untuk belajar di luar negeri, membuat Ahmad Lutfi Fathullah berpisah beberapa kali dengan keluarganya. Hal itu telah menjadi kebiasaan yang dianggap sebagai bagian dari jalan dakwah. Anak-anak pun sudah harus terbiasa dengan keadaan seperti itu, yang jarang untuk bertemu dengan ayahnya. Namun dengan perkembangan teknologi yang canggih saat ini, semua itu bukan menadi masalah. Terdapat banyak sarana komunikasi yang memadai, yang dapat digunakan untuk menghubungi satu sama lainnya. 4 ibid.