23
memperkuat individu dan; 5. Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan.
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna komprehensif, khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu 1 gerakan pemberdayaan, 2 bina suasana, 3 advokasi, yang diperkuat oleh
kemitraan serta metode sarana komunikasi yang tepat Depkes RI, 2006. Mengacu kepada konteks penelitian ini tentang pemberdayaan masyarakat
dalam peningkatan PHBS masyarakat, maka uraian tentang strategi promosi kesehatan difokuskan kepada pemberdayaan masyarakat.
2.6. Masyarakat Pantai
Sensus penduduk tahun 2000 menujukkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 210 juta jiwa. Pada saat ini setidaknya terdapat 2 juta rumah tangga yang
menggantungkan hidupnya pada sector perikanan. Dengan asumsi tiap rumah tangga nelayan memiliki 6 jiwa maka sekurang-kurangnya terdapat 12 juta jiwa yang
menggantungkan hidupnya sehari-hari pada sumber daya laut termasuk pesisir
tentunya Pangemanan, dkk, 2000.
Mereka pada umumnya mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir termasuk danau dan sepanjang aliran sungai. Penduduk tersebut tidak seluruhnya
menggantungkan hidupnya dari kegiatan menangkap ikan akan tetapi masih ada bidang bidang lain seperti usaha pariwisata bahari, pengangkutan antar pulau danau
24
dan penyeberangan, pedagang perantara eceran hasil tangkapan nelayan,penjaga keamanan laut, penambangan lepas pantai dan usaha-usaha lainnya yang
berhubungan dengan laut dan pesisir Pangemanan, dkk, 2000. Rumah tangga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih
komplek dibandingkan dengan rumah tangga pertanian. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri khusus seperti pengunaan wilayah pesisir dan lautan common
property sebagai factor produksi, jam kerja yang harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu bulan yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari
sisanya mereka relatif menganggur. Selain daripada itu pekerjaan menangkap ikan adalah merupakan pekerjaan yang penuh resiko dan umumnya karena itu hanya dapat
dikerjakan oleh lelaki, hal ini mengandung arti keluarga yang lain tidak dapat mebantu secara penuh Elfindri, 2002.
Dengan persoalan yang demikian tentunya kita harus memahami bahwa rumah tanga nelayan memerlukan perhatian yang multi dimensi. Tantangan yang
terbesar adalah bagaimana membangun sector ini agar dapat mengangkat harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait
dengan sumber daya kelautan dan pesisir Elfindri, 2002. Masalah pembangunan nelayan adalah masalah manajemen pengembangan
masyarakat pesisir yang meliputi tiga masalah yaiyu : masalah sosial ekonomi rumah tangga nelayan, masalah kenapa mereka miskin dan selanjutnya bentuk intervensi
yang bagimana diperlukan. Selanjutnya jika didasarkan pada dimensi waktu, maka kebijakan pembangunan rumah tangga nelayan dibagi menjadi tiga dimensi waktu
25
yaitu; kebijakan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek Bappenas, 2004.
2.7. Landasan Teori