Adapun tujuan pemeriksaan kasus yaitu agar dapat mengetahui sejauh mana penyimpangan yang dilakukan oleh suatu instansi, badan atau
perorangan serta menyangkut kompetensinya dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh Negara kepadanya baik tindak administrasi, pidana
maupun perdata.
B. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Sebelum dan Setelah Pemberlakuan Otonomi Daerah
Tindak lanjut hasil pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat merupakan suatu proses lanjutan dari hasil pemeriksaan kasus oleh Inspektorat
itu sendiri dibagi dua kategori, yaitu: 1.
Kategori Kasus Ringan Penyelesaian kasus ringan seperti pegawai yang bolos jam kerja tanpa
keterangan, tidak mengikuti apel pagi maupun siang, tidak masuk kerja tanpa adanya keterangan dan lain sebagainya dapat diselesaikan atau diputuskan oleh
Inspektorat itu sendiri dengan tembusan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten dan Pimpinan instansi yang bersangkutan.
2. Kategori Kasus Berat
Penyelesaian kategori kasus berat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 prosedur birokrasinya panjang dan agak rumit, yaitu:
1. Apabila dalam pemeriksaan Badan Pengawas DaerahInspektorat terbukti
adanya suatu penyimpangankesalahan maka hasil dari pemeriksa tersebut yang dituangkan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP kemudian
Universitas Sumatera Utara
direkomendasikan ke Badan Pengawas Daerah Bawasda PropinsiInspektorat Wilayah Propinsi.
2. Dari Badan Pengawas Daerah Bawasda PropinsiInspektorat wilayah
Propinsi dilanjutkan ke Inspektorat Jenderal pusat yang diketahui Gubernur.
3. Dari Inspektorat Jenderal pusat barulah dilakukan penindakan, baik secara
administratif, pidana maupun perdata yang dilakukan secara terpisah. 4.
Dari penindakan Inspektorat Jenderal Pusat dilanjutkan ke Departemen yang bersangkutan dan ditembuskan ke badan Administrasi Kepegawaian
Negara BAKN pusat. Begitu pula dengan upaya hukumnya. Adapun penyelesaian kategori kasus berat setelah diberlakukannya
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 cukup diselesaikan di daerah yang bersangkutan yaitu dilakukan dengan cara beberapa tahapan-tahapan antara lain:
1. Apabila dalam pemeriksaan Badan Pengawas Daerah Bawasda terbukti
adanya suatu penyimpangankesalahan maka hasil dari pemeriksa tersebut yang dituangkan kedalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP kemudian
direkomendasikan ke Bupati. 2.
Setelah Laporan Hasil Pemeriksaan LHP diterima oleh Bupati, lalu secepatnya Bupati akan memerintahkan kepada tim penyelesaian kasus
yang dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati untuk menyelesaikan kasus tersebut. Adapun formasi tim penyelesaian kasus tersebut yaitu:
Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten
Wakil Ketua : Kepala Inspektorat Kabupaten.
Universitas Sumatera Utara
Sekretaris : Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten
Kepala Bagian Hukum, Kepala Bagian yang dinaungi Inspektorat
Dan Beberapa pegawai dari Bagian Urusan Kepegawaian
3. Setelah tim selesai melakukan rapat penyelesaian kasus, akan diketahui
indikasi kesalahan yang dilakukan, apakah bersifat administrasi, pidana atau perdata.
4. Dari hasil rapat tim penyelesaian kasus selanjutnya Kepala Bagian
Kepegawaian membuat Surat Keputusan tentang hasil keputusan rapat tim kepada Bupati.
5. Setelah Surat Keputusan tentang hasil rapat tim diterima oleh Bupati maka
secepatnya Bupati mengukuhkan putusan tersebut dengan Surat Keputusan Bupati.
6. Apabila hanya terdapat indikasi administrasi maka penindakan kasus
tersebut dapat dilakukan oleh Bupati dengan Surat Keputusan Bupati itu sendiri berupa penundaan pangkat, skorsing sampai dengan pemecatan
tanpa hormat yang disampaikan kepada pimpinan Instansi yang bersangkutan. Namun apabila terdapat indikasi tindak pidana ataupun
perdata maka dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga pengadilan dengan
Universitas Sumatera Utara
SK Bupati dimana dalam penyelesaian perkaranya kapasitas pihak Inspektorat sebagai ahli.
7. Apabila terbukti terdapat tindak perkara pidana ataupun perdata dan telah
dijatuhkan sanksi ganti rugi denda atau kekurangan. Namun secara terpisah pula sanksi administrasi tetap diterapkan terhadap statusnya
sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS oleh Bupati, setelah keluarnya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
8. Secara administrasi walaupun telah dijatuhkan sanksi oleh Bupati melalui
Surat Keputusan namun masih dapat melakukan upaya hukum melalui jalur Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN sampai ke jenjang Kasasi
Mahkamah Agung MA, begitu pula dengan penerapan sanksi pidana maupun sanksi perdata, yang dilakukan secara terpisah pula.
9. Untuk pemeriksaan regular rekomendasinya ditujukan langsung kepada
pimpinan instansi yang bersangkutan dengan ditandatangani oleh Bupati tanpa harus dilakukan rapat tim penyelesaian kasus.
C. Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Tugas Badan Pengawas Daerah