Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Seiring dengan problematika dakwah saat ini, maka seorang da’i haruslah pandai
menyelesaikan segala persolan yang ada. Da’i harus menggunakan pemikiran yang tepat dalam mencari metode alternatif,
sehingga proses dakwahnya dapat terus berjalan di mana dan kapan saja. Selepas meninggalnya Guru Mughni, yang merupakan ulama betawi
ternama di era akhir 1800 dan awal 1900-an, sempat terjadi beberapa kefakuman dalam aktivitas keagamaan. Sehingga Ahmad Lutfi Fathullah yang
merupakan cucu dari Ulama yang mempunyai nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, meneruskan perjuangan Sang Kakek dalam
menegakkan kalimatullah di muka bumi. Ahmad Lutfi Fathullah terlahir dari pasangan H. Fathullah dan Hj.
Nafisah, pada tanggal 25 Maret 1964, di Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau mengawali jenjang pendidikannya di SDN 01 Kuningan Timur Jakarta Selatan
yang lulus pada tahun 1977. Sebagai pasangan orangtua, H. Fathullah dan Hj. Nafisah mempersiapkan diri Ahmad Lutfi Fathullah dengan mendaftarkan
sekolah ke Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo untuk belajar ilmu agama. Selama tujuh tahun 1977-1984, masa pendidikan SMP dan SMA
beliau habiskan di sana. Belajar di luar kota dan jauh dari tempat kelahirannya, merupakan hal
yang biasa dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah. Setelah lulus dari Pondok Gontor, beliau mendapat kesempatan beasiswa S1 di Damascus University,
jurusan Ilmu Fiqih dan Ushul. Selanjutnya beliau mendaftar S2 di Jordan dan
kuliah di jurusan Ilmu Hadist dan Tafsir. Gelar doktor beliau dapatkan di Universitas Kebangsaan Malaysia dan berijazah remi pada tahun 2000.
5
Ahmad Lutfi Fathullah adalah seorang muballigh yang semangat dalam menyiarkan ajaran Islam. Berdakwah, meneruskan tugas Rasulullah
SAW sudah menjadi kewajiban untuk dirinya, karena beliau memiliki modal keilmuan agama yang cukup luas. Kegiatan dakwah yang dilakukannya cukup
dikenal masyarakat dan terbilang sukses. Sosok Ahmad Lutfi Fathullah mengamalkan ilmu yang diperolehnya dengan mengisi kajian di TV, radio,
beberapa universitas dan majlis Ta’lim. Beliau menerapkan praktik dakwah dengan berbagai pendekatan, metode, dan media yang modern. Semuanya
Beliau lakukan agar umat muslim di muka bumi ini dapat berbuat kebaikan dan meninggalkan kemunkaran, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam penyampaian dakwahnya tabligh Ahmad Lutfi Fathullah tidak hanya berkhutbah di atas mimbar. Beliau juga memanfaatkan hadirnya media
massa, baik media cetak ataupun elektronik. Dalam dakwahnya beliau mengajak kaum muslim untuk tidak melupakan Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Ada sebagian orang berpikir bahwa mempelajari Hadis begitu rumit
dan sulit. Kitab yang jumlahnya tidak sedikit juga menjadi masalah ketika seseorang ingin mencari sebuah Hadis. Banyak dalil yang telah mendorong
kita untuk berpegang teguh pada landasan Hadist Nabi SAW. Sebagaimana Allah telah berfirman:
5
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah ” QS. Al-Ahzab: 21.
6
Ayat tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada panutan kecuali diri Rasulullah SAW, tidak ada pengikutan keuali kepada beliau, dan tidak ada
keselamatan kecuali dengan mengikuti jalannya. Maka tidak shahih pengakuan cinta seorang muslim, jika ia tidak mengikuti dan berkonsisten
terhadap Sunnah Nabi SAW. Beberapara problematika diatas membuat Ahmad Lutfi Fathullah
untuk mengemas dakwahnya dalam bentuk digitalisasi. Beliau memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini, dalam menciptakan media dakwah yang
memudahkan umat Islam untuk mempelajari ajaran Allah.
7
Pesan-pesan dakwah yang disampaikannya diterima masyarakat yang tidak terjangkau
dengan media lisan. Beliau mendapatkan respon positif dari masyarakat karena penyampaian ajaran dakwahnya dengan berbagai media dakwah
tersebut. Melihat dari berbagai pemikiran dan aktivitas yang dilakukan oleh
Ahmad Lutfi Fathullah, penulis tertarik untuk mengakaji lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti menulis judul tentang
“PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
”
6
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 670
7
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013