Penyebab GugurPengembalian Mahar TINJAUAN TEORITIS TENTANG MAHAR

kepada pihak wanita, hal ini sesuai dengan pasal 31 yaitu ‘penentuan mahar berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam ’ 37 .

E. Penyebab GugurPengembalian Mahar

Mahar dapat gugur seluruhnya apabila terjadi perceraian sebelum mereka bercampur atau Qabla dukhul, jika dalam hal-hal sebagai berikut 38 : 1. Apabila perceraian itu terjadi dengan jalan fasakh dari pihak istri, karena wanita itu sendiri melakukan pekerjaan maksiat seperti murtad. Maka dalam hal ini, karena kejahatan datang dari pihak wanita itu sendiri maka gugurlah semua maharnya, sebab maksiat itu yang menggugurkan kewajiban suami untuk memenuhi hak isterinya itu. 2. Fasakh yang dilakukan oleh suami atau isteri setelah mereka akil baligh, sedangkan mereka dikawinkan ketika masih kecil, maka tidak ada suatu kewajiban yang harus dipenuhi, karena bercampur atau dukhul tidak terjadi antara suami isteri tersebut. 3. Fasakh karena tidak sekufu’, yaitu wali memintakan fasakh karena maharnya kurang dari pada jumlah mahar mitsil, fasakh seperti ini 37 Departemen Agama R.I, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Direktorat pembinaan Peradilan Agama, 1992, pasal 31. 38 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, h.232. merupakan pembatalan suatu akad nikah dari awalnya juga. Apalagi jika fasakh ini datangnya dari pihak isteri, maka maharnya menjadi gugur karena tidak ada sesuatu sebab yang mengharuskan suami membayarnya. 4. Juga ketika si isteri membebaskan atau menghibahkan kepada si suami dari pada mahar tersebut 39 . Para ulama madzhab sepakat bahwa, apabila akad dilaksanakan dengan menyebutkan mahar, kemudian si suami menjatuhkan talak sebelum melakukan hubungan seksual atau Qabla dukhul, maka gugurlah separuh maharnya 40 . Hal ini sejalan dengan Q.S Al-Baqarah : 237, yaitu : 1 H4\ 2 80_ S C` K 1 H4\ aF D L K 2 b 3 5 H2cWd ef; A3 5 7 5 g hb 3 5 ij 1 kl ,Y4  ,Y4 m Kn :Z L [ o L80 K G 1 p ,Y4 D SP 38K q 80rs fj t EF7 D f`;UY8 + a u1 n 1 4 4 D vw3 BAxC Artinya : “Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri- 39 Aep Saepullaah Darusmanwiati, “mahar, resepsi dan adab malam pengantin menurut petunjuk Al-qur`an dan Sunnah ”, artikel diakses pada tanggal 25 Januari 2009 dari :http:Indonesianschool.org. 40 Masykur A.B, dkk, Figh Lima Madzhab, h.374. isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah SWT maha melihat segala apa yang kamu kerjakan”. Ayat ini jelas menunjukkan, kewajiban suami membayar setengah dari jumlah mahar yang sudah ditentukan dalam akad nikah, karena Al-Qur`an menegaskan “telah kamu tentukan jumlah mahar kepada mereka maka bayarlah separohnya ”. Sementara untuk mahar yang belum ditentukan jumlahnya tidak disebut pada waktu akad tidak berlaku kewajiban membayar separuhnya karena tidak termasuk pernyataan dalam ayat ini 41 . Menurut Imam Hanafi walaupun tidak berkewajiban membayar setengah mahar tetapi wajib memberi kepada wanita itu berbentuk mut`ah, akan tetapi menurut Imam Syafii, tetap dibebankan pembayaran mahar separuhnya, baik mahar itu ditentukan ketika akad nikah maupun sesudahnya 42 . Di sisi lain, fuqaha Zahiri berpendapat bahwa setiap talak yang terjadi sebelum dukhul harus dikenai pemaruhan mahar, tidak peduli apakah talak tersebut terjadi karena kehendak suami atau istri 43 . Dalam hukum perkawinan di Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam KHI, juga menegaskan untuk terjadinya pengembalian mahar setengah dari yang telah 41 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, h.229. 42 Ibid., h.230. 43 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 446. diberikan atau ditentukan, hal ini dapat kita lihat pada pasal 351 yaitu ‘suami yang mentalak isterinya Qabla dukhul wajib membayar setengah mahar yang telah ditentukan dalam akad nikah ’. Yang mana hal ini juga sejalan dengan akibat dari talak yang terdapat pada pasal 149 Kompilasi Hukum Islam KHI, yaitu ‘melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separoh apabila Qabla dukhul ’. Kesimpulan dari berbagai pendapat, menurut Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, mahar tidak boleh ditinggalkan, seandainya mahar dihutang seperti di daerah Jawa Barat, maka mahar tersebut wajib dilunasi, sehingga bagi yang berhutang hal ini tidak bisa diabaikan, karna jika tidak dilunasi akan berdosa 44 . Atas dasar tinjauan teoritis, maka pengembalian mahar Qabla dukhul adalah setengah dari yang telah diberikanditentukan, akan tetapi putusan dari Mahkamah Syariah Langsa memerintahkan untuk mengembalikan mahar seluruhnya, sehingga akan ditelusuri alasan-alasan dari putusan No. 81Pdt.G2005Msy – LGS. 44 Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, Jakarta, 16 Februari 2009.

BAB III GAMBARAN UMUM MAHKAMAH SYARIAH LANGSA