2. Untuk meningkatkan perannya sebagai pendukung perekonomian nasional yang dapat menberikan kontribusi yang besar terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara APBN, baik dalam bentuk pajak maupun deviden. 3. Agar mampu berperan sebagai sarana dan prasarana untuk membangun sumber
daya manusia Indonesia, yang berjiwa kepemimpinan untuk membawa dunia usaha nasional menuju keberhasilan.
4. Sebagai kekuatan penyeimbang kekuatan ekonomi, melalui peranannya dalam melakukan berbagai aliansi baik dalam tingkat nasional maupun tingkat global,
termasuk menciptakan kemitraan dengan pengusaha kecil, pengusaha menengah maupun koperasi.
32
2. Kinerja BUMN Dalam Perekonomian Masyarakat
BUMN merupakan wujud nyata investasi Negara dalam dunia usaha dengan tujuan untuk mendorong dan memacu perekonomian Negara. Peran BUMN dalam
penyelenggaraan perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangat penting. Namun dalam pelaksanaan perannya BUMN belum optimal.
Selama ini manajemen pada sejumlah BUMN menunjukkan adanya campur tangan birokrasi pemerintah pada pengelolaan perusahaan. Karena adanya campur
tangan itu maka timbul biaya-biaya dalam bentuk konsekuensi keuangan dan biaya yang berupa merosotnya profesionalisme dan pertanggungjawaban dari para manejer
perseroan. Dengan kondisi seperti ini maka sering terjadi benturan antara kebijakan
32
Indra Bastian , Privatisasi di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat, 2002, Hal 162
Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008
pemerintah sebagai penguasa dengan kebijakan teknis operasional yang telah disusun oleh pihak manajemen BUMN sebagai pengelola. Pada Critical Moment inilah maka
dirasakan adanya kendala operasional serta kendala dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen sehingga akan mempengaruhi kinerja dari kemampuan
bersaing BUMN. Program pembenahan dan penyehatan BUMN mendapat prioritas utama
dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997, telah berdampak buruk terhadap perekonomian nasional
termasik kinerja BUMN. Dalam mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional, pemerintah berupaya meningkatkan peranan BUMN yang terkesan kurang
maksimal dan lamban. Ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kinerja BUMN. Salah satunya dengan melakukan proses privatisasi. Namun karena kondisi BUMN belum sepenuhnya bagus maka sebelum melangkah ke privatisasi
pemerintah akan melakukan langkah restrukturisasi dilakukan untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan melalui penajaman focus bisnis, perbaikan skala usaha
dan penciptaan core copetencies business. Langkah restrukturisasi itu memang sangat diperlukan dengan tujuan memperbaiki kinerja BUMN agar layak dijual
marketable.
33
Masih terdapat BUMN yang secara ekonomi tidak berjalan efisien. Salah satu faktor penyebabnya adalah lemahnya sistem pengelolaan perusahaan dalam
33
Ibid, Hal 178
Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008
perusahaan BUMN itu. Bila dibiarkan kondisi seperti itu menyebabkan besar kemungkinannya bahwa BUMN akan menjadi penyebab persoalan besarnya beban
yang ditanggung langsung oleh negara dalam upaya mempertahankan pengelolaannya. Untuk mengatasi persoalan itu tidak dapat hanya mengandalkan
peran Demand-Side seperti hukum, regulasi atau tekanan masyarakat, tetapi harus juga memerankan Supply-Side, yaitu dengan cara menyusun standar etika bisnis dan
direktur BUMN harus pula mempunyai komitmen yang kuat untuk menerapkannya. Untuk mengatasi lemahnya pengelolaan BUMN, pemerintah telah
mengeluarkan UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN yang mencoba untuk mengadopsi beberapa prinsip good corporate governance. Hal
ini dinyatakan jelas pada Pasal 36 ayat 1 UU BUMN yang manyatakan bahwa Perum dalam menyelenggarakan usahanya harus berdasarkan pada prinsip
pengelolaan perusahaan yang sehat. Ketentuan ini juga diatur dalam Pasal 5 ayat 3 jo. Pasal 6 ayat 3 UU BUMN yang mewajibkan direksi, komisaris dan dewan
pengawas dalam melaksanakan tugasnya harus melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban serta kewajaran. Salah satu prinsip profesionalisme dan transparansi tersebut kemudian
tertuang dalam pasal 16 ayat 3 jo. Pasal 19 ayat 4 UU BUMN yang menyatakan bahwa setiap anggota direksi yang telah lulus uji kelayakan wajib menandatangani
kontrak manajemen sebelum ditetapkan menjadi anggota Direksi. Sedangkan independensi dan kemandirian dari Direksi, Komisaris dan Dewan Pengawasdiatur
Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008
dalam Pasal 25, Pasal 33 dan Pasal 53 UU BUMN yang melarang mereka untuk memegang jabatan rangkap. Pasal 21 – 23 jo. Pasal 49 – 51, Pasal 32, Pasal 54, Pasal
61 lebih lanjut mengatur mengenai pertanggungjawaban Direksi, Komisaris dan Dewan Pengawas. Sementara itu untuk menjamin akuntabilitas, UU BUMN
mewajibkan pembentukan Komite Audit dan Komite lainnya Pasal 70 serta mewajibkan adanya auditor eksternal untuk memeriksa laporan keuangan Pasal 71.
Selanjutanya dalam Pasal 72 – 86 tentang restrukturisasi dan privatisasi yang menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan badan usaha
terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum yang dilaksanakan melalui restrukturisasi dan privatisasi agar perusahaan dapat beroperasi secara lebih
efisien, transparan, dan professional sehingga badan usaha dapat memberikan produk layanan terbaik dan memberikan manfaat kepada masyarakatnegara.
Di samping itu UU BUMN juga telah menjamin dan mengatur adanya social responsibility dari BUMN. Hal ini tertuang dalam Pasal 87 ayat 2 yang mengijinkan
pembentukan serikat kerja sebagai wadah penyaluran aspirasi dari karyawan agar hak-haknya dapat terpenuhi. Pasal 88 ayat 1 juga memberikan kepastian kepada
BUMN untuk menyalurkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Sedangkan
Pasal 90 mengatur mengenai donasi untuk amal dan tujuan sosial. Terlihat bahwa secara umum UU BUMN memang telah mengadopsi beberapa
ketentuan dan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik. Namun, perlu kita cermati bahwa ketentuan diatas hanyalah bersifat umum dan perlu penafsiran serta
Netty Kesuma: Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi Oleh BUMN, 2008. USU e-Repository © 2008
pengimplementasian lebih lanjut agar dapat berfungsi dengan baik dan ditingkat lapangan juga penting untuk menjaga penyalahgunaan BUMN dan untuk mengukur
kinerja BUMN itu sendiri.
C. Pengertian Usaha Kecil dan Koperasi