Untuk memberikan perlawanan terhadap gugatan Penggugat, maka Tergugat juga mengajukan beberapa alat bukti, yaitu :
1. Hal permohonan pembatalan perkawinan T.1
2. Surat pernyataan bersama T.2
B. Putusan hakim terhadap perkara No: 81Pdt.G2005Msy – LGS
1. Pertimbangan Majelis Hakim dalam memberikan Putusan
Dalam Konvensi : Majelis Hakim menilai dalam persidangan telah berusaha memberikan
nasehat dan saran-saran kepada Penggugat dan Tergugat supaya bersabar dan mengurungkan niatnya untuk bercerai, akan tetapi tidak berhasil, maka
maksud dari pasal 67 Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama telah terpenuhi. Dan alasan yang di dalilkan oleh Penggugat tersebut
termasuk alasan perceraian yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimuat dalam pasal 19 f PP No. 9 Tahun 1975
Jo. Pasal 116 f Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, dengan demikian dalil gugatan Penggugat dapat dipertimbangkan.
Berdasarkan pengakuan kedua belah pihak telah terbukti bahwa antara Penggugat dan Tergugat belum pernah melakukan hubungan suami isteri
Qabla dukhul setelah pernikahan dan terbukti pula bahwa anak yang dilahirkan dalam masa perkawinan mereka bukanlah anakbenih dari
Tergugat. Dengan keadaan rumah tangga yang sedemikian rupa telah
memenuhi isi dan kehendak Pasal 19 f PP No. 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 f Kompilasi Hukum Islam.
Dalam Rekonvensi : Majelis Hakim menilai permohonan pembatalan perkawinan, sesuai
dengan ketentuan pasal 72 3 Kompilasi Hukum Islam, maka hak Penggugat Rekonvensi untuk mengajukan pembatalan perkawinan sudah gugur, oleh
karenanya permohonan Penggugat Rekonvensi tidak dapat dipertimbangkan. Terhadap tuntutan pengembalian mahar sudah sepantasnyalah kepada
Tergugat Rekonvensi diperintahkan untuk mengembalikan mahar yang diterimanya dulu pada waktu aqad nikah yaitu sebanyak 10 mayam emas.
Adapun barang-barang berupa 1 buah tempat tidur, 1 buah lemari hias, 1 buah lemari pakaian, 1 set bopet yang saat ini telah diambil kembali oleh
Penggugat Rekonvensi dan dalam kesimpulan akhir Tergugat Rekonvensi memohon agar barang-barang tersebut dikembalikan kepadanya. Majelis
mempertimbangkan bahwa barang-barang tersebut adalah pemberian Penggugat Rekonvensi kepada Tergugat Rekonvensi yang akan
dimanfaatkan bersama-sama antara Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi setelah aqad nikah untuk memulai hidup baru. Akan tetapi
meskipun setelah pernikahan Tergugat Rekonvensi tetap tidak mau melaksanakan kewajibannya sebagai isteri, dan menyatakan pula bahwa
dirinya telah hamil anak orang lain. Maka sudah sepatutnya barang-barang tersebut dikembalikan kepada Penggugat Rekonvensi.
Permohonan untuk menyatakan status Penggugat Rekonvensi perjaka, oleh Majelis Hakim telah memberikan pertimbangan dalam Konvensi dengan
mengabulkan gugatan Penggugat dkTergugat dr, dengan putusan cerai bukan dengan pembatalan perkawinan.
Tuntutan dari Penggugat Rekonvensi agar anak yang dilahirkan Tergugat Rekonvensi dinyatakan bukan anak Penggugat Rekonvensi, Majelis
berpendapat oleh karena hal tersebut diakui oleh Tergugat Rekonvensi bahwa sebelum menikah dengan Penggugat Rekonvensi, Tergugat Rekonvensi telah
hamil dari perbuatan orang lain dan mengakui belum berhubungan badan dengan Penggugat Rekonvensi maka dapat ditetapkan bahwa anak tersebut
bukan anak Penggugat Rekonvensi. 2.
Putusan Majelis Hakim Setelah melalui proses peradilan, maka Mahkamah Syariah Langsa
memutuskan jatuh talak dengan talak satu ba’in sughra, menyatakan anak yang telah dilahirkan Tergugat Rekonvensi bukan anak Penggugat
Rekonvensi, menghukum Tergugat Rekonvensi untuk mengembalikan mahar sebanyak 10 mayam emas kepada Penggugat Rekonvensi, menetapkan 1
buah tempat tidur, 1 buah lemari pakaian, 1 buah lemari hias, 1 set bopet adalah hak Penggugat Rekonvensi.
C. Analisa Penulis terhadap Putusan Hakim No: 81Pdt.G2005Msy – LGS