Dinding Lateral Nasofaring Epidemologi

pada kedua sisi. Dinding posterior nasofaring menutupi bagian basilar tulang oksipital dan arkus anterior atlas di inferior. Di bagian atas dinding posterior nasofaring, melekat jaringan limfoid pada membran mukosa tonsil nasofaring atau adenoid. Fasia prevertebra dan otot memisahkan adenoid dengan tulang vertebra Chew, 1997; Cottrill Nutting, 2003.

b. Dinding Lateral Nasofaring

Tuba Eustachius bermuara ke nasofaring melalui dinding lateral. Tuba dibentuk oleh fasia faringobasilar yang diperkuat oleh otot konstriktor superior di bagian inferiornya. Dilihat dari kavum nasi, bagian anterior dan posterior orifisium tuba Eustachius ditandai dengan elevasi kartilago tuba, dimana di belakangnya terletak fossa Rosenmuller. Di sebelah dalam dinding lateral terdapat ruang parafaring yang berisikan arteri karotis interna, syaraf kranial IX, X, XI dan XII, vena jugularis interna dan kelenjar limfe retrofaring Chew, 1997; Cottrill Nutting, 2003. Fasia faring dan jaringan ikat foramen laserum rentan terhadap invasi langsung tumor ganas nasofaring. Hal ini dan seringnya keterlibatan kelenjar limfe retrofaring menjelaskan seringnya keterlibatan syaraf kranial Cottrill Nutting, 2003.

c. Dasar Nasofaring

Dasar nasofaring dibentuk oleh permukaan superior palatum molle, yang berhubungan dengan spingter palatofaring yang berperan untuk Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 menutup ismus faring saat menelan, memisahkan nasofaring dengan orofaring di bawahnya Chew, 1997; Cottrill Nutting, 2003.

2.1.3. Saluran Limfe dan Persyarafan Nasofaring

Mukosa terbentuk dari beberapa lipatan otot dibawahnya dan mengandung berbagai kumpulan jaringan limfoid. Jaringan limfoid yang paling menonjol, terutama pada anak-anak adalah tonsil faringeal adenoid yang terletak di garis tengah dan menonjol ke depan dari pertemuan atap dan dinding posterior. Lokasi aliran limfe kelompok pertama adalah kelenjar retrofaring yang terletak di ruang antara dinding nasofaring posterior, fasia faringobasilar dan fasia prevertebra. Kelompok kelenjar Rouviere node of Rouviere membentuk kelompok kelenjar lateral utama. Kelenjar tersebut terletak di anterior sebelah lateral atlas di batas lateral m. capitis longus, sebelah anteromedial arteri karotis interna. Pembuluh eferen mengalir ke rantai jugular interna dalam pada bagian paling atas di dasar tengkorak di ruang kompartemen parafaring retrostiloid di sebelah dalam ujung atas otot sternomastoid. Kelenjar ini kemudian mengalir ke bawah di posterior dari kelompok syaraf aksesorius dan di anterior kelompok jugulodigastrik Chew, 1997; Cottrill Nutting, 2003. Daerah nasofaring dipersarafi oleh pleksus faringeal di atas otot konstriktor faringeal media. Pleksus faringeal terdiri atas serabut sensoris saraf glossofaringeal IX, serabut motoris saraf vagus X dan serabut saraf ganglion servikalis simpatikus. Sebagian besar saraf sensoris nasofaring Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 berasal dari saraf glossofaringeal, hanya daerah superior nasofaring dan anterior orifisium tuba yang mendapat persarafan sensoris dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang berasal dari cabang maksila saraf trigemius V 1 Armiyanto, 1993.

2.1.4. Pendarahan Nasofaring

Pendarahan nasofaring berasal dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu arteri faringeal asenden, arteri palatina asenden dan descenden serta cabang faringeal arteri sfenopalatina. Pleksus vena terletak di bawah selaput lendir nasofaring dan berhubungan dengan pleksus pterigoid di atas dan vena jugularis interna di bawah Armiyanto, 1993.

2.1.5. Hubungan Struktur Anatomi dengan Jalan Penyebaran Tumor

Walaupun penyebaran tumor sering ditentukan oleh jalan yang secara anatomis telah terbentuk namun tidak selalu penyebaran tumor ganas mengikuti jalan alamiah tersebut karena tumor ganas mempunyai kemampuan untuk menginvasi dan merusak sistem barier yang ada. Kadang- kadang sulit ditentukan arah penyebaran karena tergantung juga dari besar dan asal lesi primer. Tumor yang tumbuh di garis tengah nasofaring dapat menyebar ke salah satu sisi atau sering bilateral. Selain itu tumor yang tumbuh pada salah satu dinding lateral nasofaring sering melewati garis tengah dan menyebar ke sisi yang lain. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 Jalan yang paling sering dilalui oleh penyebaran tumor, yaitu: 1 Ke dalam lumen ruang nasofaring. Jalan ini sering terjadi pada tumor yang sangat besar dan akan masuk dalam orofaring atau kavum nasi. Kadang-kadang dapat masuk ke sinus maksila atau orbita tetapi sangat jarang masuk ke tuba Eustachius. 2 Ke dalam ruang retrofaring. Walaupun sering melalui jalan anatomis retroparotidian, kadang-kadang tumor dapat langsung masuk ke ruang retrofaring dengan mengadakan kompresi atau infiltrasi ke ruang retrostiloid atau merusak bagian lateral vertebra servikalis pertama vertebra atlas. 3 Ke dalam ruang parafaring. a. Ruang kecil prestiloid , tumor yang tumbuh di dinding lateral atau di daerah fosa Rosenmuller dapat menjalar ke ruang kecil ini yang terletak di atasnya dan akan mengenai serabut motorik dan sensorik saraf trigeminus V. Tumor dapat menginvasi otot pterigoid dan menyebabkan trismus atau menginfiltrasi otot levator sehingga menyebabkan asimetri palatum mole. Tumor juga dapat mengenai palatum durum, kelenjar parotis, fisura pterigomaksila dan ke fosa infratemporal. Pada tumor yang sangat besar mungkin dapat menginvasi sinus maksila dan frontalis. b. Ruang kecil retrostiloid . Ruang kecil ini berisi selubung karotis dan isinya, kelenjar limfe servikal dalam atas, saraf-saraf kranial terakhir IX, X, XI, XII dan cabang saraf simpatis servikalis. Ruang ini disebut Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 juga ruang retroparotidian yang selain dapat terinvasi melalui jalan anatomis melalui aliran limfe retroparotidian, dapat juga akibat lanjutan invasi langsung yang lebih dalam ruang parafaring. Dari ruang ini pula, tumor dapat menyebabkan erosi dasar tengkorak. 4 Ke intrakranial. Perluasan tumor ke intrakranial biasanya melalui foramen laserum dan ovale atau melalui sinus kavernosus dan ganglion gaseri, mengenai saraf kranial otot bolamata III, IV, VI penyebaran secara petrosfenoid tetapi dapat juga melalui erosi dasar kanalis karotis dan melalui arteri karotis interna masuk ke dalam sinus kavernosus. Perluasan ke ekstradural selain dari sinus kavernosus juga dapat akibat tumor mendestruksi sinus sfenoid. 5 Tumor dapat langsung menyebar ke sinus etmoid, selanjutnya mengenai sinus frontalis, maksila dan rongga orbita. 6 Metastasis jauh, dapat melalui aliran darah atau sistem limfatik dan mengenai hati, tulang atau paru. Armiyanto, 1993.

2.2. Epidemologi

Tumor ganas nasofaring di Indonesia menempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor ganas di seluruh tubuh, sedangkan di bagian penyakit telinga, hidung dan tenggorok, tumor ganas nasofaring menempati urutan pertama. Hampir 60 tumor ganas kepala dan leher merupakan tumor ganas Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 nasofaring. Data Departemen Kesehatan tahun 1980 menunjukkan prevalensi 4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7.000-8.000 kasus per tahun Punagi, 2007. Dari sejumlah 2.007 kasus keganasan di bidang telinga hidung tenggorok yang dikumpulkan antara tahun 1990-2001 di Bagian THT-KL FK- UI RSCM Jakarta, tercatat karsinoma nasofaring sebanyak 1.247 62,13 penderita Munir, 2007. Penelitian Fachiroh di Yogyakarta menyatakan insiden penderita KNF 3,9 orang per 100.000 penduduk Fachiroh et al , 2004. Dari data laporan profil karsinoma nasofaring di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, periode Januari 2000 sampai dengan Juni 2007, didapatkan 33 dari keganasan di telinga, hidung dan tenggorok. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2002-2007, ditemukan 684 penderita karsinoma nasofaring. Penduduk RRC di propinsi Guang Dong mempunyai insiden tertinggi di dunia, yaitu 40-50 per 100.000 penduduk per tahun Punagi, 2007. Pada daerah Barat Amerika dan Eropa kejadian KNF jarang dengan insiden sekitar 0,5100.000 dengan angka 1-2 dari seluruh kanker kepala dan leher. Di Amerika Utara terdapat keratinizing squamous cell carcinoma pada 60 kasus, sementara di Timur Tengah lebih 95 merupakan WHO tipe 2-3. Insidensi WHO tipe 3 juga tinggi di Eskimo, Alaska dan juga meningkat di Malaysia, Afrika Utara dan Eropa Selatan Cottrill Nutting, 2003. KNF jarang ditemukan pada orang kulit putih, India dan Jepang tapi banyak ditemukan di Asia pada ras Mongoloid Punagi, 2007. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 Pada daerah endemik insiden meningkat sejak usia 20 tahun dan mencapai puncak pada dekade IV dan V. Pada daerah resiko rendah usia terbanyak pada dekade V dan VI tapi masih terdapat insidensi yang signifikan pada usia di bawah 30 tahun sehingga didapati distribusi usia bimodal dengan puncak awalnya antara usia 15-25 tahun. KNF lebih sering dijumpai pada pria, dengan perbandingan pria dan wanita 3 : 1 Chew, 1997; Cottrill Nutting, 2003.

2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi