Usaha-Usaha Pemberdayaan BUMN Usaha-Usaha Pemberdayaan dan Kinerja BUMN dalam Perekonomian Masyarakat

Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi. BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan keuangan Negara. Dengan demikian peran BUMN dalam usaha menyediakan barang maupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi, oleh pemerintah menjadi tugas BUMN dengan melaksanakan program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah.

B. Usaha-Usaha Pemberdayaan dan Kinerja BUMN dalam Perekonomian Masyarakat

1. Usaha-Usaha Pemberdayaan BUMN

Sejak tahun 1969, peranan BUMN dalam menunjang pembangunan nasional semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan. Namun pada masa orde baru kinerja BUMN sangat memprihatinkan. 28 Kinerja perusahaan dinilai belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan modal yang ditanamkan. 29 28 Makmur Sya’deillah, Op. Cit, Hal 45 29 Penjelasan Undang-Undang No. 19 tahun 2003, tentang BUMN, Hal 38 Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 Dalam rangka memberdayakan BUMN, penataan sistem pengelolaan dan pengawasan BUMN telah dilakukan pemerintah sejak waktu yang lalu. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah dengan penataan terhadap peraturan perundangan yang mengatur BUMN. Berbagai peraturan perundangan telah diberlakukan, seperti Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 dengan tujuan mengusahakan adanya keseragaman dalam cara mengurus dan menguasai serta bentuk hukum dan badan usaha Negara yang ada. Selanjutnya Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang di dalam Undang-undang ini, BUMN disederhanakan bentuknya menjadi 3 tiga bentuk usaha Negara yaitu Perusahaan Jawatan Perjan, Perusahaan Umum Perum dan Perusahaan Perseroan. Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, pemerintah membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan dan pengawasan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998, tentang Persero, Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998, tentang Perum dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perjan. Namun berbagai peraturan perundang-undangan yang ada tersebut masih belum memberi landasan hukum yang kuat di dalam pengembangan badan usaha Negara sejalan dengan perkembangan dunia korporasi. Berdasarkan kenyataan tersebut dan memperhatikan amanat TAP MPR No. IVMPR1999, maka dipandang Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 perlu untuk menetapkan undang-undang baru yang mengatur BUMN secara lebih komprehensif dan sesuai dengan pembangunan dunia usaha. Undang-undang yang dimaksud yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN. Undang-undang tersebut dimaksud untuk memenuhi visi pengembangan BUMN dimasa yang akan datang dan meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance. Undang-undang BUMN dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan pengawasan berlandaskan pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna meningkatkan kinerja dan nilai value BUMN, juga untuk menata dan mempertegas peran, lembaga dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang sahampemilik modal BUMN, serta mempertegas dan memperjelas hubungan BUMN selaku operator usaha dengan lembaga pemerintahn sebagai regelator. 30 Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan perekonomian dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan berbagai korporasi dan profesionalisme melalui pembenahan dan pengawasan BUMN yang dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yang baik good corporate governance, serta melakukan restrukturisasi dan privatisasi sebagai alat dan cara pembenahan BUMN untuk mencapai cita-citanya dan menjadi landasan bagi upaya-upaya penyehatan BUMN. 30 Penjelasan Undang-undang No. 19 Tahun 2003, tentang BUMN, Hal 43 Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 Ke depan, upaya peningkatan kinerja BUMN yang semakin sehat, efisien serta berdaya saing tinggi menjadi penting guna memberikan sumbangan yang makin besar pada kemajuan Negara maupun memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, sebagaimana sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan BUMN lima tahun mendatang yang dituangkan dalam arah kebijakan pengelolaan BUMN, Pada : 31 1. Melakukan koordinasi dengan departemeninstansi terkait untuk penataan kebijakan industrial dan pasar BUMN terkait. Hal ini diperlukan dalam kerangka reformasi BUMN yang menyeluruh. Langkah-langkah perbaikan internal BUMN saja tidaklah cukup, keberhasilan pengelolaan BUMN harus disertai dengan kebijakan secara sektoral. 2. Memetakan BUMN yang ada ke dalam kelompok BUMN public service obligation PSO dan kelompok BUMN komersial business oriented, sehingga kinerja BUMN tersebut dapat meningkat dan pengalokasian anggaran pemerintah akan semakin efisien dan efektif, serta kontribusi BUMN dapat meningkat. 3. Melanjutkan langkah-langkah restrukturisasi yang semakin terarah dan efektif terhadap orientasi dan fungsi BUMN tersebut. Langkah restrukturisasi ini dapat meliputi restrukturisasi manajemen, organisasi, operasi dan sistem prosedur, dan lain sebagainya. 31 Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005, Op. Cit, Hal 220-221 Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Memantapkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG, yaitu transparansi, akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas pada pengelolaan BUMN PSO maupun BUMN komersial, dan 5. Melakukan sinergi antar-BUMN agar dapat meingkatkan daya saing dan memberikan multiplier effect kepada perekonomian Indonesia. Resource based economic yang memberikan nilai tambah akan ditumbuhkembangkan. Selanjutnya arah kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam program pembangunan yaitu Program Pembinaan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Negara. Ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja BUMN. Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah : 1. Penyelesaian upaya pemetaan fungsi masing-masing BUMN, sehingga fungsi BUMN terbagi secara jelas menjadi BUMN PSO dan BUMN komersial. 2. Pemantapan upaya revitalisasi BUMN, antara lain melalui penerapan GCG dan Statement of Corporate Intent SCI serta kontrol kinerja yang terukur, dan 3. Pemantapan pelaksanaan restrukturisasi BUMN. Selama ini kinerja dan kondisi BUMN Indonesia masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan maupun penyehatan. BUMN masih harus terus diberdayakan sehingga akan memberikan manfaat yang maksimal bagi kemakmuran seluruh rakyat Inonesia. Sebenarnya tujuan BUMN untuk lebih diberdayakan adalah : 1. Untuk lebih mengoptimalkan aset Negara yang dikuasai untuk mencapai kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya melalui konsep yang telah dicetuskan yaitu restrukturisasi oleh privatisasi dalam arti seluas-luasnya. Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 2. Untuk meningkatkan perannya sebagai pendukung perekonomian nasional yang dapat menberikan kontribusi yang besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, baik dalam bentuk pajak maupun deviden. 3. Agar mampu berperan sebagai sarana dan prasarana untuk membangun sumber daya manusia Indonesia, yang berjiwa kepemimpinan untuk membawa dunia usaha nasional menuju keberhasilan. 4. Sebagai kekuatan penyeimbang kekuatan ekonomi, melalui peranannya dalam melakukan berbagai aliansi baik dalam tingkat nasional maupun tingkat global, termasuk menciptakan kemitraan dengan pengusaha kecil, pengusaha menengah maupun koperasi. 32

2. Kinerja BUMN Dalam Perekonomian Masyarakat