D. Jumlah Mahar
Agama Islam tidak menetapkan jumlah besar atau kecilnya mahar karena adanya perbedaan kaya dan miskin, lapang dan sempit rezekinya. Selain itu,
setiap masyarakat mempunyai adat dan tradisinya sendiri. Oleh karena itu, Islam menyerahkan masalah mahar itu berdasarkan kemampuan masing-masing
individu atau keadaan dan tradisi keluarganya. Jumlah mahar tergantung pada masa dan keadaan setempat, terutama
tergantung kepada pihak isteri dan suami yang bersangkutan. Menurut ketentuan syarak, bahwa mahar itu haruslah sesuatu benda yang bernilai dan bermanfaat
33
. Jadi, boleh memberi mahar, misalnya dengan cincin yang terbuat dari besi,
atau mengajarkan beberapa ayat-ayat Al-qur`an dan sebagainya, dengan syarat sudah disetujui oleh kedua belah pihak yang melakukan akad
34
. Dalam sebuah Hadist diriwayatkan, dari Sahal bin Sa`ad, bahwa Rasulullah SAW pernah
berkata kepada seseorang
35
:
ی ﻡ ﻥ
+ ,
-
33
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, h.220.
34
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h.41.
35
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Muslim Buku 1. Penerjemah KMCP Imron Rosadi Jakarta: Pustaka Azzam, h. 572.
Artinya : “Dari Sahal bin Sa`ad As-Sa`idi RA, dia berkata ; kemudian Rasulullah SAW pernah berkata : Carilah mekipun hanya berupa cincin besi” H.RMuslim
4143.
Hadist ini menunjukkan bahwa mahar itu tidak ditetapkan jumlah
minimalnya, bahkan cincin yang terbuat dari besipun sudah cukup disebut sebagai mahar. Namun jika ada yang memberikan mahar lebih dari Hadist ini, hal
ini berdasarkan kemampuan calon mempelai pria tersebut. Imam Syafii, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan fuqaha Madinah dari kalangan
tabiin berpendapat bahwa bagi mahar tidak ada batas terendahnya. Segala sesuatu yang dapat menjadi harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar.
Sementara Imam Malik berpendapat bahwa mahar itu minimalnya seperempat dinar emas, seberat tiga dirham perak, atau barang yang senilai dengan tiga
dirham tersebut. Sedangkan Imam Hanafi berpendapat minimal mahar itu sepuluh dirham
36
. Dalam Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam KHI,
juga tidak dijelaskan mengenai ukuran mahar yang akan diberikan, hal ini menunjukkan bahwasanya mahar itu benar-benar disesuaikan dengan keadaan
dan kondisi sosial suatu masyarakat, sehingga tidak dibuat suatu ukuran yang pasti tentang jumlah mahar.
Serta dalam Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam KHI tidak disebutkan secara pasti mengenai jumlah mahar yang harus diberikan
36
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 432.
kepada pihak wanita, hal ini sesuai dengan pasal 31 yaitu ‘penentuan mahar berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran
Islam ’
37
.
E. Penyebab GugurPengembalian Mahar