B. Macam-macam Mahar
Sebagaimana yang telah kita ketahui tentang mahar, maka mahar itu terdiri atas dua macam, yaitu
21
: 1.
Mahar musamma, yaitu mahar yang disepakati oleh pengantin laki-laki dan perempuan yang disebutkan dalam redaksi akad. Jadi mahar ini
pada awalnya merupakan mahar yang telah ditentukan oleh pihak perempuan dan harus dipenuhi oleh pihak laki-laki tersebut.
2. Mahar mitsl, yaitu mahar yang seharusnya diberikan kepada perempuan
atau diterima oleh perempuan sama dengan mahar yang biasa diterima oleh perempuan-perempuan selainnya yang sepadan dengannya, baik
dari segi usia, kecantikan, harta, akal, agama, kegadisan, maupun negerinya. Jadi ukuran dalam memberikan mahar ini dengan melihat
anggota keluarganya sendiri, seperti saudara perempuan sekandung, dan bibi-bibinya.
Mahar mitsl ini di wajibkan dalam tiga kemungkinan, yaitu
22
: a.
Dalam keadaan suami tidak ada menyebutkan sama sekali mahar atau jumlahnya.
21
Masykur A.B, dkk, Fiqh Lima Madzhab, Jakarta: P.T. Lentera Basritama, 2005, cet. Ketiga belas, h. 364.
22
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h.89.
b. Dalam keadaan suami menyebutkan mahar musamma, namun mahar
tersebut tidak memenuhi syarat yang ditentukan atau mahar tersebut cacat, seperti maharnya adalah minuman keras.
c. Dalam keadaan suami ada menyebutkan mahar musamma, namun
kemudian suami isteri berselisih dalam jumlah atau sifat mahar tersebut dan tidak dapat diselesaikan.
Bila mahar tidak dalam bentuk tunai hutang kemudian terjadi putus perkawinan setelah melakukan hubungan kelamin dukhul, sewaktu akad
maharnya adalah dalam bentuk musamma, maka kewajiban suami yang menceraikan adalah membayar mahar secara penuh sesuai dengan bentuk dan
jumlah mahar yang ditetapkan dalam akad. Demikian pula keadaannya bila salah seorang diantara keduanya meninggal dunia, karena meninggal dunia itu telah
berkedudukan sebagai telah melakukan hubungan kelamin dukhul
23
. Dalam memberikan mahar, baik itu berupa mahar musamma maupun mahar
mitsl, maka mahar tersebut harus memenuhi syarat-syarat, diantaranya
24
: 1.
Jelas dan diketahui bentuk dan sifatnya. 2.
Hartabendanya berharga, tidak sah mahar dengan yang tidak berharga, walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar, akan tetapi
23
Ibid., h.90.
24
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Bogor: Kencana, 2003, cet. Pertama, h.87.
walaupun mahar itu sedikit namun mempunyai nilai maka mahar tersebut tetap sah.
3. Barangnya suci dan bisa diambil manfaat, tidak sah mahar dengan
khamar, babi, karena semua itu haram dan tidak berharga. 4.
Barangnya bukan barang ghasab, ghasab artinya mengambil barang milik orang lain tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud memilikinya
karena berniat untuk mengembalikannya kelak, memberikan mahar dengan hasil ghasab tidak sah.
5. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya, tidak sah mahar dengan
memberikan barang yang tidak jelas keadaannya atau disebutkan jenisnya.
6. Dapat diserahkan pada waktu akad atau pada waktu yang dijanjikan,
dalam arti barang tersebut sudah berada di tangannya pada waktu diperlukan, barang yang tidak dapat diserahkan tidak dapat dijadikan
mahar, misalkan burung yang terbang di udara.
C. Hukum Memberikan Mahar