1. Pemeriksaan regular yaitu kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
secara teratur berdasarkan rencana yang telah ditetapkan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
2. Pemeriksaan insidentil adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
sewaktu-waktu terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
2 Pengawasan sebagaimana dimaksud, pada ayat 1 dilaksanakan oleh
badanlembaga pengawasan daerah kabupaten dan kota. Dalam pasal 20 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2001 disebutkan bahwa pimpinan tingkat propinsi, kabupaten dan kota mengambil langkah tindak lanjut hasil pengawasan penyelenggaraan
pemerintah di daerah berupa : 1.
Tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang- undangan;
2. Tindakan tuntutan perbendaharaan atau tuntutan ganti rugi;
3. Tindakan tuntutangugatan perdata;
4. Tindakan pengaduan perbuatan pidana; dan
5. Tindakan penyempurnaan kelembagaan, kepegawaian dan
ketatalaksanaan.
D. Badan Pengawas Daerah Atau Inspektorat Kabupaten
Sejalan dengan perubahan mendasar pembangunan nasional sejak kurun waktu 1998 era reformasi, maka titik berat pembangunan nasional
Universitas Sumatera Utara
adalah di daerah yang berarti pemerintahan. Di daerah diberi keleluasan mengatur daerahnya demi kepentingan pembangunan di daerah tersebut.
Ruang yang terbuka luas bagi pencapaian kualitas daerah melalui otonomi daerah dan desentralisasi berimplikasi kepada ketentuan perundang-
undangan yang mengatur hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Hal tersebut terlihat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 yang kemudian digantikan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dilaksanakan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Pada Bab XII, Pasal 218 ayat 1 dan 2 ditentukan bahwa
pengawasan atas pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah meliputi pelaksanaan pemerintahan daerah, peraturan daerah, dan
keputusan kepala daerah. Kemudian ketentuan dalam Pasal 223 menyebutkan pedoman mengenai pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan otonomi daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sejalan dengan itu, pada bagian IX mengenai perangkat daerah Pasal 120
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa perangkat daerah terdiri dari Sekretaris Daerah yang betugas membantu kepala
daerah dalam pengambilan kebijakan, koordinasi dengan seluruh perangkat daerah, membina profesionalitas Pegawai Negeri Sipil PNS
termasuk meningkatkan kinerja institusi mereka lalu Dinas-Dinas Daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan di daerah
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, pada Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, memberikan
penjelasan tentang perangkat daerah yakni organisasi atau lembaga pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala deaerah dan
membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas Sekretaris Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan, dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah. Aturan mengenai tugas pengawasan dilaksanakan oleh lembaga teknis daerah
yang dipimpin oleh seorang kepala serta bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
Kedua ketentuan di atas mengisyaratkan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintah di daerah menitikberatkan berfungsinya
lembaga-lembaga teknis daerah. Selain itu dibutuhkan perpanjangan kemampuan bagi daerah melalui kepala daerah untuk menjalankan fungsi
pengawasan khususnya pengawasan fungsional di daerah. Dengan kata lain Inspektorat Daerah belum secara eksplisit tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999. namun kehadiran Inspektorat Daerah terlihat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 yang
kemudian Peraturan Pemerintah ini diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi digantinya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
Pada Bab I ketentuan umum, Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 dinyatakan bahwa pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, Keppres Nomor 74 Tahun 2001 pada butir 7 juga
ditegaskan mengenai pengawasan fungsional yakni pengawasan yang dilakukan oleh lembagabadanunit yang mempunyai tugas dan fungsi
melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian.
Menurut kacamata manajemen, dibentuknya lembaga-lembaga pengawasan internal dan eksternal secara berlapis-lapis seperti sekarang
ini sebenarnya telah mengikuti kaidah-kaidah manajemen modern. Luasnya rentang kendali dan kompleksitas berbagai urusan
penyelenggaraan negarapemerintahan memerlukan suatu sistemmekanisme kontrol yang efektif, efisien, dan ekonomis sehingga
visi-misi penyelenggaraan negarapemerintahan tercapai secara tepat asas. Pembentukan lembaga pengawasan secara berlapis, menurut I Wayan
Monoyasa, auditor perwakilan BPKP justru meminimalkan peluang bagi manajer publik untuk mengkoopasi operasi pengawasan, karena terjadi
Universitas Sumatera Utara
proses check and recheck oleh lembaga pengawasan yang lebih eksternal.
31
Pengawasan yang dimuat menurut Undang-Undnag Nomor 32 Tahun 2004, meliputi dua bentuk pengawasan yakni pengawasan atas
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Salah satu peran
pelaksanaan pengawasan dilaksanakan oleh aparat pengawas internal pemerintah yang saat ini berbentuk Badan Pengawas Daerah, baik untuk
Di samping itu, setiap aspek penyelenggaraan negarapemerintah dapat dijangkau oleh lembaga pengawasan yang berlapis tersebut sehingga
menekan sekecil mungkin terjadinya potensipraktik manajemen yang tidak sehat, dimana lembaga pengawasan eksternal mengenai hal-hal yang
bersifat lebih makro dan strategis. Jadi, sebagai suatu sitem pengawasan fungsional maka keberadaan Badan Pengawas Daerah baik di tingkat
propinsi, kabupaten dan kota sebagai salah satu lembaga pengawasan dalam pemerintahan khususnya pemerintah daerah sesungguhnya tidak ada
yang berlebihan menyangkut keberadaan Badan Pengawas Daerah ini. Apabila dikaitkan dengan lembaga-lembaga pengawasan pemerintahan
yang lain maka Badan Pengawas Daerah propinsi, kabupaten dan kota memiliki paranan yang berbeda dengan lembaga pengawas lainnya.
Peranannya sebagai lembaga pengawasan fungsional yang bersifat pengawasan internal terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
31
I Wayan Monoyasa., “Lembaga Pengawasan dan Good Governance, Menghilangkan Perasaan Yang Over Dosis”, Artikel Warta Pengawasan, Masyarakat dan Membudidayakan
Pengawasan, Edisi April 2001, Jakarta: BPKP, 2001, hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
daerah propinsi maupun daerah kabupaten atau kota. Namun sekarang ini apabila disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka sudah ada beberapa Badan Pengawas Daerah yang diubah
namanya menjadi Inspektorat seperti Inspektorat Propinsi Sumatera Utara.
32
Sedangkan pengaturan tentang tugas pokok dan fungsi Inspektorat Kabupaten itu sendiri diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Karo
Berdasarkan Pasal 23 Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Karo, Badan Pengawas Daerah di Kabupaten Karo juga telah diubah namanya menjadi Inspektorat Kabupaten. Inspektorat Kabupaten
Karo dikukuhkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 19 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah
Kabupaten Karo. Menurut Pasal 23 Perda tersebut bahwa yang dimaksud dengan
Badan Pengawasan daerah adalah unsur penunjang pemerintahan Kabupaten yang dipimpin oleh seorang kepala, berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintah kota baik sebagai unit
staf maupun unit pengawas.
32
H. Siswanto Sunarno., Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal. 112.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 177 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Karo.
BAB III KEDUDUKAN INSPEKTORAT DALAM STRUKTUR
PEMERINTAHAN KABUPATEN KARO
A. Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi Inspektorat Kabupaten Karo
Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ditegaskan tentang kewenangan pemerintah daerah
untuk kabupaten dan kota meliputi: 1.
Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2.
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3.
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4.
Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5.
Penanganan bidang kesehatan; 6.
Penyelenggaraan pendidikan; 7.
Penanggulangan masalah sosial; 8.
Pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9.
Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10.
Pengendalian lingkungan hidup; 11.
Pelayanan pertanahan; 12.
Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13.
Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14.
Pelayanan administrasi penanaman modal; 15.
Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan 16.
Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan.
Urusan-urusan di atas wajib dan menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupatenkota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota.
Untuk melaksanakan kewenangan tersebut di atas, diperlukan perangkat daerah
Universitas Sumatera Utara