Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengawasan itu merupakan alat pengontrol, pembimbing serta pencegah, kemudian
melakukan tindakan perbaikan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
3. Prinsip-Prinsip dan Landasan Pengawasan
Untuk mendapatkan pengawasan yang efektif dan efisien tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang yang menjadi landasan dan
terkandung dalam pengawasan itu sendiri. Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam melakukan pengawasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Objek yang menghasilkan fakta. Pengawasan harus objektif dan
harus dapat menemukan fakta atau bukti konkrit tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
b. Pengawasan berpedoman pada kebijakan yang berlaku. Untuk
mengetahui dan menilai ada tidaknya indikasi penyimpangan dan kesalahan, haruslah bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang
tercantum dalam: 1
Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan; 2
Pedoman kerja yang telah digariskan; 3
Rencana kerja yang telah ditetapkan; dan 4
Tujuan dan sasaran yang ditetapkan. c.
Preventif. Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan atau kesalahan. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
pengawasan harus dilakukan dengan menilai rencana yang akan dilakukan.
d. Pengawasan Bukan Tujuan. Pengawasan hendaknya tidak dijadikan
tujuan, namun hanya sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian suatu tujuan organsiasi.
e. Efisiensi. Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan justru
menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan. f.
Menemukan apa saja yang salah. Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah, penyebab kesalahan dan
bagaimana sifat kesalahan tersebut. g.
Hasil temuan dari hasil pengawasan berupa pemeriksaan haruslah diikuti dengan tindak lanjut.
Adapun landasan dari pelaksanaan pengawasan Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Landasan Idil.
Pelaksanaan pembangunan di lingkungan pemerintah khususnya pembangunan di bidang pengawasan adalah berdasarkan Pancasila sebagai
landasan idil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional. Dalam hubungan itu yang penting bagi pembangunan,
pengawasan harus dijiwai oleh norma-norma luhur Pancasila yang berfungsi mengatur, membatasi dan mengarah pada pola sikap, pola pikir
dan pola tindak dalam pelaksanaan pengawasan. Di samping itu pelaksanaannya harus memperhatikan kaidah-kaidah hukum yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
baik bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945 maupun sumber-sumber hukum yang lain yang dijabarkan dari hukum dasar tersebut.
2. Landasan Formil.
Untuk melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan diperlukan pedoman. Oleh karena itu landasan formil bagi pelaksanaan
pembangunan di bidang pengawasan di Indonesia mengacu pada Program Pembangunan Nasional Propenas.
Program Pembangunan Nasional Propenas sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan yang ditetapkan lima tahun sekali oleh presiden
bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR-RI untuk tahun 2001 menyatakan bahwa penyelenggaraan Negara yang
menyeluruh untuk pembangunan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mewujudkan kemajuan di segala bidang
yang menempatkan Bangsa Indonesia sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
3. Landasan Fungsional
Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian merupakan fungsi manajemen yang harus diemban atau dilaksanakan oleh aparat pemerintah
sebagai penyelenggara Negara. Dengan demikian berarti keharusan melaksanakan manajemen yang berdaya guna dan berhasil guna khususnya
dalam proses pengawasan merupakan landasan fungsional yang diemban oleh pejabat Negara yang menempati posisi pimpinan dari tingkat yang
paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan landasan tersebut berarti pula bahwa kewenangan pengawasan berada pada pejabatpimpinan, baik pejabatpimpinan
struktural sebagai atasan terhadap bawahannya, maupun pejabat pimpinan sesuai dengan tugas yang dipimpinnya maupun pimpinan proyek.
4. Subyek Pengawasan