16 dapat dilihat di sektor swasta, bidang sosial dan ekonomi. Sebagai
contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, agar dapat dapat ditekan peredarannya, demikian pula terhadap
barang mewah. Pajak dapat mengatur peredaran barang yang di anggap dapat mempengaruhi masyarakat banyak.
c. Fungsi Demokrasi
Fungsi demokrasi adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan
pemerintahan dan pembangunan demi kemaslahatan masyarakat. Fungsi demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan dengan hak
seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. d.
Fungsi Redistribusi Fungsi redistribusi adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar
kepada yang berpenghasilan lebih besar. Dari penjelasan fungsi pajak di atas pajak sangat berperan dan
sebagai penopang pembiayaan kehidupan bernegara selain itu pajak juga dapat mengatur pola kehidupan ketatanegaraan sesuai dengan fungsinya.
3. Cara Pemungutan Pajak
Menurut Yusdianto 2004:34, cara pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara sistem pemungutan yaitu stelsel pajak, sistem
pemungutan langsung dan witholding sistem.
17 a.
Stelsel Pajak Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 Stelsel, yaitu:
1 Stelsel Nyata riil stelsel
Stelsel nyata adalah metode penghitungan dan besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh rakyat didasarkan pada objek pajak
penghasilan yang sesungguhnya diperoleh pada akhir tahun. 2
Stelsel Anggapan fictive stelsel Stelsel anggapan yaitu pengenaan pajak didasarkan pada adanya
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Anggapan tersebut dapat berupa anggaran pendapatan tahun berjalan atau diasumsikan
penghasilan tahun pajak berjalan sama dengan penghasilan pajak tahun yang lalu.
3 Stelsel Campuran
Stelsel campuran merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan, dimana besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan yang diatur oleh Undang-Undang, untuk menentukan besarnya pajak pada akhir tahun yang disesuaikan dengan keadaan
sebenarnya. Dari uraian diatas stelsel pajak merupakan bentuk pemungutan
pajak yang dikenakan kepada wajib pajak dengan cara pengenaan pajak berdasarkan objek pajak, undang-undang dan campuran antara
keduanya
18 b.
Sistem Pemungutan Pajak Prinsip dasar sistem pemungutan pajak yang berlaku di negara kita
sekarang adalah sistem self assessment, dimana wajib Pajak berkewajiban
menghitung, memperhitungkan,
membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang penjelasan umum UU.KUP butir 3 huruf c. Namun bila wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya
melaksanakan kewajiban self assessmentnya pajak akan dihitung atau ditetapkan oleh aparat pajak UU.KUP.Pasal 13 dan 15.
1 Self Assessment
Self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yaitu wajib pajak menentukan sendiri jumlah wajib pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan. Guna dapat memastikan terlaksananya keberhasilan sistem self assessment good
corporate governance di masyarakat pembayar pajak taxpayer maka ada prinsip mutlak dipahami dan diterapkan:
a Transparansi transparency.
b Kemandirian Independence.
c Akuntability Accountability.
d Pertanggungjawaban Responbility.
e Kewajaran Fairness.
2 Official Assessment
Official assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yaitu, aparatur pajak yang menentukan sendiri diluar wajib pajak
19 jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem ini inisiatif sepenuhnya
ada pada aparatur pajak atau kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya ada pada aparatur pajak. Sistem ini
berhasil dengan baik kalau aparatur perpajakan baik maupun kuantitasnya telah memenuhi kebutuhan.
3 With Holding System
With holding sistem adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. With holding tax merupakan payment system sedangkan self assessment
merupakan assessment. Assessment sistem adalah sistem menghitung atau menetapkan besarnya pajak yang terutang bagi wajib pajak.
With holdng Sistem merupakan bentuk pungutan pajak yang diberikan wewenang langsung kepada pihak ketiga untuk memungut
pajak terutang wajib pajak, contoh with holding sistem adalah pemungutan atau penyetoran yang dilakukan oleh bendahara.
Dari penjelasan diatas sistem pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu self asesstment, official assessment dan with
holding sistem. Beda dari ketiga sistem di atas adalah jika official assessment memberikan wewenang kepada Pemerintah untuk
menentukan besaran pajak terutang, self asesstment diberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besaran pajak
terutangnya sendiri sementara itu with holding system memberikan
20 wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besaran pajak
terutangnya.
C. Pengertian Wajib Pajak, Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
1. Pengertian Wajib Pajak
Ada dua rumusan tentang Wajib Pajak menurut Undang-Undang perpajakan yang pada hakikatnya sama. Pertama, rumusan menurut Pasal 1
butir 1. UU KUP, yang berbunyi: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan unutk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak
tetentu” Kedua, rumusan menurut memori penjelasan pasal 2 ayat 2 UU.PPH
yang berbunyi: “Subjek pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima
atua melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, sedangkan Subjek Luar Negeri sekaligus menjadi Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan
yang diterima dari sumber penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan perkataan lain Wajib
Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban
subjektif dan objektif”.
2. Kewajiban Wajib Pajak
Setiap Wajib Pajak harus memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa harus menunggu surat ketetapan dari Direktorat Jenderal Pajak
UU.KUP.Pasal.12 Artinya
penentuan besarnya
pajak terutang
dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkan secara teratur jumlah pajak terutang yang sudah dibayar sebagaimana yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
21 a.
Mendaftarkan diri “Setiap Wajib Pajak mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jendral
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak…”UU.KUP Pasal 2 ayat 1.
b. Mengisi, menandatangani dan menyampaikan Surat Pemberitahuan ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak ditempat Wajib Pajak terdaftar UU.KUP.Pasal.3 ayat 1,
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan
pembayaran pajak terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.
c. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
UU.KUP.Pasal.28 Pembukuan dan pencatatan harus dilakukan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin dan angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing dan uang
asing yang harus memperoleh izin dari Menteri Keuangan. Izin yang akan diberikan adalah untuk wajib pajak dalam rangka penanaman
modal asing, kontrak bagi hasil dalam pertambangan. d.
Bila diperiksa harus UU.KUP.Pasal.29 a
Memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib Pajak.
22 b
Mengizinkan memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c Memberikan keterangan yang diperlukan
Dari penjelasan diatas wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar dan melaporkan pajak terutangnya dengan benar dan tepat
waktu sehingga pihak KPP tidak perlu melakukan pemeriksaan, yaitu dengan cara memperlihatkan pembukuan dan memberikan keterangan.
3. Hak-hak Wajib Pajak
a. Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak UU.KUP.Pasal 2 ayat 1
Setelah mendaftar maka Direktorat Jendral Pajak akan memberikan NPWP.
b. Memperoleh Formulir Surat Pemberitahuan, guna melaksanakan
kewajiban pelaporan pajak wajib pajak dapat memperoleh formulir Surat Pemberitahuan dari Direktorat Jendral Pajak dimana Wajib Pajak
terdaftar UU.KUP.Pasal.3 ayat 2. c.
Mengajukan Keberatan. Bila wajib pajak berkeberatan atau tidak setuju dengan surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak,
wajib pajak
dapat mengajukan
keberatan UU.KUP.Pasal.26.
d. Mengajukan Banding. Wajib pajak dapat mengajukan banding hanya
kepada peradilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
23 e.
Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Restitusi.
Wajib Pajak
dapat mengajukkan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak restitusi kepada
Direktorat Jenderal Pajak. f.
Hak Pembetulan Surat Pemberitahuan. Wajib pajak dapat membetulkan surat pemberitahuan atas kemauan sendiri dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
g. Hak Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak.
h. Hak Mengajukan Permohonan Penghapusan Sanksi Administrasi.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penghapusan atau pengurangan administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang
ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan dan bukan karena kesalahan wajib pajak, kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Dari uraian diatas wajib pajak selain harus menjalankan kewajiban pajaknya juga memiliki hak-hak atas pajak, yaitu hak untuk mendapatkan
NPWP, hak atas keberatan jika ada pajak lebih bayar, hak banding, hak penundaan pembayaran dan hak penghapusan sanksi administratif.