Kekerasan Dalam Rumah Tangga Variabel Terikat

89 Data yang disajikan pada tabel 30 menunjukkan bahwa 86,56 atau 58 berstatus sebagai anggota biasa. Sedangkan 5 orang atau 7,46 adalah sebagai perangkat desa. Selanjutnya 4 orang atau 5,98 memiliki kedudukan sebagai pemuka desa. Menurut responden, warga yang memiliki intelektual tinggi dan kecakapan tertentu yang mampu menduduki posisi di masyarakat. Mereka dianggap cerdas serta bijaksana serta keluarganya sangat dihormati. Biasanya orang tua lanjut usia yang berpengalaman ditunjuk warga mampu mempimpin mereka.

5.4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Variabel Terikat

Tabel 31 Distribusi Responden Berdasarkan yang Digunakan Saat Mengalami Kekerasan No Yang Digunakan Saat Mengalami Kekerasan Frekuensi Persentase 1 2 3 4 Tali pinggang Kaki Tangan Lainnya 2 14 45 6 2,98 20,89 67,17 8,96 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 31 dapat diketahui bahwa 45 orang atau 67,17 menjawab tangan sebagai benda yang biasa mereka rasakan saat 90 suami melakukan kekerasan. Sedangkan 14 orang atau 20,89 menjawab yang digunakan adalah kaki. Selanjutnya 6 orang atau 8,79 menjawab lainnya seperti menggunakan kayu. Sisanya 2 orang atau 2,98 menjawab yang digunakan adalah tali pinggang. Tangan merupakan alat yang dianggap paling sering digunakan suami untuk menyakiti istri karena saat melakukan kekerasan suami tidak merencanakannya sehingga secara spontan tangan “melayang” bebas. Begitu juga dengan kaki, dimana jawaban responden memilih kaki sebagai opsi kedua saat suami melakukan KDRT. Tabel 32 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat No Tempat Berobat Frekuensi Persentase 1 2 3 4 Rumah sakit Puskesmas Tukang kusuk Tidak ada 2 4 16 45 2,98 5,97 23,88 67,17 Jumlah 67 100 Data yang disajikanpada tabel 32 menunjukkan bahwa 45 orang atau 67,17 memilih tidak pergi kemana pun saat mengalami KDRT atau mengobati sendiri sakitnya. Sedangkan 16 orang atau 23,88 memilih berobat ke tukang kusuk. Selanjutnya 4 orang atau 5,97 memilih berobat ke puskesmas dan sebanyak 2 orang atau 2,98 memilih berobat ke rumah sakit. 91 Dari hasil analisis Penulis melihat bahwa hasil jawaban kuesioner responden yang memilih tidak pergi berobat kemana pun karena bagi mereka saat orang lain tahu penyebab sakit mereka akibat KDRT akan menimbulkan stigma negatif terhadap keluarganya. Dan sakit yang responden alami masih bisa dikatakan tergolong sakit ringan karena waktu penyembuhannya tidak memakan banyak waktu. Namun meskipun demikian, beberapa responden memilih pergi berobat ke rumah sakit, puskesmas atau tukang kusuk untuk mencegah sakitnya bertambah parah. Tabel 33 Distribusi Responden Berdasarkan Melaporkan Tindakan Kekerasan yang Dialami No Melaporkan Tindakan Kekerasan Frekuensi Persentase 1 2 Pernah Tidak pernah 6 61 8,96 91,04 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 33 menunjukkan bahwa 61 orang atau 91,04 memilih tidak akan pernah melaporkan. Sedangkan 6 orang atau 8,96 memilih melaporkan kekerasan KDRT pada pihak berwajib atau keluarga. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka lebih memilih tidak melaporkan kekerasan KDRT yang dialami dengan alasan bahwa itu sama seperti membeberkan aib keluarganya, memikirkan anak-anak, dan merasa masih sanggup menahan rasa sakit serta masih sayang pada suami. Dan alasan responden memilih melaporkan kekerasan KDRT karena tidak tahan dengan kekerasan yang dilakukan oleh sang suami dan kekerasan yang dialami sudah melampaui batas. 92 Tabel 34 Distribusi Responden Berdasarkan Suami Pernah Meninggalkan Keluarga No Suami Pernah Meninggalkan Keluarga F rekuensi Persentase 1 2 Pernah Tidak pernah 20 47 29,85 70,15 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 34 menunjukkan 47 orang atau 70,15 memilih tidak meninggalkan keluarga dan sebanyak 20 orang atau 29,85 memilih meninggalkan keluarga. Suami memilih meninggalkan keluarga agar dapat menenangkan diri dan berhenti melakukan kekerasan pada istri ataupun anak. Dengan begitu sang suami sementara waktu berhenti menafkahi keluarganya. Disisi lain, alasan suami tidak meninggalkan keluarga karena merasa masih memiliki tanggung jawab pada keluarga dan menjaga nama baik keluarga serta menghindari stigma negatif dari masyarakat. Meskipun tidak meninggalkan keluarga, namun KDRT masih tetap dilakukan sang suami. 93 Tabel 35 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Kekerasan yang Dialami Keluarga No Penyebab Kekerasan Frekuensi Persentase 1 2 3 4 Faktor Ekonomi Faktor Pendidikan Faktor Keluarga Lainnya 43 2 5 17 64,18 2,98 7,46 25,38 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 35 menunjukkan bahwa 43 orang atau 64,18 mengatakan penyebab kekerasan akibat faktor ekonomi. Sedangkan 17 orang atau 25,38 mengatakan penyebab kekerasan akibat faktor lainnya. Selanjutnya 5 orang atau 7,46 mengatakan penyebab kekerasan akibat faktor keluarga dan sekitar 2 orang atau 2,98 mengatakan penyebab kekerasan akibat faktor pendidikan. Faktor lain yang dimaksud ialah faktor lingkungan, hubungan seksual kurang puas, selingkuh, dan cemburu. Namun pada tabel ini sudah jelas dikatakan bahwa penyebab utama kekerasan terjadi akibat faktor ekonomi. 94 Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Suami Menampar No Frekuensi Suami Menampar Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak pernah 31 9 27 46,27 13,43 40,30 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 36 menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang atau 46,27 mengaku sering ditampar oleh suami. sedangkan 27 orang atau 40,30 menyatakan tidak pernah ditampar oleh suami. Dan 9 orang atau 13,43 mengatakan jarang ditampar oleh suami. Kekerasan yang paling sering biasanya dilakukan oleh suami adalah menampar istri. Hal tersebut sangat sering dilakukan suami karena secara refleks tangan bergerak menampar istri saat keadaan emosi suami mulai naik. Tabel 37 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Suami Menendang No Frekuensi Suami Menendang Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak pernah 30 10 27 44,78 14,92 40,30 Jumlah 67 100 95 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 37 menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang atau 44,78 mengaku sering ditendang suami. Sedangkan 27 orang atau 40,30 mengaku tidak pernah ditendang suami dan 10 orang atau 14,92 mengaku jarang mendapat perlakuan kasar seperti ditendang oleh suami. Selain menampar, perlakuan kasar seperti ditendang merupakan kekerasan yang sangat mudah terjadi apalagi saat keadaan sedang emosi. Kekerasan ditendang ini pun terjadi dengan refleks dan biasanya menendang apa saja yang ada didepannya sebagai bentuk emosinya. Tabel 38 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Suami Memukul Menggunakan Benda Keras No Frekuensi Suami Memukul Menggunakan Benda Keras Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak pernah 6 8 53 8,96 11,94 79,10 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 38 menunjukkan bahwa 8 orang atau 11,94 mengaku jarang dipukul dengan benda keras dan 6 orang atau 8,96 mengaku sering dipukul dengan benda keras oleh suami. Sedangkan 53 orang atau 79,10 mengaku tidak pernah dipukul dengan benda keras. 96 Kekerasan dengan menggunakan benda keras sangat sering terjadi, biasanya menggunakan kayu, pisau, tali pinggang, batu, besi, dan lain-lain. Benda keras digunakan apabila bila bagian tubuh tangan dan kaki yang sering digunakan untuk menyakiti tidak sanggup melakukan kekerasan akibat kesakitan, maka benda keras menjadi opsi selanjutnya untuk menyakiti korbannya. Biasanya pelaku KDRT menggunakan benda keras apa saja yang ada di sekitarnya saat melakukan kekerasan pada istrinya. Tabel 39 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menerima Penghinaan Dari Suami No Frekuensi Menerima Penghinaan Dari Suami Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak Pernah 62 1 4 92,53 1,50 5,97 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 39 menunjukkan bahwa 62 orang atau 92,53 mengaku sering menerima penghinaan dari suami. Sedangkan 1 orang atau 1,50 mengaku jarang menerima penghinaan dari suami. Namun sebanyak 4 orang atau 5,97 mengaku tidak pernah mendapatkan penghinaan dari suami. Penghinaan merupakan kekerasan bathin dan tidak melukai tubuh secara fisik. Penghinaan itu bentuk kekerasan melalui kata-kata kasar dan tidak manusiawi 97 yang bisa dirasakan lebih sakit daripada kekerasan fisik seperi ditampar atau ditendang. Penghinaan sangat mudah dilakukan. Seseorang yang emosi dengan mudah akan mengeluarkan hinaan kata-katanya tanpa berpikir panjang. Kata-kata penghinaan itu biasanya tidak murni terucap dari hati karena dikatakan saat keadaan marahemosi. Namun saat emosi, seseorang biasanya mengeluarkan uneg-uneg yang disimpannya selama ini. Tabel 40 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Suami Mengancam Mengembalikan Istri ke Orang Tua No Frekuensi Suami Mengancam Mengembalikan Istri ke Orang Tua Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak Pernah 47 7 13 70,15 10,45 19,40 Jumlah 67 100 Data yang disajikan Pada tabel 40 menunjukkan bahwa 47 orang atau 70,15 mengaku sering diancam dipulangkan ke orang. Sedangkan 7 orang atau 10,45 mengaku jarang diancam suami dipulangkan ke orang tua. Namun sebanyak 98 13 orang atau 19,40 mengaku tidak pernah diancam suami dikembalikan ke orang tua. Setelah melakukan kekerasan pada istri, suami biasanya mengakhiri kekerasan dengan mengancam istri mengembalikan ke orang tua. Responden yang mayoritas bersuku batak toba mengatakan bahwa ancaman dikembalikan ke orang tua merupakan ancaman yang sangat ditakutkan karena bagi budaya batak toba saat anak perempuan dibeli sinamot maka istri sepenuhnya menjadi milik suami dan keluarganya. Apabila istri dikembalikan ke orang tua akan merusak nama baik keluarga istri karena akan dinilai bahwa istri tidak beres membina keluarga, untuk itu ancaman ini harus dihindari karena akan mempermalukan keluarga. Tabel 41 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Diancam Diceraikan No Frekuensi Diancam Diceraikan Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak Pernah 51 6 10 76,11 8,96 14,93 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 41 menunjukkan bahwa 51 orang atau 76,11 mengaku sering diancam suami akan diceraikan. Sedangkan 6 orang atau 8,96 mengaku jarang diancam diceraikan oleh suami. Namun sebanyak 99 10 orang 14,93 menyatakan tidak pernah mendapat ancaman apapun dari suami, salah satunya diancam diceraikan. Ancaman yang sering disebut suami ialah terancam diceraikan. Menurut ajaran dalam Alkitab, apa yang disatukan oleh Tuhan tidak bisa dipisahkan oleh manusia kecuali maut. Bagi suku batak toba, pernikahan sangat sakral dan harus dijaga dengan baik supaya tidak terjadi perceraian. Keluarga yang bercerai dipandang rendah oleh masyarakat, untuk itu istri ataupun suami seharusnya bertanggungjawab menjaga keharmonisan keluarga. Tabel 42 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Diusir dari Rumah dan Anak Tidak Diperbolehkan Ikut No Frekuensi Diusir dari Rumah dan Anak Tidak Diperbolehkan Ikut Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak Pernah 11 4 52 16,41 5,98 77,61 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 42 menunjukkan bahwa 11 orang atau 16,41 mengaku sering diusir dari rumah dan anak tidak diperbolehkan ikut. Sedangkan 4 orang atau 5,98 mengaku jarang diusir dari rumah dan anak tidak diperbolehkan 100 ikut. Dan 52 orang atau 77,61 mengaku tidak pernah diusir dari rumah dan anak tidak diperbolehkan ikut. Ancaman yang biasanya dikeluarkan oleh suami adalah diusir dari rumah dan anak tidak diperbolehkan ikut istri. Ancaman tersebut hampir sama dengan ancaman dikembalikan dengan orang tua, bedanya terletak pada bila diusir maka istri pergi kemana saja untuk tinggal tanpa harus diantar suami, sedangkan dipulangkan ke orang tua dimana suami mengantarkan istrinya langsung ke rumah orang tua. Persamaan ancaman tersebut ialah si istri dinilai buruk oleh keluarga dan masyarakatnya. Ancaman diusir sangat jarang terjadi pada keluarga batak pada umumnya, karena suami batak sangat memegang teguh adat istiadatnya. Tabel 43 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Suami Melakukan Pemaksaan Hubungan Seksual No Frekuensi Suami Melakukan Pemaksaan Hubungan Seksual Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak Pernah 13 13 41 19,40 19,40 61,20 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 43 menunjukkan bahwa 13 orang atau 19,40 masing-masing mengaku sering dan jarang mengalami pemaksaan 101 dalam hubungan seksual. Sedangkan 41 orang atau 61,20 mengaku tidak pernah mengalami pemaksaan saat melakukan hubungan seksual. Tabel 44 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pemaksaan Hubungan Seksual Menyebabkan Penderitaan Fisik No Frekuensi Pemaksaan Hubungan Seksual Menyebabkan Penderitaan Fisik Frekuensi Persentase 1 2 3 Sering Jarang Tidak Pernah 2 6 59 2,98 8,97 88,05 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 44 menunjukkan bahwa 6 orang atau 8,97 mengaku jarang dipaksa melakukan hubungan seksual yang mengakibatkan penderitaan fisik. Sedangkan 2 orang atau 2,98 mengaku sering dipaksa melakukan hubungan seksual yang mengakibatkan penderitaan fisik. Disamping itu sebanyak 59 orang atau 88,05 mengaku tidak pernah dipaksa suami melakukan hubungan seksual yang mengakibatkan penderitaan fisik. 102 Tabel 45 Distribusi Responden Berdasarkan Suami Melaksanakan Tugas Sebagai Pencari Nafkah Dalam Keluarga No Suami Melaksanakan Tugas Sebagai Pencari Nafkah Dalam Keluarga Frekuensi Persentase 1 2 Ya Tidak 57 10 85,08 14,92 Jumlah 67 100 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 45 menunjukkan bahwa awaban responden mengenai suami melaksanakan tugas sebagai pencari nafkah dalam keluarga adalah57 orang atau 85,08. Sedangkan sisanya 10 orang atau 14,92 menjawab tidak. Meskipun KDRT sering dilakukan oleh suami, namun suami masih tetap melaksanakan tanggungjawab sebagai pencari nafkah keluarga. Dengan pendapatan yang rendah ataupun kurang mencukupi kehidupan keluarga, suami merasa sudah memenuhi kewajibannya. Sedangkan sebanyak 14 lebih suami tidak melaksanakan tugasnya sebagai pencari nafkah dan sering melakukan KDRT. Kekesalan tidak mendapatkan uang hasil usaha akan dilampiaskan kepada istri atau anak. 103 Tabel 46 Distribusi Responden Berdasarkan Suami Membiarkan Istri Bekerja Sendiri No Suami Membiarkan Istri Bekerja Sendiri Frekuensi Persentase 1 2 Ya Tidak 13 54 19,40 80,60 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 46 menunjukkan bahwa 54 orang atau 80,60 mengaku tidak pernah dibiarkan suami bekerja sendiri. Sedangkan 13 orang atau 19,40 mengatakan pernah dibiarkan suami bekerja sendiri. Memang sudah kewajiban istri membantu suami dalam memenuhi kehidupan keluarga, contohnya dengan bekerja. Namun dengan cara yang tidak baik, suami membiarkan istri bekerja sendiri mencari nafkah sedangkan suami menghabiskan waktunya menonton TV atau tidur di rumah dan bahkan berfoya-foya menghabiskan uang bersenang-senang dengan teman-temannya. Pulang dengan kondisi mabuk biasanya akan menimbulkan KDRT di keluarga dimana suami marah karena tidak memiliki uang dan melampiaskan amarahnya kepada istri atau anak bahkan bisa saja merusak perabotan rumah tangga. 104 Tabel 47 Distribusi Responden Berdasarkan Suami Pernah Meminta Uang Secara Paksa No Suami Pernah Meminta Uang Secara Paksa Frekuensi Persentase 1 2 Ya Tidak 54 13 80,60 19,40 Jumlah 67 100 Data yang disajikan pada tabel 47 menunjukkan54 orang atau 80,60 menjawab suami pernah meminta uang secara paksa. Sedangkan 13 orang atau 19,40 menjawab suami tidak pernah meminta uang secara paksa. Biasanya istri memberikan uangnya kepada suami daripada harus menerima kekerasan. Biasanya suami yang meminta uang kepada istri karena si suami tidak memiliki pekerjaan tetap.

5.5. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Pengaruh Sosial Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Kenakalan Remaja Di Desa Sidodadi Kecamatan Birubiru Kabupaten Deli Serdang

7 84 114

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009

3 76 66

Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun

1 5 113

Pengaruh anemia, norma budaya, sosial ekonomi, gender dan kekerasan dalam rumah tangga terhadap fungsi seksua AWAL

0 0 14

Tingkat Kesuburan Tanah Pada Lahan Agroforestri Karet di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

0 1 10

Cover Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun

0 0 13

Chapter I Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun

0 0 10

Chapter II Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun

0 0 31

Reference Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun

0 0 2