Upaya Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi oleh BUMN

2. Upaya Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi oleh BUMN

Sejalan dengan krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 yang dengan cepat berubah menjadi krisis ekonomi politik yang selanjutnya menjadi krisis sosial, banyak pengamat yang menyatakan salah satu faktor terjadinya krisis adalah karena kurang tepatnya kebijakan ekonomi pemerintah khususnya selama rezim orde baru berkuasa. Kebijakan kurang tepat dimaksud berupa dukungan financial dan fasilitas-fasilitas lainnya secara berlebihan kepada pengusaha besar untuk menggerakkan perekonomian nasional dengan asumsi bahwa dari pengusaha besar tersebut akan menetes kepada pengusaha kecil trickle down effect. Ternyata segelintir pengusaha besar papan atas yang didengung-dengungkan pada zaman orde baru adalah pengusaha jago kandang atau dengan kata lain besar karena fasilitas bukan karena kreatifitas bersaing berdasarkan mekanisme pasar yang ada. Sementara usaha kecil menengah dan koperasi sama sekali tidak dapat mendapat perhatian yang baik dari pemerintah atau kalaupun ada kebijakan untuk UKM tidak lebih dari sekedar retorika yang lebih banyak bernuansa politis untuk mengambil simpati publik ketimbang aksi kongkrit dilapangan. Setelah orde baru tumbang dan memasuki era reformasi, tuntutan akan adanya kebijakan yang mendukung UKM dan koperasi dari pemerintah cukup banyak menghiasi wacana publik. Tuntutan ini ternyata direspon dengan baik oleh pemerintah. Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan kemampuan UKM, pemerintah melakukan kebijakan pemberdayaan UKM melalui : Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 a. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung bagi usaha kecil. b. Pembinaan dan pengembangan usaha kecil serta kemitraan usaha. Begitu pentingnya peranan usaha kecil terhadap perekonomian sehingga perlu diberikan pembinaan dan pengembangan khusus, yang tidak diberikan kepada usaha menengah dan besar sebagaimana diatur perundang-undangan. Menurut Undang- undang usaha kecil, tanggung jawab pemberdayaan usaha kecil tidak hanya pada pemerintah saja, tetapi juga dunia usaha dan masyarakat. 44 Salah satu upaya pembinaan dan pengembangan yang diberikan adalah dengan menyisihkan sebagian keuntungan BUMN kepada Pengusaha Kecil dan Koperasi melalui Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan. Berdasarkan SE-433 MBU2003, agar tujuan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dapat tercapai, dibentuk unit tersendiri yang khusus melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selanjutnya disebut unit PKBL dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi perusahaan secara keseluruhan. Unit PKBL sekurang-kurangnya melakukan fungsi pembinaan evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi dan lainnya, fungsi 44 Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui empat metode yaitu penciptaan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan, pembiayaan dan pinjaman, serta kemitraan. Penumbuhan iklim usaha bagi usaha kecil dilakukan melalui penetapan perundang-undangan dan kebijakan meliputi aspek pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan, perizinan usaha dan perlindungan. Sanusi Bintang Dahlan, Op.Cit., hal. 52. Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 administrasi dan keuangan. Unit PKBL bertanggung jawab langsung kepada salah satu anggota Direksi yang ditetapkan dalam rapat Direksi. Dalam Pasal 3 Keputusan Menteri BUMN Nomor 236 MBU 2003 dinyatakan bahwa usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah; c. Milik warga negara Indonesia; d. Berdiri sendiri, bukan merupakan awal perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi; f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Dengan dipenuhinya ketentuan-ketentuan diatas, maka usaha kecil dan koperasi dapat menjadi Mitra Binaan salah satu BUMN. Setiap Mitra Binaan mempunyai kewajiban Pasal 4 Keputusan Menteri BUMN Nomor 236MBU2003 : a. Melaksanakan kagiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina; Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Menyelenggarakan pencatatan pembukuan dengan tertib; c. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan pinjaman yang telah disepakati; d. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina. Disamping itu BUMN Pembina mempunyai kewajiban Pasal 5 Keputusan Menteri BUMN Nomor 236MBU2003 : a. Membentuk unit Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan; b. Menyusun Standard Operaning Procedure SOP untuk pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi; c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran RKA Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan; d. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan Calon Mitra Binaan secara langsung; e. Menyiapkan dan menyalurkan dana Progtam Kemitraan kepada Mitra Binaan dan dana Program Bina Lingkungan kepada masyarakat; f. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan. g. Mengadministrasi kegiatan pembinaan; h. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan; Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 i. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, yang meliputi laporan berkala baik tri wulan maupun tahunan kepada Menteri; j. Menyampaikan laporan berkala baik tri wulan maupun tahunan kepada koordinator BUMN Pembina diwilayah masing-masing. Adapun bentuk Program Kemitraan yang diberikan : 1. Pemberian Pinjaman, dalam bentuk : a. Pinjaman untuk modal kerja dan atau pembelian barang-barang modal aktiva tetap produktif seperti mesin dan alat produksi, alat bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk mitra binaan. b. Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan oleh BUMN Pembina yang bersifat jangka pendek dengan waktu maksimum 1 satu tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra binaan. 2. Hibah dalam bentuk : a. Bantuan pendidikan dan pelatihan serta pemagangan untuk Mitra Binaan. b. Bantuan Pemasaran Produk Mitra Binaan. 3. Bantuan pendidikan, pelatihan dan pemagangan untuk mitra binaan dapat dilakukan sendiri oleh BUMN Pembina dan menyediakan tenaga penyuluhan yang berasal dari Lembaga Pendidikan Pelatihan Swasta Profesional maupun Perguruan Tinggi. Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan dapat dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh dan bankable. Prioritas Progran Kemitraan ditujukan bagi usaha kecil yang belum memiliki kemampuan akses perbankan dan Program Kemitraan dapat dilakukan kepada usaha kecil yang tidak memiliki kaitan usaha maupun yang memilki kaitan usaha dengan BUMN Pembina, namun diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha. Untuk mendukung program pelaksanaan kemitraan disediakan dana oprasional yang bersumber dari hasil pengembangan dana kemitraan bukan dari pokok dan penyisihan laba BUMN. Penanganan pinjaman bermasalah diatasi dengan melaksanakan pemindahan pencatatan pinjaman macet yang telah melalui proses pemulihan ke dalam pos pinjaman bermasalah dilakukan 1 satu tahun setelah pinjaman dikategorikan macet. Pinjaman bermasalah yang akan dihapusbukukan terlebih dahulu diusulkan kepada MenteriRUPS melalui mekanisme Rencana Kerja dan Anggaran PKBL. Kegiatan Bina Lingkungan digunakan untuk tujuan yang memberi manfaat kepada masyarakat diwilayah usaha BUMN meliputi : 1. Bantuan Kepada Korban Bencana Alam yaitu bantuan yang diberikan untuk meningkatkan beban para korban yang diakibatkan bencana alam Force Major. 2. Bantuan Pendidikan dan atau Pelatihan yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka peningkatan kwalitas Sumber Daya Manusia SDM. 3. Bantuan Peningkatan Kesehatan yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kwalitas kesehatan masyarakat. Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Bantuan Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum yaitu bantuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan fasilitas kesejahteraan masyarakat. 5. Bantuan Sarana Ibadah yaitu bantuan untuk meningkatkan kwalitas sarana ibadah masyarakat. Pelaksanaan program bina lingkungan di administrasikan bersamaan dengan administrasi program kemitraan oleh unit PKBL. Pembukuan dan rekening program kemitraan dan program bina lingkungan dilakukan secara terpisah. Untuk meningkatkan pelaksanaan PKBL disuatu propinsi, Menteri BUMN menunjuk salah satu BUMN Pembina yang menyalurkan dana kemitraan di propinsi tersebut sebagai koordinator BUMN Pembina. Pelaksanaan Audit PKBL merupakan satu-kesatuan dengan Audit BUMN Pembina. Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina. Perhitungan kinerja Program Kemitraan mengacu kepada Kep.Men.BUMN Nomor Kep-100MBU2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Untuk mengembangkan perusahaan kecil diperlukan pertimbangan yang matang terhadap tiga hal yaitu profil pribadi dalam kaitannya dengan kelayakan kredit, refrensi-refrensi, perincian pengalaman perusahaan, profil perusahaan dalam kaitannya dengan sejarah, analisis tentang para pesaing dan pasar, strategi persaingan dan rencana operasi, rencana arus uang kontan dan analisis peluang pokok, serta paket pinjaman dalam kaitannya dengan jumlah yang diminta, jenis pinjaman yang diminta, alasan pemberian, jadwal pembayaran kembali dan ketentuan-ketentuan pembayaran. 45 45 M. Fuad, dkk, Op.Cit, hal. 57. Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB III PEMBINAAN USAHA KECIL DAN KOPERASI DI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III PERSERO MEDAN

A. Gambaran Umum

1. Riwayat Singkat PT. Perkebunan Nusantara III Persero

PT. Perkebunan Nusantara III Persero sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang dewasa ini dianggap cukup sehat dan kokoh dalam menjalankan usahanya dan berkedudukan di jalan Sei Sikambing PO.BOX 91 Medan 20122, dimulai dengan perjalanan panjang sejak tahun 1958, saat Pemerintah Indonesia melakukan kebijakan nasionalisasi perusahan berkebunan peninggalan Belanda. 46 Sebelumnya, embrio perusahaan ini, berasal dari perkebunan negara cabang baru Cabang Sumatera Utara yang kemudian terbentuk Perusahaan Negara PN, PN. Perkebunan III, PN. Perkebunan IV dan PN. Perkebunan V sampai dengan tahun 1971 saat terjadi perubahan status dari Perusahaan Negara menjadi Perseroan Terbatas PT. selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 ketiga perusahaan perkebunan milik negara ini direstrukturisasi dalam satu perseroan yaitu PT. Perkebunan Nusantara III Persero yang disahkan oleh Notaris Harun Kamil, SH. berdasarkan Akta Nomor 36 tanggal 11 Maret 1996 serta Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2- 46 PTP. Nusantara III dan Badan Warisan Sumatera, Riwayat Perkebunan di Sumatera Timur Tempo Dulu dan Sekarang Menelisik Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III Persero. Hal.24 59 Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008