dengan memperhatikan beberapa variabel seperti : mampu memotivasi diri sendiri, menggerakkan staf, pengetahuan, kepekaan yang tinggi, intelegensi,
kepribadian seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, percaya diri; semangat, komunikatif, nilai dan pengalaman manajerial, pemimpin,
kesadaran diri, tujuan, kegiatan konkrit, kultur organisasi, sifat tugas, aktivitas kerja.
1.5. Komponen Kepemimpinan Efektif
Menurut Tappen 1995, komponen kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin keperawatan yang efektif adalah sebagai berikut :
1.5.1. Pengetahuan Sebagai seorang pemimpin perawat yang efektif harus memiliki
pengetahuan tentang kepemimpinan maupun pengetahuan tentang keperawatan.
a. Pengetahuan tentang kepemimpinan Pimpinan harus mengetahui tentang kebutuhan manusia,
motivasi dan pengaruhnya terhadap perilaku. Pemimpin berinteraksi dengan manusia baik kepada induvidu maupun
kelompok. Dalam berinteraksi dengan manusia, pemimpin mempunyai banyak kesibukan dan tanggung jawab, sehingga
emosi turut mempengaruhi hasil pekerjaannya. Pengetahuan tentang teori dan konsep kepemimpinan akan meningkatkan
kemampuan sebagai pemimpin untuk memilih tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
lebih spesifik terhadap situasi dan keterampilan kepemimpinan secara spesifik.
b. Pengetahuan tentang keperawatan Substansi dan keterampilan praktik keperawatan adalah
penting untuk pemimpin perawat. Merencanakan dan mengorganisir asuhan keperawatan adalah tanggung jawab
kepemimpinan dari perawat profesional. Pengetahuan dan kemampuan melakukan pengkajian dan merumuskan diagnosa
adalah penting, juga keahlian lainnya, sehingga pemimpin dapat membimbing perawat pelaksana dalam melakukan
keterampilan keperawatan. Pemimpin harus selalu belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
melalui pendidikan, seminar, praktek dan belajar dari kelompok. Keterampilan kepemimpinan sangat membantu
dalam praktek dan belajar dari kelompok. Keterampilan kepemimpinan sangat membantu dalam membentuk harga diri
sebab dapat memberikan kuasa personal empowerment terhadap seseorang bila digunakan dengan tepat.
c. Berfikir krisis Berfikir krisis diartikan sebagai ujian rasional terhadap ide-
ide, asumsi, keyakinan dan tindakan. Hanya dengan meningkatkan pengetahuan saja tidak cukup untuk menjadi
seorang pemimpin yang efektif, tetapi membuat pilihan tentang apa yang dipelajari, memilih untuk menerima atau
Universitas Sumatera Utara
menolak pengetahuan yang ditawarkan menjadi bagian yang penting. Berdasarkan teori atau hasil penelitian petugas
kesehatan seringkali gagal untuk bertanya tentang validitas dari praktik umum atau tindakan tersebut dalam praktik.
1.5.2. Kesadaran diri Pengenalan akan diri sendiri adalah langkah yang penting untuk
menjadi pemimpin yang efektif, Pagonis, 1992 dalam Tappen 1995. Kesadaran diri merupakan pengetahuan dan pemahaman
tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan dalam berinteraksi dengan dunia yang selalu berubah, pengetahuan secara penuh
tentang emosi baik suka dan duka, kesenangan dan cinta. Pemimpin harus menyadari gejala-gejala kecemasan, dan
mengenalinya. Jika gejala tersebut sudah meningkat, bagaimana mengatasinya, apakah mengetahui respon terhadap situasi sulit,
dan bagaimana menggunakan koping yang sesuai. Di samping itu apakah pemimpin dapat mengenali dan mengekspresikan
perasaan secara konstruktif, seperti mengekspresikan perasaan marah, hangat atau pengakuan positif kepada orang lain.
Pentingnya kesadaran diri sebagai pemimpin berguna untuk mengevaluasi kemampuan secara realistik. Objektif terhadap
kemampuan diri sendiri sehingga dapat mengidentifikasi area yang perlu untuk dikembangkan dan membangun kekuatan.
Selanjutnya mempengaruhi perkembangan hubungan interpersonal yang efektif, membangun untuk memotivasi yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi perilaku. Pengenalan diri berguna untuk membantu mengembangkan empati dan akhirnya
membangkitkan rasa percaya. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri adalah
mengembangkan pemahaman terhadap perilaku manusia, terutama peran dan emosi, kebutuhan manusia dan perilaku
koping. Selanjutnya White 2004 menyatakan pemimpin yang efektif dapat mengembangkan kesadaran diri dengan
mengidentifikasi, mengakui dan memahami kekuatan dan kelemahan, percaya pada diri sendiri, kompetensi dan
kemampuan. 1.5.3. Komunikasi
Tappen 1995 menjelaskan komunikasi merupakan inti dari kepemimpinan, komunikasi dapat verbal dan non verbal, tertulis
atau lisan. Kepemimpinan tidak terjadi kecuali dalam hubungan dengan orang lain. Pesan mempunyai tingkat arti yang berbeda,
meliputi informasi, emosi dan tingkat hubungan. Emosi seringkali tampak pada komunikasi non verbal dan kadang-
kadang sangat jelas dan halus. Dalam berkomunikasi seorang pemimpin harus dapat:
a. Mendengarkan secara aktif Kehadiran dan respon adalah dasar keterampilan komunikasi
yang berguna untuk membangun hubungan kerja yang baik. Kalau tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, kita
Universitas Sumatera Utara
tidak akan memahami mereka. Mendengarkan secara aktif membutuhkan konsentrasi untuk menangkap tingkat dari arti
komunikasi. Kurang perhatian, atau mendengarkan pada permukaan, seringkali menimbulkan kesalahpahaman. Kondisi
psikologis bising, ansietas tinggi dapat juga mengganggu kemampuan untuk mendengarkan secara penuh, sehingga
pembicara penting melakukan klarifikasi Mullholland, 1991 dalam Tappen 1995.
b. Saluran komunikasi Saluran komunikasi yang adekuat antara seseorang dengan
orang lain yang bekerja bersama perawat primer, perawat asosiate adalah penting karena dapat terjadi salah paham dan
kesalahan. c. Asertif
Komunikasi yang sering, jelas dan langsung adalah merupakan hal penting untuk efektivitas kepemimpinan.
Hindari pesan yang tidak langsung, kurang jelas karena akan gagal menyampaikan pesan. Umpan balik negatif sekalipun
disampaikan secara jelas dan konstruktif tanpa menyakiti. d. Memberikan umpan balik
Anggota tim membutuhkan umpan balik sama seperti pemimpin untuk meningkatkan kesadaran diri, menghindari
asumsi yang salah tentang perilaku seseorang dan menerima bimbingan untuk tumbuh dan berubah. Umpan balik negatif
Universitas Sumatera Utara
pun harus dikomunikasikan tanpa menyalahkan atau menyerang pribadinya karena fokus dari komunikasi adalah
perilakunya. Membuat dialog terbuka dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah dan menghindari respon yang bersifat
defensif yang mengakibatkan terjadinya konflik, tetapi untuk kondisi yang menuntut pengembilan keputusan segera dapat
dilakukan perbaikan sesegera mungkin. e. Membuat hubungan linking dan jaringan networking
Linking adalah memciptakan hubungan dengan sesama karyawan dimana informasi yang didapat dalam kelompok
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan sehingga masing- masing karyawan dalam kelompok dapat memahami informasi
tersebut dan bersama-sama untuk melaksanakannya f. Komunikasi visi
Visi harus dikomunikasikan untuk mencapai tujuan kelompok. Komunikasi visi akan meningkatkan motivasi dan menambah
semangat tim, dan yang paling penting memberikan pengarahan dan gairah terhadap pekerjaan Bryman, 1992
dalam Tappen 1995 1.5.4. Semangat
Pemimpin membutuhkan semangat dalam melakukan tindakan , jadi harus dapat menggunakan energi dengan baik. Semangat
pemimpin terkait dengan fisik, emosional, dan antusias. Semangat pemimpin dalam bekerja mempunyai pengaruh
Universitas Sumatera Utara
potensial yang kuat terhadap orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang seseorang, tingkat energi akan berpengaruh saat
memberikan respon. Semangat yang tinggi akan meningkatkan kepemimpinan yang kurang efektif.
1.5.5. Menentukan tujuan Kepala ruangan membuat sasaran dan tujuan yang ingin dicapai
diruangan, sehingga staf perlu dilibatkan untuk membuat rencana kerja. Agar tujuan dapat tercapai, maka kepala ruangan harus
dapat memahami tingkatan tujuan, penyamaan tujuan, mulai dari kelompok yang ada dan aktivitas prifesi.
a. Tingkatan tujuan Pemimpin harus menyadari tiga tingkat tujuan, yaitu tujuan
induvidu, kelompok dan lingkungan Tannenbaum, Weschler Massarik, 1974 dalam Tappen 1995. Tujuan tingkat
individual, disebut juga sebagai tujuan personal. Ada beberapa alasan mengapa seseorang ingin melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Walaupun setiap orang berbeda dalam kelompok, mereka mempunyai tujuan yang berbeda-beda dan
juga dapat membuat konflik dengan tujuan personal. Tujuan berikut adalah tujuan tingkat kelompok sebagai keseluruhan.
Kelompok memiliki karakteristik termasuk perbedaan tujuan. Tujuan kelompok juga dapat menimbulkan konflik bagi
pemimpin jika dia memisahkan tujuan personal dengan tujuan kelompok.
Universitas Sumatera Utara
b. Menyamakan tujuan Tindakan pemimpin paling efektif, jika tujuan pada tingkat
yang berbeda disamakan agar bermakna bagi kelompok termasuk pemimpin dapat bergerak ke arah yang sama.
Pemimpin akan lebih efektif jika kelompok melihat pemimpin sebagai seseorang yang dapat mengenal mereka dan
mempunyai perhatian yang menarik terhadap mereka Hollander, 1974 dalam Tappen 1995.
c. Mulai dari kelompok berada Dalam membuat tujuan kelompok, perlu dipertimbangkan
tentang: siapa yang terlibat dalam pencapaian tujuan, atau siapa yang memiliki tujuan; apa target dari tujuan, dapat
berupa orang atau objek; dan hasil akhir yang diinginkan. d. Aktivitas profesi
Pemimpin harus mengembangkan diri, tidak menunggu seseorang untuk memberitahukan kepadanya apa yang harus
dilakukan. Perawat harus memiliki kemampuan kepemimpinan dan ide-ide yang jelas tentang keperawatan.
Perawat sebagai pemimpin dapat berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lainnya, harus memiliki identitas
profesional yang kuat dan memiliki percaya diri atau tepatnya disebut sebagai ahli ketika dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
e. Membuat keputusan Pemimpin yang efektif biasanya berfikir dulu sebelum
melakukan tindakan. Pemimpin dalam mengatasi masalah dihadapkan dengan situasi yang sulit. Pemecahan masalah
adalah proses sistematik untuk membantu pemimpin dalam menganalisa situasi dan memilih tindakan. Pemecahan
masalah terdiri dari langkah-langkah, pengumpulan data, menentukan masalah, memilih strategi, menentukan tindakan
dan evaluasi hasil, memerlukan petunjuk untuk mengatasi masalah atau tugas yang sulit. Pemimpin merencanakan dan
mengorganisir kegiatan untuk melaksanakan usaha secara efektif dan efesien.
f. Bekerjasama dengan orang lain Pemimpin membimbing orang lain, membagikan pengetahuan
dan pengalaman dengan mereka. Sejumlah petunjuk dan arahan diperlukan sesuai dengan situasi. Perawat baru
membutuhkan bimbingan dari perawat berpengalaman, tetapi sebagai pemimpin tidak hanya memberikan bimbingan
termasuk juga terbuka terhadap perubahan, menerima saran- saran dari orang lain, ingin untuk belajar dari pengetahuan dan
pengalaman dari orang lain. 1.5.6. Memprakarsai memulai tindakan
Pemimpin efektif memprakarsai tindakan, ide-ide, saran-saran, dan perencanaan yang harus dilaksanakan. Pemimpin
Universitas Sumatera Utara
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah. Pemimpin harus mengetahui waktu yang tepat untuk memulai tindakan. Sebagai
pemimpin, berani mengambil resiko, karena setiap tindakan pemimpin memiliki resiko, memperbaiki seseorang jika mereka
salah, dan membantu orang lain. Dalam melakukan perannya, pemimpin memilih apakah bertindak atau tidak harus membuat
keputusan. Jika memilih untuk memimpin, berarti memiliki resiko untuk kecaman, konfrontasi dan menantang
kepemimpinan. Tetapi memilih tidak menjadi pemimpin juga menanggung resiko, kehilangan otonami, kesempatan berkurang
untuk mengaktualisasikan diri, dan kehilangan harga diri. Menghadapi resiko dalam kepemimpinan adalah pilihan untuk
membuka kesempatan lebih memuaskan interaksi induvidu terhadap induvidu dan untuk penghargaan yang lebih besar
terhadap kehidupan pribadi dan dalam karir.
1.6. Fungsi Kepemimpinan Efektif