homeostatis psikologis, menimbulkan kecemasan, dan menyebabkan munculnya perasaan kehilangan kontrol. Ketika
ruang personal terancam oleh karena gangguan, respon yang bersifat defensif akan muncul, menghalangi komunikasi efektif.
Jika jarak fisik ditingkatkan, akan lebih mudah bagi klien dan perawat untuk berkomunikasi karena perawat menjadi tidak
berperan. Komunikasi pada jarak sosial tidak terlalu mengancam jika dibandingkan komunikasi pada jarak personal atau intim
karena saling berbagi pikiran secara intim jarang terjadi.
2.6. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan dan penerima dapat
menerima pesan secara langsung Hardjana, 2003. Komunikasi interpersonal menurut Joseph De Vito, dapat diartikan ”is the communication that takes place
between two person who have an established relationships De Vito, 2004. Kemampuan komunikasi interpersonal pemimpin memegang peranan penting
karena pemimpin akan berhadapan dengan bermacam pribadi yang berbeda, watak maupun latar belakangnya.
Dalam berkomunikasi interpersonal, tentunya kita memerlukan keterbukaan diri. Menurut Altman Taylor 1973, keterbukaan
diri adalah suatu pertukaran sosial sebagai dasar membangun hubungan. Berkaitan dengan keterbukaan diri ini, terdapat sebuah penelitian dari Hansen Schuldt
1984, dalam Brehm Kassin, 1996 bahwa:
1. Kita terbuka dengan apa yang kita suka
Universitas Sumatera Utara
2. Kita suka terhadap orang yang mampu membuka diri
3. Kita suka terhadap informasi yang terbuka
Dalam keterbukaan diri, terdapat beberapa penelitian yang mengacu terhadap perbedaan individu dalam menyampaikan keterbukaan diri, yaitu:
a. Usia. Semasa kecil manusia mempunyai keterbukaan diri yang lebih tinggi
daripada ketika dewasa. Kemudian menginjak usia tua, manusia kembali mempunyai keterbukaan diri yang lebih besar. Contoh, sewaktu kecil
sering membuka diri terhadap apa yang kita lakukan kepada orang tua. Setelah menginjak remaja hingga dewasa, kembali menutup diri kepada
lingkungan sosial. Namun setelah tua, kembali membuka informasi tentang diri kita kepada orang lain. Hal ini dapat diasumsikan dengan
kurve U.
b. Perbedaan gender Dindia Allen 1992, dalam Brehm Kassin, 1996 mempunyai
penelitian dengan hasil sebagai berikut: 1 Perempuan membuka diri terhadap sesama perempuan akan lebih bisa terbuka daripada laki-laki
membuka diri terhadap perempuan, 2 perempuan membuka diri terhadap sesama perempuan akan lebih bisa terbuka daripada laki-laki membuka
diri terhadap sesama laki-laki, 3 perempuan membuka diri terhadap laki- laki akan lebih bisa terbuka daripada laki-laki membuka diri terhadap
perempuan, 4 perempuan membuka diri terhadap laki-laki sama-sama bisa terbuka antara laki-laki membuka dirinya terhadap laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian-penelitian tersebut setting budaya barat belum tentu sama jika dilakukan di setting budaya timur, seperti di Indonesia, sebagaimana
dipahami bahwa budaya dapat mempengaruhi proses komunikasi.
c. Budaya E.B. Taylor 1973, dikutip Koentjaraningrat 2005 menyatakan
kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi keyakinan dan cara hidup suatu masyarakat yang dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Keyakinan adalah keseluruhan idea yang dianut meliputi religi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan
adat istiadat.Kedudukan budaya dalam proses kegiatan komunikasi interpersonal yaitu: menyampaikan pesan pada orang yang berlainan
kultur akan mengundang perbedaan persepsi terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar timbul; menyampaikan pesan verbal pada
orang yang berlainan kultur tentu saja akan banyak perbedaan dalam bahasa. Oleh karena berbagai kelompok manusia dengan budaya dan
subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang kebetulan sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau
kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami
kesalahpahaman ketika menggunakan kata yang sama. Misalnya kata ”awak” untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam
bahasa Melayu di Palembang dan Malaysia berarti kamu. Sehingga dalam proses kegiatan komunikasi interpersonal, selain hambatan dalam
bahasa juga terdapat hambatan semantik, yaitu perbedaan peristilahan
Universitas Sumatera Utara
dalam masing-masing bahasa; menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur disertai penekanan pesan dengan pesan non-verbal
mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan penyampaian pesan tidak akan tersampaikan; menyampaikan pesan pada
orang yang berlainan kultur jika bertentangan dengan adat kebisaannya, norma-normanya, maka akan terjadi penolakan komunikasi interpersonal
Jalaludin, 1994..
d.Pengalaman Pengalaman adalah sejumlah memori yang dimiliki individu sepenjang
perjalanan hidup. Pengalaman masing-masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis sama, bahkan pasangan anak kembar pun yang
dibesarkan sama-sama dalam lingungan keluarga yang sama pengalamannya tidak akan persis sama bahkan mungkin akan berbeda.
Perbedaan pengalaman antara individu bahkan antar anak kembar ini bermula dari perbedaan persepsi masing-masing tentang sesuatu hal.
Perbedaan persepsi tersebut banyak disebabkan karena perbedaan kemampuan kognitif antara individu termasuk anak kembar tersebut,
sedangkan bagi individu yang saling berbeda budaya tentu saja perbedaan persepsi tersebut karena perbedaan budaya. Perbedaan persepsi tersebut
kemudian ditambah dengan perbedaan kemampuan penyimpanan hal yang dipersepsi tadi dalam strorage sirkit otak masing-masing individu tersebut
menjadi long-term memorinya. Setelah itu perbedaan akan berlanjut dalam hal perbedaan kemampuan memanggil memori jika diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan pengalaman tentu saja menjadi hambatan dalam komunikasi interpersonal Jalaludin, 1994.
e. Pendidikan Pendidikan keperawatan bukan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi komunikasi diruangan, tidak semua kepala ruangan yang mempunyai pendidikan keperawatan yang tinggi menganut komunikasi yang
efektif. Selain itu pengalaman kerja juga bisa mempengaruhinya. Tetapi manajemen ruangan akan tercapai secara maksimal apabila pemegang
manajemen itu sendiri mempunyai latar belakang standart mutu pendidikan yang telah ditetapkan, sebab standar mutu pendidikan sebagai salah satu
dalam memberikan tanggung jawab, kewenangan dan kompetensi yang diberikan oleh rumah sakit Wulandari, 2005.
f. Pelatihan ManajerialKepemimpinan Pemimpin dalam memanajemen ruangannya, pemimpin harus dapat
menciptakan iklim kerja yang menyenangkan sehingga kreativitas staf berkembang. Staf diarahkan agar dapat menghayati makna visi dan misi
ruangan sehingga tujuan pribadi sejalan dengan tujuan kelompokorganisasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pelayanan praktik kesehatan
diruangan, perlu diadakannya pelatihan kepemimpinanmanajerial bagi pemimpin Swansburg, 2000.
Menurut Robbin 2007 manajer berkomunikasi langsung bertatapan wajah dengan anggota lain pada organisasi besar adalah hal yang mustahil bagi diri
manajer. Sehingga manajer harus mengembangkan keterampilan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
interpersonal yaitu komunikasi nonverbal, komunikasi asertif, dan keterampilan mendengar.
2.6.1. Komunikasi nonverbal Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Hardjana, 2005. Robbin 2007 menyatakan terdapat tujuh bagian sebagai petunjuk nonverbal
yang dapat terjadi dengan atau tanpa komunikasi verbal :
a. Tempat
Tempat antara pengirim dan penerima mempengaruhi apa yang dikomunikasikan. Meskipun jarak termasuk sebuah kekurangan
kepercayaan atau kehangatan, tidak adekuatnya tempat, didefenisikan dengan normamembudaya, dapat membuat induvidu
merasa diancam atau terintimidasi.
b. Lingkungan
Area dimana tempat komunikasi berlangsung adalah bagian penting dari proses komunikasi. Komunikasi yang berlangsung di kantor
besar secara umum lebih serius dari pada komunikasi yang berlangsung di kantin. Lingkungan merupakan tempat
dilaksanakannya komunikasi Nursalam, 2008.
c. Penampilan luar
Banyak yang dikomunikasikan dengan pakaian , gaya rambut, kosmetik dan menarik cantik. Frasa “pakaian untuk sukses” secara
Universitas Sumatera Utara
langsung mengartikan pengaruh pakaian dan penampilan pada persepsi peran dan kekuatan. Pakaian, kosmetik dan sesuatu yang
menarik merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi Nursalam, 2008.
d. Kontak mata
Petunjuk nonverbal ini sering diasosiasikan dengan ketulusan. Payne 1987, Robbin 2007 mengungkapkan bahwa kontak mata
merupakan sebuah undangan atau kesiapan untuk saling mempengaruhi. Demikian juga, perubahan kontak mata
mengindikasikan secara nonverbal bahwa interaksi tersebut berhenti. Bagaimanapun, manajer harus menyadarinya, seperti
tempat, timbul atau ketidaktimbulan kontak mata dipengaruhi secara kuat oleh standar budaya. Kontak mata memberikan makna
terhadap kesediaan seseorang untuk berkomunikasi Nursalam, 2008. Tatapan yang tajam kepada seseorang bisa berarti
kekaguman atau bentuk perlawanan Mundakir, 2006.
e. Postur tubuh Gesture
Beratnya sebuah pesan ditingkatkan jika wajah si pengirim bertatap wajah dengan penerima, berdiri atau duduk dengan tepat dan
dengan kepala tegak lurus, bersandar ke depan menghadap penerima. Ketika berkomunikasi dengan postur tubuh sedikit
membungkuk, berdiri tegak atau dengan menopang tangan di pinggang memberikan arti dan suasana komunikasi yang berbeda
Universitas Sumatera Utara
Mundakir, 2006. Postur tubuh adalah bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan orang yang menudingkan telunjukkny, berdiri
atau duduk Nursalam, 2007.
f. Gerak isyarat
Sebuah pesan ditekan dengan gerak isyarat yang tepat mendapat perhatian. Misalnya, gerakan tangan saat bicara, anggukan kepala
sebagai ungkapan persetujuan dan gelengan kepala sebagai ungkapan penolakan. Terlampau banyak gerak isyarat,
bagaimanapun, menjadi membingungkan. Contoh, pergerakan tangan dapat memberi tekanan atau mengalihkan pesan.
g. Ekspresi wajah
Komunikasi efektif membutuhkan ekspresi wajah setuju dengan pesan yang diterima. Manajer memberikan sebuah kesenangan dan
ekspresi terbuka diterapkan oleh staf sebagai sesuatu yang mudah dijumpai. Demikian juga, ekspresi wajah seorang perawat dapat
berefek dengan baik dan klien sudi menjalin hubungan. Leathers 1976, dikutip dari Jalaludin, 1994 menyimpulkan penelitian-
penelitian tentang wajah yaitu: wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tidak senang, yang menunjukkan
apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; wajah mengkomunikasikan berminat atau tidak berminat
pada orang lain atau lingkungan; wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi-situasi; wajah
Universitas Sumatera Utara
mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan
adanya atau kurang pengertian. Menurut Roger dkk 2000, dikutip dari Mundakir, 2006 bahwa ungkapan perasaan seseorang dapat
dilihat dari ekspresi wajahnya terutama dari lokasi sekitar mata dan mulut.
h. Waktu
Keragu-raguan sering mengurangi efek pada pernyataan atau penuh dengan ketidakbenaran.
i. Petunjuk vokal
Petunjuk vokal sebagai nada, volume, dan infleksi. Semua petunjuk ini ditambahkan ke pesan agar dapat di transmisikan. Pemimpin
efektif memiliki kesesuaian komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal. Pemimpin harus lebih sensitif terhadap pesan verbal dan
nonverbal dari bawahan dan melihat ketidakkonsistenan, yang dapat menunjukkan masalah yang belum terselesaikan.
2.6.2. Komunikasi asertif tegas Tingkah laku asertif adalah sebuah cara komunikasi yang mengizinkan
induvidu untuk mengekspresikan diri secara langsung, jujur, dan tepat, serta tidak melanggar hak-hak pribadi orang lain. Stewart dan Sylvia dari
Spector, 1973 mengungkapkan bahwa ketegasan menunjukkan pengungkapan perasaan, pendapat dan keyakinan secara langsung, jujur
dan tepat. Belajar bersikap tegas bagi seseorang yang tidak biasa bersikap
Universitas Sumatera Utara
tegas, terasa tidak menyenangkan. Stewart dan Sylvia dari Berko, 1985 menjelaskan beberapa prinsip ketegasan penting untuk diperhatikan, yaitu:
1 mengubah reaksi terhadap aksi seseorang, menjelaskan dan meminta apa yang menjadi keinginan, kebiasaan bukan alasan untuk melakukan
sesuatu, perasaan merupakan tanggung jawab masing-masing, berusaha menerima penolakan dalam setiap hubungan, tegas bukan berarti
kekerasan; 2 tidak sedikit perilaku seseorang dalam mempertahankan haknya dilakukan dengan cara agresif, yaitu menyerang. Perilaku tegas,
menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan hak tanpa melanggar dan merampas hak orang lain. Untuk menjadi sukses pada fase
kepemimpinan dalam manajemen, pemimpin harus memiliki keterampilan komunikasi asertif yang dikembangkan dengan baik. Terdapat empat
kesalahpahaman tentang komunikasi asertif yaitu :
a. Semua komunikasi adalah baik asertif ataupun pasif.
Kenyataannya, terdapat empat kemungkinan untuk keberadaan komunikasi: pasif, agresif, agresif secara tidak langsung atau pasif-
agresif, atau asertif. Komunikasi pasif terjadi ketika seorang induvidu diam, meskipun induvidu tersebut merasakan dengan kuat
tentang isu. Induvidu yang agresif mengekspresikan diri sendiri melanggar hak-hak induvidu lain; tingkah laku ini secara umum
diorientasikan terhadap “ menang pada seluruh biaya” atau mendemonstrasikan diri-unggul. Komunikasi pasif-agresif adalah
sebuah pesan yang dipresentasikan dengan cara pasif. Secara umum meliputi perubahan verbal yang dibatasi dengan tingkah laku
Universitas Sumatera Utara
nonverbal yang tidak sesuai oleh induvidu yang merasakan situasi. Induvidu tersebut berpura-pura mengambil kembali usaha untuk
memanipulasi situasi.
b. Siapa yang berkomunikasi atau berkelakuan asertif memperoleh
segalanya yang diinginkan.
Ini tidak benar, karena menjadi asertif meliputi hak-hak dan tanggung jawab. Cheneveut 1988, Robbin, 2007 hak-hak dan
tanggung jawab asertif induvidu. Hak-hak ini terdiri dari hak untuk berbicara, memperoleh, memiliki masalah, bahagia, bekerja,
membuat kesalahan, tertawa, memiliki teman, kritis, imbalan atas usaha, kebebasan, menangis, dan dicintai. Sedangkan tanggung
jawab tersebut terdiri dari mendengar, memberi, menemukan solusi, memberi kenyamanan orang lain, melakukan yang terbaik,
mengoreksi kesalahan, membuat yang lain bahagia, menjadi teman, berdoa, memberikan imbalan terhadap usaha lain, mampu
bergantung, mengeringkan air mata, mencintai yang lain.
c. Ketegasan adalah sesuatu yang tidak lemah gemulai lembut.
Luke 1992, dikutip dari Robbin, 2007 percaya bahwa kekurangan suara wanita pada masyarakat Amerika adalah sebuah konsekuensi
dari sejarah. Meskipun peran wanita pada masyarakat secara umum telah mengalami perubahan besar pada 100 tahun terakhir, perawat
secara terus menerus menemukan kesulitan pada penerimaan
Universitas Sumatera Utara
dimana perawat berkecimpung pada asertif, aktif, peran membuat dan memutuskan.
d. Kesalahpahaman konsep tentang bentuk asertif dan agresif
Menjadi asertif adalah tidak menjadi agresif. Meskipun ketika diketemukan dengan seseorang yang agresif, komunikator asertif
tidak menjadi agresif.
2.6.3. Keterampilan mendengar Kerfoot 1998, dikutip dari Robbin, 2007 mengungkapkan bahwa
mendengar apa yang disampaikan orang adalah sebuah ilmu dan seni. Untuk menjadi seorang pendengar yang baik, pemimpin harus
mengetahui atau sadar akan bagaimana pengalaman, nilai, tingkah laku pemimpin dan efek prasangka, bagaimana pemimpin menerima dan
menerapkan pesan. Kemudian pemimpin harus menguasai informasi dan komunikasi berlebihan yang melekat pada pertengahan peran
manajemen. Akhirnya, pemimpin secara terus-menerus harus bekerja untuk mengembangkan keterampilan mendengar. Pemimpin yang aktif
mendengar ikhlas memberikan waktu dan memperhatikan pengirim, memfokuskan pada komunikasi verbal dan nonverbal.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual