Gambaran Umum Kabupaten Karo

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN KARO DAN PENGAWASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Karo

Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 050’ sd 03 019’ LU dan 97 055’ sd 98 038’ BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km² atau 212.725 ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan: 1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara; 2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur; 3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan; dan 4. Propinsi Nangro Aceh Darusalam dibagian Barat. Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara. a. Ditinjau dari topografinya Ditinjau dari kondisi topografinya hamparan wilayahnya, wilayah kabupaten karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah + 140 m diatas permukaan laut Paya lah-lah Mardingding dan yang tertinggi ialah + 2.451 meter diatas permukaan laut Gunung Sinabung. Daerah kabupaten karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang, maka diwilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curamterjal. Universitas Sumatera Utara Sebagaian besar 90 wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggianelevasi +140 m sd 1400 m di atas permukaan air laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai DAS yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun Lawe Alas bermuara ke Lautan Hindia. b. Ditinjau dari iklimnya Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mmtahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000mmtahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei. c. Ditinjau dari kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2009 ialah sebanyak 342.555 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2009 adalah 161,03 jiwakm²,. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo pada periode tahun 2003-2009 adalah sebesar 3,19 per tahun. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama nasrani merupakan yang terbanyak baru disusul oleh pemeluk agama Islam dan agama lainnya. Universitas Sumatera Utara d. Ditinjau dari etnis Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak TobaTapanuli, Jawa, Simalungun, dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya di bawah 5. e. Ditinjau dari administrasi pemerintahan Kabupaten Karo adalah merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan yaitu : 1 Kecamatan Kabanjahe dengan ibukota Kabanjahe terdiri dari 13 desa; 2 Kecamatan Berastagi dengan ibukota Berastagi terdiri dari 9 desa; 3 Kecamatan Simpang Empat dengan ibukota Simpang Empat terdiri dari 17 desa; 4 Kecamatan Tigapanah dengan ibukota Tigapanah terdiri dari 22 desa; 5 Kecamatan Payung dengan ibukota Tiganderket terdiri dari 8 desa; 6 Kecamatan Munte dengan ibukota Munte terdiri dari 22 desa; 7 Kecamatan Tigabinanga dengan ibukota Tigabinanga terdiri dari 19 desa; 8 Kecamatan Merek dengan ibukota Merek terdiri dari 19 desa; 9 Kecamatan Kutabuluh dengan ibukota Kutabuluh terdiri dari 16 desa; 10 Kecamatan Juhar dengan ibukota Juhar terdiri dari 24 desa; 11 Kecamatan Lau Baleng dengan ibukota Lau Baleng terdiri dari 13 desa; 12 Kecamatan Mardingding dengan ibukota Mardingding terdiri dari 10 desa; 13 Kecamatan Barusjahe dengan ibukota Barusjahe terdiri dari 19 desa; Universitas Sumatera Utara 14 Kecamatan Naman Teran dengan ibukota Naman Teran terdiri dari 14 desa; 15 Kecamatan Tiganderket dengan ibukota Tiganderket terdiri dari 17 desa; 16 Kecamatan Dolat Rayat dengan ibukota Dolat Rayat terdiri dari 7 desa; dan 17 Kecamatan Merdeka dengan ibukota Merdeka terdiri dari 9 desa. Dari 17 tujuh belas kecamatan tersebut diatas terdiri dari 248 dua ratus empat puluh delapan desa dan 10 sepuluh kelurahan. f. Ditinjau dari sistem pemerintahan Sistim pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung Kuta menurut adat. Terbentuknya suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri Merga tanehsimantek Kuta, ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta Anak Beru Taneh serta ada Kalimbubu Simantek Kuta Kalimbubu Taneh. Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah Kabupaten Karo pada dasarnya ialah Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin oleh Controleur pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda. Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan Landschaap ini dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling. Berdasarkan perjanjian pendek Korte Verklaring tahun 1907, maka di Tanah Universitas Sumatera Utara Karo terdapat 5 lima Landschaap yang dikepalai oleh Sibayak yang membawahi beberapa Urung yang dikepalai oleh Raja Urung yaitu: 1. Landschaap Lingga, membawahi 6 enam urung: a. Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe; b. Telu Kuta di Lingga; c. Tigapancur di Tigapancur; d. Empat Teran di Naman; e. Lima Senina di Batu Karang; dan f. Tiganderket di Tiganderket. 2. Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 dua urung: a. Namo Haji di Kutabuluh; dan b. Liang Melas di Samperaya. 3. Landschaap Sarinembah, membawahi 4 empat urung: a. Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah; b. Perbesi di Perbesi; c. Juhar di Juhar; dan d. Kuta Bangun di Kuta Bangun. 4. Landschaap Suka, membawahi 4 empat urung: a. Suka di Suka; b. SukapiringSeberaya di Seberaya; c. Ajinembah di Ajinembah; dan d. Tongging di Tongging. 5. Landschaap Barusjahe, membawahi 2 dua urung: Universitas Sumatera Utara a. Sipitu Kuta di Barusjahe; dan b. Sinaman Kuta di Sukanalu. Pada masa penjajahan Jepang Tentara Jepang masuk ke Tanah Karo bulan Maret 1942 susunan pemerintahan di Tanah Karo adalah serupa dengan masa penjajahan Belanda, dengan pergantian orang-orangnya yakni yang setia kepada penjajah Jepang. Sedangkan pada masa Kemerdekaan Republik Indonesia, struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai berikut: 1. Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala; 2. Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap: a. Lingga dengan 6 Urung; b. Barusjahe dengan 2 Urung; c. Suka dengan 4 Urung; d. Sarinembah dengan 4 Urung; dna e. Kutabuluh dengan 2 Urung. Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 tiga Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 lima Kecamatan yaitu: 1. Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu: a. Kabanjahe; b. Tigapanah; Universitas Sumatera Utara c. Barusjahe; d. Simpang Empat; dan e. Payung. 2. Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu: a. Tigabinanga; b. Juhar Munte; c. Kutabuluh; dan d. Mardingding. 3. Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu: a. Pancur Batu; b. Sibolangit; c. Kutalimbaru; d. Biru-Biru; dan e. Namo Rambe. 4. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Daerah Susunan Pemerintah Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 22 Tahun 1999 bahwa di daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, dan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh seorang Wakil Bupati. Universitas Sumatera Utara

B. Otonomi Daerah