Latar Belakang Masalah Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Corporate social responsibility CSR , merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan nasional maupun perusahaan multinasional. Perusahaan di dunia khusus di Indonesia telah banyak yang melaksanakan tanggung jawab sosialnya di masyarakat. Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif maupun negatif. Di satu sisi perusahaan menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, namun disisi lain tidak jarang masyarakat dan lingkungan mendapatkan dampak buruk dari aktivitas perusahaan. Banyak perusahaan yang dianggap telah memberikan kontribusi kemajuan ekonomi dan teknologi bagi masyarakat, tetapi mendapatkan kritikan karena telah menciptakan masalah sosial dan lingkungan. CSR merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan pemegang saham saja, tetapi juga untuk orang lain di sekitarnya dalam praktek bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen dan lingkungan. Global Compact Initiative 2002 menyebutkan pemahaman ini dengan 3P Profit, People, Pla net , yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba Profit , tetapi juga mensejahterakan orang P eople , dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini Nugroho, 2007. Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap Universitas Sumatera Utara produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia HAM Monika dan Hartanti, 2008. Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan sudah mulai berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan yang mengatur hal tersebut dalam Undang-undangan No.40 tahun 2007 tentang Persero Terbatas, pada bab IV bagian kedua pasal 66 2, poin c yang mengatur tentang laporan tahunan, disebutkan bahwa direksi harus menyampaikan laporan tahunan yang sekurang-kuranganya memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Lebih jauh lagi, dalam Undang-undang No 40 Pasal 74 Tahun 2007, bab V tentang Tanggung Jawab Sosial. Pada pasal 74 1, 2, 3 dan 4 disebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang adaatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu berupa biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Apabila perusahaan tidak melakukan kewajiban tersebut maka akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. dan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 2012. Kemudian agar dapat berkesinambungan perusahaan sangat perlu mempertimbangkan lingkungan sosialnya dalam melakukan pengambilan keputusan. Mirfazli dan Nurdiono 2005 menyatakan bahwa kehilangan rekanan bisnis ataupun resiko terhadap citra perusahaan brand risk akan berdampak pada kelangsungan hidup usaha yang telah berjalan. Berdasarkan hal tersebut dapat Universitas Sumatera Utara dikatakan bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan adalah sebagai investasi bukan sebagai beban karena akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dengan benar juga akan memperkecil resiko terjadinya berbagai biaya sosial yang mungkin terjadi akibat kelalaian perusahaan. CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman 1994, dalam Anggraini 2006, menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Informasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu mereka menginginkan informasi mengenai etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan sustainability reporting . Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan tahunan perusahaan Haniffa dan Coke, 2005. Hal yang sama juga dikemukan oleh Kiroyan 2006 yang menyatakan bahwa dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar . Universitas Sumatera Utara Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan dan peningkatan kinerja keuangan Dahlia dan Siregar, 2008. Para pengusaha beragumen bahwa CSR tidak boleh dipaksakan karena bersifat sukarela dan menjadi bagian dari strategi perusahaan. Mewajibkan perseoran menyisihkan dana CSR melanggar hak asasi manusia dan merugikan kepentingan pemegang saham karena akan meningkatkan biaya dan menurunkan laba perseroan. Penurunan laba berdampak pada penurunan jumlah deviden yang diterima pemegang saham dan nilai ekuitas perusahaan. Selain itu kewajiban CSR akan menimbulkan komplikasi masalah yang merugikan dunia bisnis. Menurut Pambudi 2006, terdapat berbagai variasi cara pandang perusahaan terhadap CSR, apakah hal ini dianggap sebagai hal yang penting atau tidak. Cara pandang ini selanjutnya akan memengaruhi praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan dan juga akan berdampak pada pengungkapan CSR yang disusunnya. Sejauh ini terdapat tiga cara perusahaan memandang CSR. Pertama, sebagai strategi perusahaan yang pada akhirnya mendatangkan keuntungan. Kedua, sebagai compliance ketaatan karena nantinya ada hukum yang memaksa penerapannya. Ketiga, yang melakukannya beyond compliance karena perusahaan merasa sebagai bagian dari komunitas. Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika bisnis Universitas Sumatera Utara dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainable akan dapat menumbuhkan citra positif serta mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat Wibisono, 2007:66. Selain tuntutan masyarakat, tekanan dari pemerintah juga berperan dalam mendorong perusahaan untuk memperhatikan tanggung jawab sosialnya Cahyandito dan Ebinger, 2005. Tekanan pemerintah ini diwujudkan dalam berbagai peranan dan undang-undang yang mengatur perusahaan dengan lingkungan sosialnya yaitu dinyatakan dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007. Penelitian mengenai CSR terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di negara lain. Penelitian yang menginvestigasi hubungan CSR dan kinerja perusahaan yang meliput kinerja keuangan dan kinerja ekonomi di lakukan oleh Mahoney, et al 2003 yang meneliti hubungan antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan return on equityROE dan return on assetsROA dengan variable kontrol debt assets ratio dan assets . Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan. Balbanis, dkk 1988 meneliti mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap profitabilitas pada perusahaan yang listing di London Stock Exchange. Hasilnya menunjukkan bahwa pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan berkolerasi positif terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, tetapi berkolerasi negatif terhadap kinerja pasar. Penelitian Balbanis juga didukung oleh Heal dan Garret 2004 yang mengatakan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi Universitas Sumatera Utara kepada manajemen resiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang perusahaan. Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan diantaranya penelitian Dahlia dan Siregar 2008 mengatakan bahwa ada kolerasi positif dan signifikan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan, tetapi berkolerasi negatif terhadap cumulative abnormal return CAR. Cahyono dan Yuyetta 2009 menyatakan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan abnormal return. Hackston Milne 1999 mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai tanggung jawab sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan. Anggraini 2006 dari hasil penelitiannya menemukan bahwa persentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial sesuai dengan yang diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajemen di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR. Dalam teori korporasi modern, struktur kepemilikan akan mempengaruhi kinerja organisasi. Kepemilikan oleh manajemen inside ownership dapat membantu mensejajarkan kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham sehingga mereka akan menanggung biaya yang sama jika mereka lalai atau berlebihan dalam menggunakan aset. Kepemilikan oleh institusi akan mendorong Universitas Sumatera Utara peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen Kartikawati, 2007. Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat keuntungan yang akan didapat berasal dari para stakeholder -nya, secara tipikal berdasarkan atas home market pasar tempat beroperasi yang dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang Barkemeyer, 2007. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan multinasional haruslah menjalin hubungan baik dengan para stakeholder . Perusahaan multinasional yang dimiliki oleh pengusaha Eropa dan United State diyakini dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan para stakeholder yang ada. Hal ini disebabkan pengusaha yang berasal dari benua paling maju ini mengenal betul cara menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan. Untuk menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan, perusahaan multinasional mengungkapkan tanggung jawab sosial sebagai kepedulian mereka terhadap para stakeholder yang ada. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan multinasional terutama perusahaan Eropa dan United State sangat mengedepankan isu-isu sosial; seperti hak asasi manusia , pendidikan, tenaga kerja dan isu lingkungan Machmud dan Djakman, 2008. Dengan pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang baik akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan nantinya akan meningkat apabila perusahaan dapat mengungkapkan tanggung jawab sosial mereka dengan baik. Universitas Sumatera Utara Fenomena perkembangan isu CSR secara khusus dibahas oleh majalah MIX edisi 16 Oktober 2006. Menurut penelusurannya, dalam lima tahun terakhir ini istilah CSR sangat popular di Indonesia. Banyak perusahaan antusias menjalankannya karena beberapa hal, antara lain; dapat meningkatkan citra perusahaan dan dapat menjamin keberlangsungan perusahaan. Warta Ekonomi pada tahun 2006 dalam Sayekti dan Wondabio 2007 melaporkan bahwa perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Fenomena lain yang berkaitan dengan pelanggaran tanggung jawab sosial perusahaan juga telah terjadi di Indonesia. Kasus-kasus seperti banjir lumpur panas Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo, Jawa Timur, pencemaran Teluk Buyat di Minahasa Selatan oleh PT. Newmont Minahasa Raya, pembakaran hutan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan, masalah pemberdayaan masyarakat suku di wilayah pertambangan Freeport di Papua, konflik masyarakat Aceh dengan Exxon mobil yang mengelola gas bumi di Arun, dana dan temuan BPK berkaitan dengan cost recovery yang ditengarai banyak mengandung penyelewengan dari para kontraktor kontrak kerjasama KKKS BPMIGAS membuat masyarakat selalu berpandangan negatif akan kegiatan operasional suatu entitas bisnis www.csrindonesia.com Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variable Moderating” Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr), Firm Size, Dan Struktur Modal Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)

0 85 100

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 73 108

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 38 122

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014

2 82 70