Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

(1)

Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009

TAHUN 2009

TESIS

OLEH

SUSI EVANTA MARIA SEMBIRING 077030037/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TAHUN 2009

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUSI EVANTA MARIA SEMBIRING 077030037/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

DELI SERDANG TAHUN 2009 Nama Mahasiswa : Susi Evanta Maria Sembiring Nomor Induk Mahasiswa : 077030037

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui, Komisi Pembimbing

( Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM ) ( dr. Halinda Sari Lubis, MKKK )

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

( Dr. Drs. Surya Utama, MS) ( dr.Ria Masniari Lubis, MSi )

Tanggal Lulus : 11 Agustus 2009

Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

2. Drs. Edi Syahrial, MS 3. Ir. Indra Chahaya, MSi


(5)

Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PHBS INDIVIDU PADA MASYARAKAT PANTAI

DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG REJO KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2009


(6)

ABSTRAK

Tujuan pembangunan kesehatan adalah mencapai kondisi yang sehat dan merata kepada setiap lapisan masyarakat untuk itu haruslah tercipta kondisi yang saling mendukung antara masyarakat dan pemerintah. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah kegiatan dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Akan tetapi kegiatan program PHBS tersebut belum berjalan dengan maksimal. Hasil kegiatan program PHBS yang diukur melalui 10 indikator berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 2004 menunjukkan bahwa pencapaian PHBS secara nasional masih jauh dari target minimal 65% pada tahun 2010.

Pelaksanaan program PHBS di Kabupaten Deli Serdang khususnya wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo yang merupakan salah satu unit pelaksana kesehatan di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, meskipun telah melakukan program seperti penyuluhan PHBS namun hasil kegiatan tersebut menunjukkan bahwa PHBS di kawasan ini belum mencapai target.

Hasil penelitian melalui wawancara mendalam yang dilakukan kepada 6 (enam) orang informan yang merupakan masyarakat pantai (daerah Paluh Merbau) didapat kesimpulan bahwa masyarakat mengalami beberapa hambatan/kendala seperti masalah ekonomi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS, kurangnya kesadaran masyarakat, masalah transportasi dan jarak ke Puskesmas sehingga masyarakat terkendala untuk melakukan PHBS.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga merupakan faktor paling mendukung dalam pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat, selain itu dalam masyarakat juga telah terbentuk beberapa kelompok pemberdayaan masyarakat. Dari wawancara yang dilakukan didapat bahwa informan juga berharap program PHBS dapat dikembangkan melalui kelompok-kelompok yang telah mereka bina.

Melihat sikap informan (masyarakat) yang telah terbuka terhadap PHBS, maka kegiatan Promosi Kesehatan (penyuluhan) yang telah dilakukan petugas Puskesmas Tanjung Rejo dapat semakin ditingkatkan, serta lebih aktif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu melalui strategi pemberdayaan masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat bagi masyarakat pantai (Paluh Merbau) dalam peningkatan PHBS adalah strategi promosi kesehatan dengan melakukan kemitraan dengan kelompok-kelompok yang telah ada di masyarakat dan juga kepada pemerintah, sehingga sasaran PHBS yang dimulai dari pendekatan individu, keluarga, kelompok hingga masyarakat berhasil dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.

Kata kunci : Strategi, Pemberdayaan Masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


(7)

ABSTRACT

Health goals is to reach a healthy and equitable to every layer of society to create conditions that must be a mutual support between the community and the government. One of the efforts that have been made to achieve health development activities are in the form of Clean and Healthy Lifestyle (PHBS). But program activity PHBS is not running optimally. Results PHBS program activities that were measured through 10 indicators based on National Health Surveys in 2004 indicate that the achievement of the national PHBS still far from the target at least 65% in 2010.

Implementation of the program PHBS in Deli Serdang regency, especially the work of Puskesmas Tanjung Rejo is one of the implementing units in the District health Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, although such programs have been conducted espionage activities PHBS but the results showed that PHBS in this area have not reached the target.

Results of research through in-depth interviews conducted by the 6 (six) the informant is a beach community (local Paluh Merbau) obtained the conclusion that the people experienced some obstacles / problems such as economic constraints, lack of knowledge about community PHBS, lack of public awareness, the problems of transportation and distance to public health so that constrainted to do PHBS.

Research also shows that family support is a factor in the implementation of clean and healthy living, in addition, the community also have several groups of community empowerment. From interviews conducted obtained informants also hope that the program can be developed through PHBS groups that have their building.

See attitude informants (community) that have been open to PHBS, the Health Promotion activities (espionage) that has been done Tanjung Rejo health officials can more improved, and more active participation to improve the community through community empowerment strategies. Community development strategy that is right for the public beach (Paluh Merbau) PHBS in increasing health promotion strategy is to make partnerships with groups that already exist in society and also to the government, so that the target PHBS approach that starts from individuals, families, groups and communities successfully able to behave and live clean and healthy.

Keywords: Strategy, Community Empowerment, Behavior Clean and Healthy Lifestyle (PHBS)


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan PHBS Individu pada Masyarakat Pantai di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008” tepat pada waktunya.

Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulisan tesis ini selesai.

4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan sabar dan penuh perhatian membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Drs. Edi Syahrial, MS selaku pembanding yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan perbaikan dalam penulisan tesis ini.


(9)

6. Ir. Indra Chahaya, MSi. yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran-saran untuk perbaikan penulisan tesis ini.

7. Seluruh petugas Puskesmas Tanjung Rejo yang telah berperan dalam membantu penulis menyelesaikan penulisan tesis ini.

8. Seluruh informan yang terlibat dalam penelitian ini, yang telah memberikan informasi kepada penulis dan telah meluangkan waktunya sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik.

9. Suami dan anak-anakku tercinta, yang senantiasa memberi perhatian, dukungan serta doa selama penulis dalam masa pendidikan dan dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

10. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung penulis baik secara moriil maupun materiil

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta masukan yang mendukung. Harapan penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Susi Evanta M. Sembiring dilahirkan di Biru-Biru pada tanggal 6 September 1976, anak tunggal dari pasangan Ayahanda Jonathan Sembiring dan Ibunda Piah Malem Barus. Menikah dengan Sopar Sirait, SH pada tanggal 21 Mei 2005, dan telah dikaruniai satu orang putri yaitu Patricia Stefani Sirait, sekarang menetap di Kompleks Rumah Dinas Perwira POLRI Jl. Jamin Ginting Km. 9,5 Blok D No. 1 Padang Bulan Medan.

Memulai pendidikan di SD Katolik Deli Murni Deli Tua lulus tahun 1988, melanjutkan pendidikan di SMP St. Maria Medan lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Katolik Deli Murni Deli Tua lulus tahun 1994. Selanjutnya meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan dan selesai tahun 2002.

Pernah bekerja sebagai dokter fungsional di RSUD Porsea Kabupaten Tobasa, pada tahun 2003, selanjutnya diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2004. Kemudian tahun 2005 pindah ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai dokter fungsional di Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan. Selanjutnya pada bulan November tahun 2007 diunjuk sebagai Pelaksana Harian Kepala Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan sampai dengan Bulan Juni tahun 2009. Dan seterusnya diunjuk kembali sebagai Pelaksana Harian Kepala Puskesmas Rawat Inap Namorambe Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang sampai dengan sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR MATRIKS ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Program PHBS... 7

2.2. Pemberdayaan Masyarakat... 11

2.2.1. Pengorganisasian Masyarakat ... 12

2.2.2. Pemasaran Sosial Air bersih dan Sanitasi ... 13

2.2.3. Pendamping Masyarakat Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 15

2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 16

2.4. Puskesmas. ... 21

2.5. Promosi Kesehatan... 21

2.6. Masyarakat Pantai ... 23

2.7. Landasan Teori... 25

2.8. Kerangka Pikir ... 25

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Pemilihan Informan... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5. Metode Analisis Data... 28


(12)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Letak Geografis... 29

4.2. Kondisi Demografi... 30

4.2.1. Penduduk... 30

4.2.2. Sosial Ekonomi ... 31

4.3. Gambaran Informan ... 33

4.4. Profil Informan... 34

4.5. Hasil Penelitian (Indeph Interview) ... 42

4.5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS ... 42

4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS ... 46

4.5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS... 48

4.5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS ... 49

4.5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo... 51

4.5.6. Pengaruh yang Dirasakan Informan Melalui Kegiatan Penyuluhan Yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo... 52

4.5.7. Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat... 53

4.5.8. Harapan Informan Dalam Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS ... 58

5.2. Hambatan/Kendala yang dihadapi Informan Dalam menjalankan PHBS... 60

5.3. Pihak-pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS... 63

5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS ... 66

5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan Penyuluhan Yang Puskesmas Tanjung Rejo dan Pengaruhnya Bagi Informan 67 5.6. Peran kelompok Pemberdayaan Masyarakat ... 68

5.7. Harapan Informan Dalam Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 72

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran-saran... 78 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Kondisi Geografis Wilayah Puskesmas

Tanjung Rejo Tahun 2008 ... 29 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

dan Kelompok Umur Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo ... 31 4.3. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Wilayah

Puskesmas Tanjung Rejo... 32 4.4. Persentase keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan

Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008 ... 33 4.5. Karakteristik Informan ... 33


(14)

DAFTAR MATRIKS

Nomor Judul Halaman

4.5.1. Informasi Tentang PHBS ... 43

4.5.1.1. Pengetahuan Informan Mengenai PHBS ... 44

4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS ... 46

4.5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS ... 48

4.5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS ... 49

4.5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo... 51

4.5.6. Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Bagi Informan... ... 52

4.5.7. Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat... 53


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 82 2. Hasil Pengolahan Data Ez-Text ... 84 3. Dokumentasi... 99


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Visi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang dituangkan dalam rencana pembangunan kesehatan tahun 2005-2009 adalah mencapai kondisi yang sehat dan merata kepada setiap lapisan masyarakat haruslah tercipta kondisi yang saling mendukung antara masyarakat dan pemerintah. Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan dengan kegiatan operasional antara lain dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS (Depkes RI, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) tentang Perilaku Kesehatan Masyarakat Desa Talang Pauh, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Utara menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud. Selanjutnya penelitian Sinaga, dkk (2004) tentang Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi Kasus Kabupaten Bantul 2003 menyatakan bahwa rendahnya cakupan PHBS di Kabupaten Bantul di sebabkan oleh kurangmya pemberdayaan masyarakat, minimnya alokasi anggaran untuk PHBS, rendahnya peran puskesmas dalam mensosialisasikan PHBS kepada masyarakat serta minimnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS.


(17)

Hasil kegiatan program PHBS yang diukur melalui 10 indikator berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian PHBS secara nasional masih jauh dari target minimal 65 % pada tahun 2010. Secara rinci berdasarkan indikator PHBS yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 64%, masyarakat yang mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan 19%, ketersediaan air bersih 81%, ketersediaan jamban sehat 49%, kesesuaian lantai rumah dengan jumlah penghuni 35%, lantai rumah bukan tanah 35%, tidak merokok di dalam rumah 36%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 18% dan makan buah dan sayur setiap hari 16%.

Berdasarkan Surkesda Kabupaten Deli Serdang (2007) diketahui jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 93%, tidak merokok dalam ruangan 9,65%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 29,16%, makan buah dan sayuran setiap hari 11,15%, ketersediaan jamban sehat 52,7%, ketersediaan air bersih 56,44%, lantai rumah bukan tanah 7,0%.

Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Kesehatan RI membuat suatu program promosi kesehatan dan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan. Depkes RI, (2006) mengemukakan bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk (1) peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, dan (2) pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan untuk itu diperlukan peningkatan upaya promosi kesehatan.

Upaya promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar


(18)

masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat yang menjadi pilar pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1999).

Demikian juga dengan pelaksanaan program PHBS di Kabupaten Deli Serdang telah dilakukan melalui program dinas kesehatan maupun puskesmas. Namun hasil kegiatan menunjukkan bahwa PHBS di kawasan ini belum mencapai target. Menurut Profil Kesehatan Kab. Deli Serdang (2007), salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai cakupan PHBS rendah adalah Kecamatan Percut Sei Tuan yakni di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo, yaitu 38 % dari 210 rumahtangga yang dipantau.

Hal lain yang memperburuk masalah PHBS ini adalah dengan ditemukannya angka persentase rumah sehat hanya 64,47 % dari 1.520 rumah tangga yang diperiksa. Ketiadaan sumber air bersih yang memakai ledeng dimana 64,34 % masyarakatnya kebanyakan menggunakan sumur gali langsung ketimbang sumur pompa, jumlah rumahtangga yang memiliki jamban 75 %, yang menggunakan tempat sampah sehat 69,96 %, pengelolaan air limbah sehat 55,67 %. Dari 2518 bayi di wilayah kerja Puskesmas ini hanya 13,07 % yang mendapat ASI Eksklusif (Profil Kesehatan Kab. Deli Serdang 2007).

Puskesmas Tanjung Rejo yang merupakan salah satu unit pelaksana kesehatan di Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki luas wilayah mencakup 9 desa dari 20 desa yang ada di Kecamatan Percut Sei Tuan. Hasil survei pendahuluan dengan pemegang program promosi kesehatan yang ada di puskesmas mengatakan bahwa Tanjung Rejo


(19)

merupakan desa binaan Puskesmas karena sampai saat ini masih banyak masalah kesehatan yang belum teratasi, salah satu masalah yang menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah (20%), terutama di 3 dusun yaitu dusun XI, XII, dan XIII yang terletak di daerah pantai yang dikenal dengan daerah Paluh Merbau (Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2007).

Rendahnya pencapai program PHBS ini di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo, terkait dengan kondisi geografis ketiga dusun tersebut berada pada daerah pantai yang merupakan sebuah dataran pantai yang dikelilingi oleh laut sehingga terpisah dari dusun-dusun lain yang berada di desa Tanjung Rejo. Dari hasil pengamatan penulis daerah ini memang sulit dijangkau, satu-satunya jalan penghubung untuk keluar dan masuk dusun tersebut adalah sebuah jembatan yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya dan konstruksinya hanya terbuat dari kayu sehingga hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda motor. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya petugas kesehatan melakukan pelayanan sehingga masyarakat kurang mendapatkan pelayanan kesehatan, disamping itu masyarakat memang masih memiliki kesadaran yang rendah untuk berperilaku hidup sehat (Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2007).

Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam meningkatkan pelaksanaan program PHBS antara lain melalui penyuluhan kesehatan mengacu kepada indikator program PHBS. Namun upaya tersebut ternyata belum mampu meningkatkan program PHBS di Kabupaten Deli Serdang, karena kurangnya partisipasi masyarakat.


(20)

Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah sesuai dengan visi PHBS 2010 dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2004 bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah pendekatan melalui individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.

Oleh karena itu dalam kegiatan PHBS ini perlu dikembangkan konsep pemberdayaan masyarakat, dimana dalam pengimplemetasiannya harus sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Untuk mengetahui bagaimana implementasi pemberdayaan masyarakat dalam suatu strategi promosi kesehatan untuk peningkatan PHBS tersebut sesuai dengan kondisi serta karakteristik masyarakat desa pantai, maka penting dilakukan penelitian tentang “ strategi pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan PHBS masyarakat pantai di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan dalam peningkatan PHBS masyarakat pantai di wilayah kerja puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang tahun 2009.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Program PHBS telah dilakukan oleh petugas puskesmas melalui kegiatan penyuluhan, namun belum mampu meningkatkan PHBS masyarakat, maka yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini untuk membuat strategi pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan dalam peningkatan PHBS masyarakat pantai (daerah Paluh Merbau) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Departemen Kesehatan

Sebagai masukan bagi pengelola program promosi kesehatan dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan PHBS di masa yang akan datang.

1.4.2. Bagi Puskesmas Tanjung Rejo

Sebagai masukan untuk pelaksanaan dan pengembangan strategi pemberdayaan masyarakat dalam program promosi kesehatan sebagai upaya meningkatkan PHBS masyarakat desa pantai di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang.

1.4.3. Bagi Mahasiswa

Sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan strategi pemberdayaan masyarakat melalui program promosi kesehatan dalam peningkatan PHBS masyarakat desa pantai.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program PHBS

Upaya untuk pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan program PHBS sangat ditentukan peran dari tenaga kesehatan, karena peran tenaga kesehatan sangat pending dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat Program promosi PHBS atau promosi higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF dan WHO).

Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja. Dalam


(23)

mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi daerah maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :

a. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi hygiene PHBS, yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet. b. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan

dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.

c. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk (1) memilih beberapa perubahan perilaku yang diharapkan dapat diterapkan, (2) mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku, (3) membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku, (4) menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran, (5) merancang paket komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan


(24)

perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan.

Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan higiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS.

Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan terutama tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kompetensi sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif.

Metode yang dapat digunakan dalam memberdayakan masyarakat dalam program PHBS dapat dilakukan dengan mengacu kepada skema berikut :


(25)

Kualifikasi Peserta:

Mewakili semua kelompok masyarakat pendidikan, jenis kelamin, umur, pekerjaan sampingan, dan beberapa tokoh masyarakat yang dianggap mewakili

Persiapan :

1. Pemberitahuan kegiatan kepada pemerintah setempat

2. Menentukan tempat pertemuan

Observasi lapangan : 1. Wawancara dengan petani

yang ditemui di lapangan 2. Catat semua data dan informasi

yang diperoleh Waktu dan tempat:

Waktu senggang bagi masyarakat, tempat mudah dijangkau, konsentrasi tinggal

masyarakat Pembukaan Pertemuan:

1. Pemandu menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan

2. Pemandu memilih petandu yang akan memimpin diskusi secara demokratis

Pelaksanaan Pertemuan :

1. Inventarisasi masalah yang dihadapi masyarakat 2. Bahas usaha pemecahan masalah yang ditekankan

pada penggalian potensi masyarakat untuk memecahkannya

Susun skala

3. prioritas pemecahan masalah Petandu yang baik :

Rendah hati, meng-hargai peserta diskusi, terbuka, kreatif, tidak menggurui,akrab, santai,dan tidak me-mihak

Penutupan Pertemuan:

1. Ditutup oleh pemandu dengan ucapan terima kasih

2. Mencoba menelusurkan temuan tetapi tidak menjanjikan bantuan

Skala Prioritas:

Semua masalah yang dihadapi masyarakat segera diatasi terutama yang sesuai dengan potensi masyarakat

Penyelesaian :

1. Mengklasifikasi kebutuhan ke dalam bentuk fisik maupun kebutuhan pelatihan 2. Mengkoordinasi tindak lanjut dari hasil pertemuan

Sumber: Curtis V dkk, 1997


(26)

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Notoatmodjo, 2003).

Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahu dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006).

Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan kemitraan. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di


(27)

bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik diantara mereka maupun anatara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna.

Perlu diketahui bahwa dalam promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan ujung tombak, yang untuk keberhasilannya harus didukung oleh upaya bina suasana (opini publik) dan advokasi. Namun demikian, selama ini dirasakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat kurang mendapat perhatian dengan minimnya dana pelaksanaan.Kegiatan-kegiatan komponen pemberdayaan masyarakat meliputi serangkaian kegiatan yang diawali dengan membangun kesadaran kritis masyarakat, pengorganisasian masyarakat hingga perencanaan partisipatif untuk penyusunan rencana tindak pengelolaan sampah berbasis komunitas dari, oleh dan untuk masyarakat.

2.2.1. Pengorganisasian Masyarakat

Kegiatan pengorganisasian masyarakat diawali dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan kesadaran kritis masyarakat, melalui serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah atau Focussed Group Discussion (FGD) dan pemetaan swadaya atau Survai Kampung Sendiri (SKS), sebagai upaya mendorong masyarakat membahas bersama persoalan riil di bidang air bersih dan sanitasi yang dihadapi dan bagaimana menyelesaikannya, serta apa yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah air bersih dan sanitasi secara efektif dalam bentuk


(28)

antara lain; komitmen (individu dan kelompok), keahlian, sumberdaya, kelembagaan, organisasi dan lain-lainnya.

Proses pengorganisasian masyarakat ini akan mengarah pada terbentuknya kader masyarakat yang kemudian bersama fasilitator mendorong peran aktif masyarakat, dalam proses pengukuhan lembaga komunitas sebagai representasi masyarakat yang akan berperan sebagai motor penggerak masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas di wilayahnya.

2.2.2. Pemasaran Sosial Air Bersih dan Sanitasi

Masalah air bersih dan sanitasi merupakan masalah yang melibatkan beberapa faktor antara lain: masyarakat sebagai pelaku penghasil sampah, teknologi dan managemen pengelolaan sanitasi yang masing-masing saling pengaruh mempengaruhi. Oleh karena warga masyarakat merupakan faktor yang sangat menentukan baik sebagai penghasil, pengguna teknologi dan pelaksana manajemen pengelolaan sampah, maka keterlibatan warga masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan titik sentral dalam pekerjan pemberdayaan ini.

Metode menumbuhkan Kesadaran dan Partisipasi masayarkat dirumuskan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menyampaikan pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan, sanitasi, teknologi Sanitasi

b. Menumbuhkan keinginan untuk mengatasi masalah sanitasi c. Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan fasilitas sanitasi


(29)

d. Pengenalan penggunaan teknologi sanitasi

e. Menyediakan fasilitas sanitasi di tingkat rumah tangga maupun kelompok (komunal)

f. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi sanitasi di tingkat RT/RW secara mandiri

g. Perencanaan Partisipatif Rencana Tindak Komunitas Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

Perencanaan partisipatif pada dasarnya adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi tujuan dan menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang nyata/konkret dan spesifik. Perencanaan partisipatif akan diawali dengan kegiatan survai kampung sendiri, dimana kegiatan ini dimaksudkan untuk memetakan kondisi fisik lingkungan dan sosial masyarakat. Untuk menciptakan rasa percaya masyarakat terhadap hasil-hasil perencanaan, maka survai kampung sendiri dilakukan oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator. Hasil dari pemetaan tersebut selanjutnya akan menghasilkan data tentang kebutuhan masyarakat yang kemudian diinventarisasikan untuk bidang persampahan dan sanitasi sesuai dengan tujuan dan sasaran program.

Untuk menjamin bahwa perencanaan benar-benar dilakukan secara partisipatif, Fasilitator dibantu oleh Kader Masyarakat memfasilitasi pelaksanaan perencanaan di masyarakat dengan mempergunakan input data yang diperoleh dari survai kampung sendiri. Hasil dari perencanaan partisipatif tersebut selanjutnya akan dituangkan dalam Rencana Tindak. Hasil dari kegiatan penyusunan rencana tindak


(30)

komunitas tersebut adalah disepakatinya visi dan misi pengelolaan persampahan dan sanitasi di wilayah Pilot Projec.

Pengertian masyarakat dalam pekerjaan ini adalah seluruh warga di lokasi sasaran yang setelah melalui proses pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi wilayahnya serta persoalan persampahan dan sanitasi yang perlu dihadapi dan sepakat untuk menanggulangi permasalahan persampahan dan sanitasi tersebut secara sistematik.

2.2.3. Pendamping Masyarakat Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

Tim Fasilitator sebagai input proyek, secara intensif memfasilitasi Kader Masyarakat; Lembaga Komunitas serta masyarakat secara umum. Tim fasilitator merupakan bagian dari Tim Konsultan. Adapun tugas dari fasilitator adalah:

a. Melakukan sosialisasi yaitu menyebarkan informasi mengenai program pemberdayaan masyarakat dalam masalah air bersih dan sanitasi.

b. Menyebar luaskan pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan. c. Mencatat semua data kemajuan proyek di lapangan.

d. Melakanakan kegiatan pelatihan untuk memperkuat dan mengembangkan kapasitas kader masyarakat sebagai agen pemberdayaan masyarakat dalam mengelola air bersih dan sanitasi yang sehat di wilayah lokasi pilot project. e. Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat, tim fasilitator bertugas

antara lain bersama masyarakat (kader masyarakat) memfasilitasi proses diskusi kelompok terfokus, mengembangkan lembaga kemasyarakatan yang


(31)

berkaitan dengan pengelolaan sanitasi yang sehat; memperkenalkan berbagai macam teknologi sederhana air bersih dan sanitasi terpadu,

f. Melaksanakan tugas advokasi, mediasi dan kemitraan strategis (networking) antar semua pihak terkait yang bermanfaat bagi masyarakat.

g. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehinga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan (Puspromkes Depkes RI, 2006).

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006), PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagi berikut:


(32)

1) Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.

2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keluarga, yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Puspromkes Depkes RI, 2006).

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga (Puspromkes Depkes RI, 2006) adalah:

1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2) Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

3) Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;

4) Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memilki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air


(33)

dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5) Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir.

6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per orang);

7) Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan ubin dan kayu.

8) Tidak merokok dalam rumah, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga selama 1 bulan terakhir.

9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.

10)Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

Program PHBS ini merupakan program nasional, sehingga tidak membuat perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu, seperti wilayah


(34)

pantai. Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di kawasan pantai juga menggunakan 10 indikator PHBS yang telah ditetapkan tersebut.

Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga, dibuat suatu klasifikasi tingkat pencapaian berdasarkan 10 indikator yang ada. Target yang ingin dicapai dari program PHBS pada substansi dasarnya adalah klasifikasi IV, sehingga penggolongan pada klasifikasi I, II, III dapat saja digabungkan menjadi satu klasifikasi tersendiri tanpa mengurangi makna target yang dicapai. Namun dari aspek pemantauan pelaksanaan program hasil pelaksanaan maka dilakukan stratifikasi untuk melihat sejauh mana hasil yang telah dicapai. Penggabungan klasifikasi I, II, dan III merupakan tingkat PHBS yang belum mencapai target dapat dijadikan satu klasifikasi tersendiri selain tidak mengurangi makna target, juga dapat terjadi keluarga yang berada di klasifiksi langsung mencapai klasifikasi IV tanpa melalui tahapan klasifikasi I, II, dan III.

Pada Renstra Depkes 2005-2009, PHBS merupakan salah satu program prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006).

Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya angka penyakit infeksi juga peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi lingkungan serta belum baiknya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Implementasi program PHBS yang telah dicanangkan pemerintah, masih menemui banyak kendala di berbagai daerah (Timisela, 2005)


(35)

Berdasarkan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 menyatakan bahwa 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, hal ini biasa dilakukan pada pagi hari disaat sarapan bersama anak-anak dan sore sampai malam hari ketika sedang berkumpul dengan anggota keluarganya

Berdasarkan survei environmental service program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan Depkes dan instansi lainnya pada tahun 2006 - walau penetrasi sabun telah masuk ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, rata-rata hanya 3% saja yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, hanya 12% yang mencuci tangan pascabuang air besar, hanya 9% yang melakukan CTPS setelah membantu buang air besar bayi, hanya 14% CTPS dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi dan 6% sebelum menyiapkan makanan.

Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health behaviour) dapat dilihat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankann, memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan.

Green (1980) menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta


(36)

lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposing factors, reinforcing factors, dan enabling factors. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dan kebijaksanaan, peraturan dan organisasi. Semua faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup dalam pelaksanaan suatu promosi kesehatan.

2.4. Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996). Berdasarkan Kepmenkes No. 128 (2004), Puskesmas merupakan unit pelaksana tehnis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.

Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan masyarakat dalam mengembangkan dan menjalankan pelaksanaan memerlukan dukungan berbagai pihak terutama pengambil keputusan yang terkait dalam program ini seperti DPRD, Bupati, Lembaga Swadaya Masyarakat, PKK, BKKBN, dan instansi lainnya.

2.5. Promosi Kesehatan

Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh Mc.Kenzie (2007) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai kombinasi


(37)

terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah upayauntuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga sistem ekonomi. Sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma ”dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2006).

Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi kesehatan, yang dikutip oleh Liliweri (2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatah dalam abad

21 adalah: (1). Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan; (2). Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan; (3). Konsolidasi dan


(38)

memperkuat individu dan; (5). Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan.

Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu (1) gerakan pemberdayaan, (2) bina suasana, (3) advokasi, yang diperkuat oleh kemitraan serta metode sarana komunikasi yang tepat (Depkes RI, 2006).

Mengacu kepada konteks penelitian ini tentang pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan PHBS masyarakat, maka uraian tentang strategi promosi kesehatan difokuskan kepada pemberdayaan masyarakat.

2.6. Masyarakat Pantai

Sensus penduduk tahun 2000 menujukkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 210 juta jiwa. Pada saat ini setidaknya terdapat 2 juta rumah tangga yang menggantungkan hidupnya pada sector perikanan. Dengan asumsi tiap rumah tangga nelayan memiliki 6 jiwa maka sekurang-kurangnya terdapat 12 juta jiwa yang menggantungkan hidupnya sehari-hari pada sumber daya laut termasuk pesisir tentunya (Pangemanan, dkk, 2000).

Mereka pada umumnya mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir termasuk danau dan sepanjang aliran sungai. Penduduk tersebut tidak seluruhnya menggantungkan hidupnya dari kegiatan menangkap ikan akan tetapi masih ada bidang bidang lain seperti usaha pariwisata bahari, pengangkutan antar pulau danau


(39)

dan penyeberangan, pedagang perantara/ eceran hasil tangkapan nelayan,penjaga keamanan laut, penambangan lepas pantai dan usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan laut dan pesisir (Pangemanan, dkk, 2000).

Rumah tangga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih komplek dibandingkan dengan rumah tangga pertanian. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri khusus seperti pengunaan wilayah pesisir dan lautan (common property) sebagai factor produksi, jam kerja yang harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu bulan yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari sisanya mereka relatif menganggur. Selain daripada itu pekerjaan menangkap ikan adalah merupakan pekerjaan yang penuh resiko dan umumnya karena itu hanya dapat dikerjakan oleh lelaki, hal ini mengandung arti keluarga yang lain tidak dapat mebantu secara penuh (Elfindri, 2002).

Dengan persoalan yang demikian tentunya kita harus memahami bahwa rumah tanga nelayan memerlukan perhatian yang multi dimensi. Tantangan yang terbesar adalah bagaimana membangun sector ini agar dapat mengangkat harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait dengan sumber daya kelautan dan pesisir (Elfindri, 2002).

Masalah pembangunan nelayan adalah masalah manajemen pengembangan masyarakat pesisir yang meliputi tiga masalah yaiyu : masalah sosial ekonomi rumah tangga nelayan, masalah kenapa mereka miskin dan selanjutnya bentuk intervensi yang bagimana diperlukan. Selanjutnya jika didasarkan pada dimensi waktu, maka kebijakan pembangunan rumah tangga nelayan dibagi menjadi tiga dimensi waktu


(40)

yaitu; kebijakan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (Bappenas, 2004).

2.7. Landasan Teori

Sesuai dengan Visi PHBS 2010 dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2004 bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah pendekatan melalui individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.

2.8. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir diatas maka diperlukan suatu penelitian kualitatif yang mampu menggali bagaimana strategi yang tepat dalam pemberdayaan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat pantai sehingga masyarakat mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.

BAB 3 STRATEGI PEMBERDAYAAN

KELOMPOK PADA MASYARAKAT PANTAI

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT INDIVIDU


(41)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif pada masyarakat yang mempunyai perilaku PHBS yang rendah. Alasan pemilihan jenis kualitatif disebabkan peneliti ingin menguraikan masalah yang sedang terjadi dan upaya yang dilakukan untuk penanggulangan masalah rendahnya PHBS.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah merupakan daerah pantai yang memiliki persentase terendah dalan ber-PHBS di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo yakni 20 %. Penelitian akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009.

3.3. Pemilihan Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini adalah masyarakat di dusun XI, XII, dan XIII Desa Tanjung Rejo (Paluh Merbau) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah 846 KK, serta petugas kesehatan Puskesmas Tanjung Rejo.

Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka informan penelitian dibatasi pada masyarakat di dusun XI, XII, dan XIII Desa


(42)

Tanjung Rejo dengan menentukan jumlah wakil masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pada saat penelitian.

Dalam penentuan informan dilakukan melalui key informan, kemudian setelah mendapat informan peneliti mendatangi informan satu-persatu (door to door). Hasil observasi di dapat bahwa kondisi wilayah dan karakteristik masyarakat homogen. Informan yang di wawancarai berjumlah 6 (enam) orang, 5 orang ibu rumah tangga dan 1 orang laki-laki dan merupakan tokoh masyarakat di daerah Paluh Merbau. Peneliti memilih 6 orang informan karena pada saat wawancara dilakukan, hasil penelitian (wawancara) yang didapat bersifat homogen dari ke enam informan. Peneliti menyimpulkan, dengan karakteristik masyarakat yang homogen akan didapat hasil wawancara yang homogen pula sehingga hasil wawancara dari ke enam informan sudah mewakili masyarakat Paluh Merbau.

Pada saat peneliti melakukan penelitian (wawancara mendalam), peneliti mendapat beberapa kesulitan diantaranya jarak ke daerah Paluh Merbau memerlukan waktu yang cukup lama, kondisi jalan yang rusak dan adanya jembatan yang sulit dilalui kendaraan beroda empat. Disamping itu peneliti melihat informan pada awalnya menolak untuk diwawancarai karena ada rasa takut, namun akhirnya dapat diwawancarai bahkan memberi respon yang sangat baik. Peneliti tidak mendapat kesulitaan saat wawancara berlangsung, bahkan informan kelihatan begitu santai dan tenang untuk menjawab semua pernyataan. Informan juga dengan senang hati untuk menunggu informan selesai membersihkan rumah atau melakukan pekerjaan yang lainnya.


(43)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (indeph interview) di lokasi, pemilihan informan berdasarkan key informan, melakukan wawancara mendalam (indeph interview) tentang topik penelitian berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun peneliti. Alat yang digunakan pada saat wawancara adalah tape recorder. Untuk data sekunder diperoleh data dari Puskesmas Tanjung Rejo dan data dari Kecamatan Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang.

3.5. Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program EZ-TEXT, dimana terlebih dahulu peneliti membuat transkrip wawancara yang diperoleh dari mendenganrkan berulang-ulang hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan (field note).

Setelah itu peneliti mulai merancang template, diawali dengan membentuk database baru (pengisian nama penelitian, pertanyaan terbuka, informasi informan dan coding jika diperlukan). Langkah selanjutnya adalah memasukkan data (entering data) sampai seluruh data selesai dimasukkan. Selanjutnya peneliti meminta EZ-TEXT untuk membuat laporan menurut informan maupun pertanyaan-pertanyaan. Untuk mempermudah analisis data, peneliti mencetak seluruh laporan yang dibutuhkan. Analisis data dilakukan berdasarkan variabel penelitian, lalu dianalisa dan dikaji dengan membandingkan hasil wawancara sebelumnya.


(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan dengan luas wilayah 134,13 Km², dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan : berbatasan dengan kota Medan

Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli

Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo terdiri dari 9 desa. Secara terperinci keterangan desa dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Kondisi Geografis Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008

No Desa Luas/Km

1 Saentis 24

2 Tj. Rejo 19

3 Sampali 23.93

4 Medan Estate 6.9

5 Tj. Selamat 16.33

6 Cinta damai 11.76

7 Percut 10.63

8 Cinta Rakyat 1.5

9 P.Lalang 20.1

Jumlah 134.13


(45)

4.2. Kondisi Demografi 4.2.1. Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Tanjung rejo pada tahun 2008 adalah 98.936 jiwa dan terdiri dari 20.175 kepala keluarga (KK).

Kepadatan penduduk rata-rata 733,59 jiwa/km², terdapat di daerah Desa Cinta Rakyat dengan kepadatan penduduk mencapai 7.843,92 jiwa/km² dan daerah paling kecil kepadatan penduduknya di wilayak Puskesmas Tanjung Rejo adalah desa Padang Lalang dengan kepadatan 131,54 jiwa/km². Sebaran jumlah penduduk terbesar terletak di Desa Sampali dengan jumlah penduduk mencapai 23.376 jiwa dan Desa Saentis dengan jumlah penduduk mencapai 16.590 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di daerah Desa P. Lalang yaitu 2.644 jiwa.

Pada Tabel 4.2. dapat dilihat karakteristik kelompok umur terbesar adalah pada kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah 10.656 jiwa, selanjutnya diikuti dengan kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah 9.188 jiwa dan terakhir adalah kelompok umur diatas 55-59 tahun yakni 3.009 jiwa. Kelompok umur diatas 65 tahun sudah mulai meningkat jumlahnya, yang berarti pelayanan kesehatan khusus manula sudah harus mendapat perhatian yang lebih serius.

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur wilayah Puskesmas Tanjung Rejo dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(46)

Tabel 4.2.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo

JUMLAH PENDUDUK

NO KELOMPOK UMUR

(TAHUN)

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 5

1 <1 2,450 2,042 4,492

2 1-4 4,998 4,190 9,188

3 5-9 5,321 5,335 10,656

4 10-14 3,688 3,878 7,566

5 15-19 3,160 3,897 7,057

6 20-24 3,810 3,960 7,770

7 25-29 3,516 3,140 6,656

8 30-34 2,551 3,097 5,648

9 35-39 2,561 3,896 6,457

10 40-44 2,542 2,671 5,213

11 45-49 2,673 2,057 4,730

12 50-54 2,445 1,998 4,443

13 55-59 1,134 1,875 3,009

14 60-64 1,188 1,977 3,165

15 65-69 2,262 1,898 4,160

16 70-74 2,140 1,990 4,130

17 75+ 2,013 2,043 4,056

JUMLAH 48,452 49,944 98,396

Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang, 2008

4.2.2. Sosial Ekonomi

Untuk tingkat pendidikan di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo sampai tahun 2008, pendidikan tamat SD merupakan jumlah terbesar dalam kualifikasi pendidikan pada penduduk yang mencapai 14.567 jiwa. Sementara untuk jumlah terkecil kualifikasi pendidikan pada kelompok penduduk di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo adalah tamatan SLTA/MA yakni 3.331 jiwa. Secara rinci dapat dilihat tabel dibawah ini :


(47)

Tabel 4.3.

Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo

No Desa Tidak/ belum Pernah sekolah Tidak/ belum tamat SD SD/MI SLTP/ MTs SLTA/ MA AK/ DIPLO MA UNIVER SITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Sampali - - 2.437 551 1.281 - -

2 M. Estate - - 1.913 580 1.074 - -

3 Saentis - - 2.030 1.114 - - -

4 C. Rakyat - - 1.587 369 558 - -

5 Tj. Rejo - - 1.140 - - - -

6 Tj. Selamat - - 589 - - - -

7 C. Damai - - 788 59 - - -

8 Percut - - 2.385 1.883 418 - -

9 P.Lalang - - 1.698 - - - -

JUMLAH - - 14.567 4.556 3.331 - -

Sumber : Dinas P&P Kecamatan Percut Sei Tuan, 2008

Sementara untuk jumlah keluarga miskin adalah sebesar 34.817 jiwa dengan sebaran terbesar ada di Desa Percut dengan jumlah 9.232 jiwa dan terkecil di desa P. Lalang dengan jumlah 1.586 jiwa. Jumlah KK Miskin per Desa secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini :


(48)

Tabel 4.4.

Persentase keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008

Masyarakat Miskin Dicakup

ASKESKIN Mendapat YANKES

No Desa

Jumlah yang

ada Jumlah %

Rawat

Jalan %

Rawat

inap %

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Tj. Rejo 7,800 7,800 100 7,200 92,31 9,231 118,35

2 Sampali 1,720 1,720 100 1,070 62,21 6,220 361,63

3 Tj. Selamat 3,220 3,220 100 2,420 75,16 7,516 233,42

4 Saentis 3,618 3,618 100 3,018 83,42 8,342 230,57

5 C. Rakyat 3,166 3,166 100 2,566 81,05 8,105 224,02

6 C. Damai 1,990 1,990 100 1,190 59,80 5,978 188,82

7 Percut 9,232 9,232 100 9,000 97,49 9,749 489,90

8 P.Lalang 1,586 1,586 100 1,086 68,47 6,845 343,97

9 M. Estate 2,485 2,485 100 2,000 80,48 8,049 87,19

JUMLAH 34,817 34,817 29,550 84,87 70,035 201,15

Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2008

4.3. Gambaran Informan

Dari pengumpulan data primer yang diperoleh peneliti, diperoleh karakteristik informan sebagai berikut :

Tabel 4.5. Karakteristik Informan

No Nama Usia (thn)

Sex Alamat Pekerjaan Pend.

Terakhir

Suku Jlh anak

Anggota kelompok

1. Informan 1 42 Pr Dusun XI IRT/PKK SD Jawa 4 org Ya

2. Informan 2 35 Pr Dusun XI IRT/PKK SMP Jawa 3 org Ya

3. Informan 3 55 Lk Dusun XII Petani/Tokoh Masy. SMP Jawa 6 org Ya

4. Informan 4 38 Pr Dusun XII IRT SMP Jawa 3 org Tidak

5. Informan 5 40 Pr Dusun XIII IRT/Kader SMP Jawa 3 org Ya


(49)

Pada tabel 4.5. menunjukkan umur informan berkisar antara 35-56 tahun, dengan lokasi tempat tinggal berada di Dusun XI dua orang, Dusun XII dua orang, Dusun XIII dua orang. Dari enam informan, hanya satu yang berjenis kelamin laki-laki. Pekerjaan informan sebahagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga dan hanya dua orang yang bekerja sebagai petani, satu orang merupakan tokoh masyarakat di Paluh Merbau. Dua informan adalah anggota PKK, dan satu informan bertindak sebagai kader posyandu. Pendidikan terakhir SMP ada empat orang, SD dua orang. Suku dari seluruh informan adalah suku jawa. Jumlah anak yang dimiliki informan berbeda-beda yaitu, tiga informan memiliki tiga orang anak, satu informan memiliki empat orang anak, satu informan memiliki lima orang anak dan satu informan lain memiliki enam orang anak. Lima informan merupakan anggota kelompok yang ada di masyarakat, hanya satu informan yang tidak anggota kelompok (dikarenakan kelompok belum bergulir).

4.4. Profil Informan

Profil informan 1

Seorang perempuan berusia 42 tahun, berkulit sawo matang, berparas manis, memiliki postur tubuh yang tinggi besar, diperkirakan berat badan informan sekitar 75 kg, tinggi badan 160 cm, mudah tersenyum dan ramah dan aktif sebagai anggota PKK.

Perkenalan peneliti dengan informan diawali saat peneliti melakukan observasi lapangan. Sejak itu hubungan peneliti dengan informan terbina


(50)

melalui komunikasi. Peneliti memberitahu kepada informan bahwa peneliti akan datang untuk melakukan wawancara dan informan sangat senang mendengarnya dan memberikan respon yang sangat baik.

Rumah informan berada di dusun XI, masih terbuat dari papan. Tidak sulit untuk mencapai rumah informan karena informan cukup terkenal di dusun XI ini. Sesampai dirumah informan, peneliti disambut hangat dan akrab oleh keluarga (suami dan 4 orang anak mereka). Siang itu informan memakai baju pink dan celana pendek berwarna coklat muda. Informan sedang mempersiapkan makan siang bagi keluarga. Peneliti pun dipersilahkan masuk oleh informan. Setelah berbasa-basi sejenak sebagai kata pembuka sembari peneliti melepas lelah sejenak, maka wawancarapun dimulai.

Informan menceritakan bahwa keluarga mereka sudah 20 tahun tinggal di dusun XI. Dilihat dari kondisi rumah mereka yang terbuat dari papan, rumah mereka sangat sederhana, ventilasi rumah masih belum memadai. Informan dan keluarga menggunakan air yang bersumber dari sumur bor. Air itu digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan menyuci, namun sebelum digunakan air tesebut disaring tersebih dahulu dengan menggunakan batu-batuan dan pasir. Kondisi rumah bersih, lantai rumah sudah tidak tanah. Kakus keluarga berada diluar rumah dan sudah menggunakan kakus model leher angsa. Atap rumah terbuat dari seng. Kondisi diluar rumah kurang bersih karena masih terdapat sampah yang bertebaran.


(51)

Informan menceritakan bahwa suaminya bekerja sebagai petani dan memiliki empat orang anak yang masih bersekolah. Pada saat bercerita, peneliti melihat suami informan merokok di dalam rumah. Sejak awal wawancara sampai selesai, informan sangat enak diajak bicara.

Selanjutnya diakhir wawancara peneliti memohon kesediaan informan untuk menunjukkan/memilih informan berikutnya. Informan sangat antusias dan memberikan nama informan ke dua serta menunjukkan rumah informan kedua tersebut, akhirnya peneliti dan informan bersama-sama menuju rumah informan kedua.

Profil Informan 2

Seorang ibu rumah tangga yang masih muda berusia 35 tahun, berkulit putih, tinggi, kurus,dan pada saat bertemu informan sedang memakai kerudung. Informan juga aktif menjadi anggota PKK.

Rumah informan juga berada di dusun XI dan tidak jauh dari rumah informan 1, bentuk rumah yang telah dibangun dengan beton namun masih sederhana terdiri dari ruang tamu, dua buah kamar tidur, kamar mandi dan dapur yang sempit. Sumber air berasal dari sumur bor yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Pada saat peneliti datang hanya informan yang berada dirumah, sementara suami bekerja dan anak-anak mereka sedang sekolah. Peneliti memasuki ruangan tamu dan duduk di kursi tamu yang sederhana. Topik


(52)

pembicaraan diawali dari memberitahukan tujuan peneliti datang. Pada awalnya informan terlihat malu-malu namun selanjutnya menjadi santai. Kemudian setelah berbasa-basi 15 menit, maka peneliti meminta izin kepada informan untuk memulai wawancara. Pada saat wawancara berlangsung sekitar 10 menit, anak-anak informan pulang dari sekolah. Informan meminta waktu sejenak untuk mempersiapkan makanan bagi anak-anaknya. Setelah itu wawancara kemudian dilanjutkan kembali. Informan dengan santai dan lancar untuk menjawab semua pertanyaan bahkan banyak bercerita.

Setelah wawancara berakhir, peneliti mengucapkan terima kasih dan mengatakan jika ada informasi yang kurang, peneliti meminta izin kesediaan informan untuk dapat dihubungi kembali dan informan dengan ramah dan senang hati mengatakan bersedia. Penelitipun pamit, karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 Wib.

Profil Informan 3

Seorang laki-laki berusia 55 tahun memiliki enam orang anak, berkulit hitam dan berbadan kurus dan memakai kacamata, ramah dan informan merupakan salah satu tokoh masyarakat di Paluh Merbau dan tinggal di dusun XII.

Pada saat peneliti berkunjung, informan sedang berada dirumah dan baru selesai mengadakan pertemuan di balai desa. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan peneliti, informan langsung menyetujui dan wawancara


(53)

dimulai. Informan mengawalinya dengan menceritakan kondisi rumah mereka yang sangat sederhana dan kecil. Rumah informan beratapkan seng dan belum memenuhi standar rumah sehat. Saat ini informan tinggal bersama istri dan enam orang anak. Pekerjaan informan sehari-hari adalah petani sedangkan istri informan hanya sebagai ibu rumah tangga.

Informan meceritakan saat ini mereka sedang sibuk dan serius membentuk kelompok-kelompok tadi di daerah mereka, dan selaku tokoh masyarakat informan sangat mendukung terbentuknya kelompok tani tersebut. Penelitipun dengan serius mendengarnya, wawancara berjalan lancar, santai namun serius hingga wawancara berakhir. Penelitipun mengucapkan terima kasih, dan mohon pamit, karena peneliti masih harus meneruskan wawancara berikutnya ke informan lain.

Profil Informan 4

Masih bertempat tinggal di dusun XII, informan adalah ibu rumah tangga yang masih muda berumur 38 tahun, berkulit hitam namun berparas manis dan memiliki postur tubuh sedang, berat badan sekitar 55 kg dengan tinggi 158 cm. Peneliti disambut oleh informan sendiri, disaat itu informan sedang menyapu rumah. Informan memiliki tiga orang anak yang masih kecil-kecil, dua orang perempuan dan satu orang laki-laki yang pada saat itu anak-anak dan suami informan sedang tidak berada di rumah.


(54)

Seperti biasa peneliti mengutarakan terlebih dahulu maksud dan tujuan berkunjung, setelah mendapat persetujuan informan, wawancara pun di mulai. Setelah wawancara berlangsung 30 menit, suami informan pulang ke rumah. Setelah peneliti merasa cukup memperoleh data, peneliti menghentikan wawancara, namun sebelumnya mengucapkan terima kasih.

Profil Informan 5

Seorang ibu rumah tangga dari 3 orang anak, berusia 40 tahun, aktif menjadi kader posyandu, berperawakan kecil, berat badan sekitar 50 Kg, tinggi 155 cm dan berkulit putih. Informan merupakan penduduk dusun XIII. Saat peneliti berkunjung ke rumah informan, peneliti di sambut oleh informan yang saat itu memakai kerudung. Peneliti mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan. Peneliti dipersilahkan masuk ke dalam rumah, dan saat itu peneliti melihat kondisi rumah yang sederhana namun rapi dan bersih. Sebelum wawancara dimulai, informan meminta izin sejenak untuk menganggat telepon. Setelah itu wawancarapun dimulai.

Wawancara berlangsung lancar, sesekali diselingi canda tawa, suasana wawancara santai. Informan juga sempat bercerita (curhat) tentang kondisi keluarga mereka yang saat ini mengalami banyak masalah. Saat itu peneliti merasa heran, karena informan sudah merasa sangat dekat dengan peneliti. Setelah wawancara selesai, peneliti ditawari makanan ringan dan penelitipun mencicipinya. Setelah itu peneliti mengucapkan terima kasih atas waktu dan


(55)

makanan yang diberikan. Peneliti pamit dan saat hendak pulang, peneliti bertemu dengan suami informan. Informan memperkenalkan peneliti dengan suaminya dan informan menceritakan maksud kedatangan peneliti. Karena waktu sudah sore, peneliti minta izin pulang.

Profil Informan 6

Seorang ibu setengah baya berusia 56 tahun, memiliki 5 orang anak, masuk menjadi anggota kelompok tani, berperawakan gemuk, berat badan diperkirakan 80 kg dengan tinggi 160 cm, berkulit sawo matang dan berambut ikal hitam.

Pada saat peneliti datang ke rumah informan, rumah kelihatan sepi, setelah beberapa menit akhirnya pintu dibuka juga. Peneliti disambut oleh anak informan yang kelihatannya baru saja bangun tidur. Saat itu sekitar jam 10 pagi. Peneliti menanyakan keberadaan informan yang saat itu berada di halaman belakang rumah. Peneliti dipersilahkan masuk dan duduk, sementara anak informan memanggil ibunya. Tidak berapa lama informan pun datang dengan kaki dan tangan yang kotor dengan tanah. Informan tersenyum melihat peneliti dan meminta izin untuk membersihkan badan terlebih dahulu. Tidak berapa lama, informan kemudian menghampiri peneliti dengan kondisi yang sudah bersih dan wangi. Peneliti pun berjabat tangan dengan informan.

Semula informan sedikit heran karena belum pernah melihat peneliti sebelumnya. Akhirnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan


(56)

peneliti dan informan pun menerimanya. Setelah berbasa-basi peneliti meminta kesediaan informan untuk memulai wawancara dan wawancara pun dimulai.

Informan menceritakan perihal keluarganya yang merupakan penduduk asli Paluh Merbau. Suami informan juga bekerja sebagai petani. Saat ini informan tinggal dengan suami dan anak-anaknya dirumah yang sangat sederhana. Informan menceritakan bagaimana mereka melakukan PHBS seperti mandi teratur, makan yang bersih, air yang dipakai bersumber dari sumur bor. Informan juga mengatakan bahwa mereka minum susu, sayur dan makan buah-buahan walaupun tidak sering dan tidak merokok.

Setelah wawancara selesai sekitar 30 menit, peneliti meminta izin kepada informan untuk melihat sekitar rumah dan informan pun mengizinkannya. Peneliti melihat rumah informan yang kecil, WC yang belum memenuhi standar kesehatan, ventilasi rumah yang belum memadai dan sumber air yang digunakan berasal dari sumur bor milik tetangga. Jadi air yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari sangat terbatas. Informan menjelaskan juga lingkungan rumah mereka yang kurang bersih, karena masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan. Setelah melihat kondisi rumah, peneliti mengucapkan terima kasih kepada informan dan meminta izin pulang.


(57)

4.5. Hasil Penelitian (Indept Interview)

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 6 (enam) orang informan yang merupakan masyarakat pantai di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo, yaitu yang dikenal dengan daerah Paluh Merbau di dapat hasil wawancara yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat tersebut.

4.5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS

Pengetahuan informan tentang PHBS dalam penelitian ini dapat dilihat dari apakah informan tahu tentang PHBS, bagaimana informan dapat menjelaskan tentang perilaku hidup bersih dan sehat, yang didukung oleh sumber informasi yang diperoleh informan serta sejak kapan informasi tersebut didapat informan. Secara rinci pengetahuan informan ini dapat dirangkum dalam matriks 4.5.1 dan matriks 4.5.1.1


(58)

Matriks 4.5.1 Informasi Tentang PHBS

Informasi Tentang PHBS Informan

Pernah/

Tdk pernah mendengar ttg PHBS

Sumber Informasi Kpn mendapat

informasi

1 Pernah, tentang...ya..keadaan

rumah bersih ya kan?trus lingkungannya sehat, itu aja, orangnya sehat lah, makanan pun bergizi.itu kan?

Kumpulan PKK, tetangga

Sudah lama

2 Kalau belum pernah dengar

sebenarnya gak mungkin, ya kan? tau lah sikit-sikit. Mungkin sudah diterapkan tapi istilahnya gak tau..

Kumpulan

kelompok wanita (tani,simpan

pinjam),dari balai desa, PKK

Sejak tahun 2008

3 Pernah, saya selaku warga

masyarakat tentang PHBS yaitu untuk kebersihan lingkungan masyarakat.

Kader-kader Puskesmas

2 tahun yang lalu

4 Tentang bersih sehat pernah..Singkatannya aja kurang tau buk hmm...(informan tersenyum).

TV, kader, PKK 1 bulan

5 Ia, pernah buk.. Kader 4 – 5 tahun yang

lalu

6 Pernah, tau lah.. Puskesmas Sudah sangat lama

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, seluruh informan pernah mendengar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dimana dua informan tidak mengetahui istilah PHBS. Sumber informasi yang didapat juga bervariasi seperti dari media televisi, kumpulan PKK, kader, puskesmas, kumpulan kelompok wanita serta dari balai desa. Informasi PHBS yang diperoleh dari petugas puskesmas didapat melalui penyuluhan yang dilakukan di puskesmas sendiri maupun petugas puskesmas yang langsung datang ke rumah-rumah masyarakat. Informasi PHBS yang didapat dari kumpulan PKK, kader maupun dari


(59)

kumpulan kelompok wanita sendiri berasal dari pertemuan-pertemuan yang telah mereka sepakati sesuai jadwal untuk membicarakan masalah PHBS atau tentang kegiatan kelompok mereka. Dari matriks diatas juga dapat dilihat bahwa hanya ada satu informan yang baru mendapat informasi tentang PHBS yaitu sejak satu bulan yang lalu, sedangkan 5 informan lain sudah cukup lama pernah mendengar dan mendapat informasi tentang PHBS.

Pengetahuan informan dilihat bagaimana informan dapat menjelaskan PHBS dapat dilihat dalam matriks 4.5.1.1 dibawah ini.

Matriks 4.5.1.1

Pengetahuan Informan Mengenai PHBS

INFORMAN PENJELASAN 1 Untuk diri sendiri, ya harus sehat, ya..mandi yang bersih, sikat gigi,

makan cuci tangan yang bersih pake sabun.

untuk keluarga, ya sama..mandi pagi jam 5 sembahyang subuh udah gitu ya sarapan pagi, udah sarapan pagi pigilah orang itu ke ladang, masing-masing lah. anak ada dua, satu sudah berumah tangga, kalau aku dirumah. untuk masyarakat, membersihkan lingkungan, gotong royong bersihkan parit, nimbun sampah, membakar sampah, tempat penampungan air harus dikuras. Jadi satu hari sekali langsung di kuras dan ada obatnya apa itu namanya...ya, abate.kami kan pake air PAM. 2 Untuk diri sendiri, otomatis pertama-tama kita harus menjaga kebersihan

tubuh, makanan, minuman, tempat tinggal kita bagaimana supaya bersih sehat.

untuk keluarga, ya mungkin sama saja kan jadi kita ajari anak=anak kita, suami kita untuk hidup bersih sama kayak diri sendiri. dan untuk masyarakat, ya..gotong royong lingkunganlah

3 Untuk diri sendiri terutama kita harus bersihkan diri dengan cara mandi yang bersih, pakaian bersih dan teratur. Saya sebagai kepala keluarga ya mudah-mudahan jangan bosan memberi saran/nasehat kepada keluarga terutama orang rumah, melihat harus bersih semua, bagaimana cara membersihkan rumah. Sebenarnya rumah belum memadai hanya sekedar. Kalau ada sampah di buang atau dibakar atau ditimbun. Penampungan air dibersihkan ataupun dibuang yang tergenang,


(60)

penyimpanan air harus ada tutupnya biat tidak ada jentik-jentik nyamuk. 4 Bersih-bersih rumah, bersih kamar mandi, makanan dijaga supaya bersih,

cuci tangan pake sabun sebelum makan. Buat keluarga, anak-anak seh kadang belum cuci tangan pake sabun sebelum makan. Rumah dibersihin, sampah dibakar aja semua. Kalo untuk masyarakat seh disuruh bersihinlah rumahnya itu.

5 Ya, membersihkan lingkungan rumah ya kan..mandi bersih. Dirumah dulu lah baru lingkungan sekitarnya bersih.

Trus kan, jangan merokok di dalam rumah, karna kan kalau orang tuanya yang merokok, anak-anak kan yang lebih parah yang menghirup yang lebih rentan. Makan sayur dan buah wajib

6 Ya mandi, makan bersih lah. Airnya sudah bersih, air sumur bor. Minum susu, sayur dan makan buah-buahan sekali-sekali, makan nasi, nggak merokok lah. paling bapak aja yang merokok, rumah kan banyak jendela.

Dari penjelasan informan (dapat dilihat dalam matrix) dapat di tarik kesimpulan bahwa pengetahuan seluruh informan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masih sangat kurang. Hal ini dapat kita lihat bagaimana informan memandang PHBS tersebut hanya dari segi hygiene/kebersihan saja. Seluruh informan mengatakan PHBS hanya sekedar mandi yang bersih, sikat gigi, makan cuci tangan yang bersih pakai sabun, menguras tempat penampungan air, menjaga kebersihan makanan, minuman, tempat tinggal. Bahkan dari 6 informan ada 2 informan yang mengatakan bahwa untuk kebersihan lingkungan yaitu dengan cara membakar sampah yang sama sekali sudah dilarang oleh pemerintah.


(61)

4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS Hasil penelitian yang di peroleh melalui wawancara terhadap 6 orang informan mengenai hambatan yang dihadapi dalam menjalankan PHBS dapat di lihat dalam matriks berikut :

Matriks 4.5.2.

Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS

INFORMAN HAMBATAN/KENDALA 1 Keadaan lingkungan, ya kalau keadaan lingkungan kita inikan masih itu

kurang maju, jadi kalau di kasi tau ini yang sehat, orang kalau kita bilang ginikan, bisalah orang ibu sehat mentang-mentang mampu. Mereka pasti bilang makanan aja bisa syukur itu, apalagi masalah sehat bukan makanan itu, tapi harus cemana gitu keadaannya..kadang-kadang cemana gitu payah jugalah bilang ke masyarakat sehat cemana.tapikan kalau kita lihat tetangga kita sehatkan jadi niru juga gimana sehat gitu. Untuk diri sendiri dan keluarga ga da masalah.

Dari petugas puskesmas kurasa tidak ada karna kami jugakan belum berkecimpung di bidang ini, masalah kesehatan ini. Petugas kesehatan ini kan orang sekali sebulan datang mereka cerita tentang PHBS ini. 2 Agak sulit mengajak orang lain, menerapakan dulu di diri sendiri dan

keluarga. Karna kan begini kadangkan orang ini ada Susahnya ada gampangnya. memang kita kan perlu pendekatan untuk mengajak seseorang untuk gitu kan susah kaksudnya gini, saya mau buktikan dulu gitukan baru kita memberi contoh.Takutnya belum ada bukti, orang malah enggak percaya.

mungkinkan cuma karna masalah jarak aja yang jauh. tapi ya dari jaman dulu, mendingan sekarang jugalah..

3 Sebenarnya masalah atau kendala dari PHBS ini adalah yaitu pertama sekali kami selaku masyarakat, untuk mengunjungi posyandu kami kurang karna tergantung ekonomi kami juga. Kami juga kurang mendapat informasi penuh dari pada kesehatan tersebut termasuk masalahnya dari diri sendiri, faktor ekonomi. Kalau dari keluarga, kesadaran juga masih kurang tapi mudah-mudahan semakin kedepan ini kami juga akan kami giatkan soal PHBS.

Kalau kendala dari petugas puskesmas, kendalanya mungkin di dekat kami ini karna di ujung paluh Merbau ini terutama sarana. Kalau tanggal 5 misalnya harus hadir dari Dinas, mungkin karna jalan itu juga jadi terhambat. Transportasinya juga sulit sehingga petugas kesehatan sulit menjangkau masyarakat.


(62)

sadar tapi ada juga yang belum sadar tentang kesehatan dan kebersihan. Dari petugas kesehatan juga tidak ada masalah karna menurut saya mereka sudah cukup baik.

5 Apa ya?

cuma masalah yang kita hadapi cuma pas musim hujan gini, payah bersihnya, hujan, banjir, kotor lagi gak bisa total bersih. Daerah ini rendah jadi rentan banjir, becek lah apalagi paretnya kan apalagi musim pasang besar kalo disini ya kan air penuh, mana halaman penuh sama air-air itu, gak ngalir..becek terus. Tapi kalo air sendiri, saya seh gak masalah tapi orang laen mungkin karna pake sumur bor. kalau yang gak punya sumur bor sih sulit, karna langka disini yang punya sumur bor kan terbatas jadinya air kalau sudah ngangkat-ngangkat..Masyarakat sini dan kondisi lingkungan disini kan, yang rendah yang buat lingkungan sini kurang bersih dan sehat.

kalau dari puskesmas seh gak ada masalah karna sebulan sekali datang. Imunisasi pasti datang, imunisasi kan sering juga dilakukan, penyuluhan dari petugas juga ada sebulan sekali. kadang ini penyuluhan dari kader pun ada juga kan dari puskesmas juga

6 Alhamdullillah, sehat terus, enggak ada masalah. Alhamdullillah bisa hidup sehat dan bersih, tapi kalau masyarakat lain ga tau lah, tapi lingkungan sekitar sudah bersih lah.

Dari matriks dapat dilihat bahwa, 1 informan yaitu informan 6 yang sama sekali tidak mengalami hambatan dalam menjalankan PHBS. 4 informan mengatakan tidak mengalami hambatan dari diri sendiri maupun dari keluarga. Hanya 1 informan yang mengalami masalah dalam diri sendiri dan keluarga dikarenakan masih kurangnya kesadaran akan berperilaku hidup bersih dan sehat serta mengalami masalah dalam ekonomi. Disamping masalah itu, masalah lain dalam masyarakat seperti sulit untuk diajak/diberi informasi tentang PHBS, kurang kesadaran masyarakat dialami 3 informan. 2 informan mengatakan mengalami kendala dikarenakan jarak ke Puskesmas yang cukup jauh, serta 1 informan juga menyampaikan bahwa lingkungan mereka rawan banjir yang dianggap kendala di wilayah mereka.


(63)

4.5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS Hasil wawancara mengenai pihak-pihak yang mendukung informan dalam menjalankan PHBS dapat dilihat dalam matriks berikut :

Matriks 4.5.3

Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS

INFORMAN PERNYATAAN 1 Ya, kader-kader itulah ikut mendukung, orang ibu ikut-ikut juga empang

paret-paret itu. Kumpulan-kumpulan ibu dari kelompok kami yang bergotong royong melaksanakan itu termasuk kepala desa, ibu desa, kepala dusun, keluarga sendiri juga mendukung apalagi bapaknya sangat...hehehehe (informan tertawa). Orang ibunya ikut gotong royong kok lakinya enggak.

2 Keluarga pastinya ya..mungkin selama ini masih keluarga lah bu..karna kan cemana ya saya bilang kadang pun begini, bukan semua warga disana ga hidup sehat ada juga sebagian yang rumahnya hidup bersih sehat. Saya meniru itu juga cuma gak semuanya tu maksudnya adalah salah satunya dia, rumahnya bagus bersih, kita kan juga kepengen, kadang saya contoh juga dari luar, bagaimana orang itu tadi, rumahnya, tempat tinggalnya, orangnya, pakaiannya saya kadang tiru. Tapi lebih banyak mendukung lah, sebagian ga yang mendukung cemanalah ya..ya mungkin satu ekonominya lah. Ibu tau mereka kan banyak orang berladang, kadang anak pun belum mandi ditinggalkan ajalah, mau keladang gitu..

3 Sebenarnya ya buk, kami baru-baru ini baru beberapa kelompok, tapi setelah ini akan kami kembangkan tentang PHBS ke masyarakat. PHBS akan dibawakan juga ke kelompok kami baru setelah itu menyebar ke masyarakat. Saling sambung menyambung. Keluarga juga sangat mendukung karna kalau kita bersih pasti kita sehat.

4 Keluarga saya sangat mendukung, masyarakat ada juga lah dukungan kayak gotong royong gitu..membersihkan lingkungan adalah sebulan sekali. Kalau dari puskesmas sendiri datang ke masyarakat kasi penyuluhan.

5 Kalo disini, ibu-ibu perwiritan, ibu-ibu kelompok tani mendukung untuk hidup sehat dan bersih, keluarga lah paling utama.


(64)

Dari matriks diatas, dapat dilihat bahwa keluarga merupakan pihak yang paling mendukung informan dalam menjalankan PHBS. Hal ini dinyatakan oleh seluruh informan dalam penelitian. Disamping keluarga, kepala desa, ibu desa, kepala dusun, kelompok tani, ibu-ibu perwiritan serta masyarakat yang sudah sadar (melalui gotong royong) juga turut mendung informan dalam menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan mereka.

4.5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS

Wawancara mendalam yang dilakukan kepada 6 orang informan, peneliti mendapat hasil wawancara mengenai kegiatan yang dilakukan puskesmas tanjung Rejo dalam peningkatan PHBS tertuang dalam matriks berikut ini.

Matriks 4.5.4

Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS

INFORMAN PERNYATAAN 1 Kalau masalah ini adek yang tau. Kalau kami kan yang dalam masyarakat

aja, kalau dalam puskesmas kami tidak mengikuti itu tadi..tapi puskesmas ikutlah berperan. Yah, dari puskesmas ya..kasi informasi tentang makanan bergizi, posyandu, membuat bubur makanan bergizi untuk anak-anak kurang gizi, itulah contoh-contohnya. Pernah juga kasi penyuluhan sama ibu Laskana kerja sama sama kader.

2 Kadang ya kan memberi pengobatan gratis, posyandu, memberikan gizi-gizi kepada anak-anak kurang gizi-gizi gitu, sering kesini bu..karna mayoritas penghasilannya kurang. Mereka sering memberi makanan-makanan bergizi seperti bubur, kadang memberi penataran-penataran gitu juga sering..

3 Sudah banyak, yaitu seperti membuat tanaman-tanaman yang untuk kesehatan sudah dibuat juga, apa itu namanya?hmmm...ya, TOGA, tanaman obat keluarga yang juga sudah dilakukan masyarakat bagi yang sudah menyadari.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)