23 e.
Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Restitusi.
Wajib Pajak
dapat mengajukkan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak restitusi kepada
Direktorat Jenderal Pajak. f.
Hak Pembetulan Surat Pemberitahuan. Wajib pajak dapat membetulkan surat pemberitahuan atas kemauan sendiri dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
g. Hak Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak.
h. Hak Mengajukan Permohonan Penghapusan Sanksi Administrasi.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penghapusan atau pengurangan administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang
ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan dan bukan karena kesalahan wajib pajak, kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Dari uraian diatas wajib pajak selain harus menjalankan kewajiban pajaknya juga memiliki hak-hak atas pajak, yaitu hak untuk mendapatkan
NPWP, hak atas keberatan jika ada pajak lebih bayar, hak banding, hak penundaan pembayaran dan hak penghapusan sanksi administratif.
24
D. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP
1. Pengertian NPWP
Pengertian NPWP menurut Resmi 2000:22 Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diriidentitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
2. Fungsi NPWP
Berdasarkan pengertian ini maka NPWP berfungsi sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan:
a. Sebagai tanda pengenal diriIdentitas Wajib Pajak.
b. Sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan.
c. Menjaga ketertiban dan pengawasan administrasi perpajakan.
Jadi NPWP merupakan nomor pokok wajib pajak pada KPP untuk membayar pajak terutangnya dan NPWP sebagai pedoman aparat pajak
dalam memungut besaran pajak yang dikenakan.
E. Kepatuhan Wajib Pajak
Ismawan 2001:82 mengemukakan prinsip administrasi pajak yang diterima secara luas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah
kepatuhan suka rela. Kepatuhan sika rela merupakan tulang punggung sistem self assessment dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri
25 kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar
dan melaporkan pajak tersebut. Menurut Burton 2005:4-6 ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kesadaran atau kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya, adapaun faktor-faktornya antara lain:
1. Besarnya tarif pajak.
2. Pelaksanaan penagihan yang rapi konsisten dan konsekuen.
3. Ada atau tidak adanya sanksi bagi pelanggar.
4. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang bulu.
Kepatuhan sebagai fondasi self assestment dapat dicapai apabila elemen- elemen kunci telah diterapkan secara efektif. Elemen-elemen kunci Ismawan,
2001:83 tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak. 2.
Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak. 3.
Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif. 4.
Pemantapan law enforcement secara tegas dan adil. Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan
material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-
undang perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi
dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan materail juga dapat meliputi kepatuhan formal.
26 Menurut Burton, 2005:4, kriteria wajib pajak patuh diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544KMK.042000 yang diubah dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 235KMK.032003 dengan keputusan
Dirjen Pajak Nomor 550 Tahun 2000, wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tepat pada waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua
jenis pajak dalam dua tahun terakhir. b.
Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izan untuk mengangsur dan menunda pemabyaran pajak.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir. d.
Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 UU KUP dan dalam hal terhadap
wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak terutang paling banyak 5.
e. Wajib pajak yang laboran keuangannya untuk dua tahun terakhir di audit.
Oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian sepanjang tidak empengaruhi laba rugi fiscal. Laboran auditnya harus
disusun dalam bentk panjang long form report yang menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib pajak yang
laboran keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhiketentuan pada huruf a, b, c dan d di atas.
27 Dari penjelasan di atas wajib pajak diharapkan patuh dalam
membayarkan pajak terutangnya, dengan menjadi wajib pajak patuh berarti membantu pemerintah untuk melaksanakan pembangunan. Beberapa hal yang
menjadi tolak ukur dari wajib pajak patuh yaitu tidak terlambat dalam membayarkan pajaknya, tidak mempunyai tunggakan dan menyampikan surat
pemberitauan pajak dengan benar.
F. Surat Ketetapantagihan pajak
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
Surat Tagihan Pajak diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-udang Nomor 16 Tahun 2000 selanjutnya disebut Undang-Undang KUP. Surat Tagihan Pajak dapat dapat diterbitkan dalam
hal-hal sebagai berikut: a.
Apabila pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. b.
Apabila dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
c. Apabila wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
bunga. d.
Apabila pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN dan perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP.