Cara Kerja Impedans Meter

3 Sebuah pompa udara dan manometer yang dikalibrasi dalam milimeter air -600 mmH 2 O s.d +1.200 mmH 2 O. Suatu mekanisme untuk mengubah dan mengukur tekanan udara dalam liang telinga. Jerger, 1976; Katz, 1994; Asroel, 2003. Gambar 2.1. Skema Alat yang Digunakan untuk Pemeriksaan Timpanometri Dikutip dari Jerger, 1976.

2.9.3. Cara Kerja Impedans Meter

Timpanometri merupakan salah satu dari 3 pengukuran imitans yang banyak digunakan dalam menilai fungsi telinga tengah secara klinis, disamping imitans statik dan ambang refleks akustik Stach, 1998; Asroel, 2003. Cara kerja timpanometri adalah alat pemeriksaan probe yang dimasukkan ke dalam liang telinga memancarkan sebuah nada dengan Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 frekwensi 220 Hz. Alat lainnya mendeteksi respon dari membran timpani terhadap nada tersebut. Secara bersamaan, probe yang menutupi liang telinga menghadirkan berbagai jenis tekanan udara. Pertama positif, kemudian negatif ke dalam liang telinga. Jumlah energi yang dipancarkan berhubungan langsung dengan compliance . Compliance menunjukkan jumlah mobilitas di telinga tengah. Sebagai contoh, lebih banyak energi yang kembali ke alat pemeriksaan, lebih sedikit energi yang diterima oleh membran timpani. Hal ini menggambarkan suatu compliance yang rendah. Compliance yang rendah menunjukkan kekakuan atau obstruksi pada telinga tengah. Data-data yang didapat membentuk sebuah gambar 2 dimensi pengukuran mobilitas membran timpani. Pada telinga normal, kurva yang timbul menyerupai gambaran lonceng. Penghantaran bunyi melalui telinga tengah akan maksimal bila tekanan udara sama pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga yang normal, penghantaran maksimum terjadi pada atau mendekati tekanan atmosfir. Itulah sebabnya ketika tekanan udara di dalam liang telinga sama dengan tekanan udara di dalam kavum timpani, imitans dari sistem getaran telinga tengah yang normal akan berada pada puncak optimal dan aliran energi yang melalui sistem ini akan maksimal. Tekanan telinga tengah dinilai dengan bermacam-macam tekanan pada liang telinga yang ditutup probe sampai sound pressure level SPL berada pada titik minimum. Hal ini menggambarkan penghantaran bunyi yang maksimum melalui telinga tengah. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 Tetapi bila tekanan udara dalam salah satu liang telinga lebih dari tekanan positif atau kurang dari tekanan negatif tekanan dalam kavum timpani, imitans sistem akan berubah dan aliran energi berkurang. Dalam sistem yang normal, begitu tekanan udara berubah sedikit di bawah atau di atas dari tekanan udara yang memproduksi imitans maksimum, aliran energi akan menurun dengan cepat sampai nilai minimum. Pada tekanan yang bervariasi di atas atau di bawah titik maksimum, SPL nada pemeriksaan di dalam liang telinga bertambah, menggambarkan sebuah penurunan dalam penghantaran bunyi yang melalui telinga tengah Stach, 1998; Asroel, 2003. Hasselt dkk di Hongkong 1999 mengemukakan bahwa pemeriksaan timpanometri paling sensitif 96 dalam mendiagnosis adanya efusi di telinga tengah pada penderita KNF yang belum mendapatkan radioterapi Hasselt, 1999. Fong dan Low di Singapura 1996 melakukan penelitian tentang gangguan pendengaran pada penderita KNF sebelum mendapatkan radioterapi. Mereka melakukan pemeriksaan adanya efusi pada telinga tengah secara klinis dan dibuktikan dengan pemeriksaan timpanometri Fong Low, 1996. Dengan pemeriksaan timpanometri, Low di Singapura 1994 melakukan pengukuran tekanan telinga tengah pada penderita KNF di Rumah Sakit Singapura. Low mendapatkan rata-rata tekanan telinga tengah pada penderita KNF sebesar -55,2 mmH 2 O Low, 1995. Bila terjadi sumbatan pada tuba Eustachius oleh tumor di nasofaring akan menyebabkan tekanan udara dalam rongga telinga tengah menjadi Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 negatif, sehingga terjadi retraksi membran timpani dan akibatnya didapatkan timpanogram tipe C. Timpanogram tipe B didapatkan bila mobilitas tulang- tulang pendengaran menurun sedemikian rupa oleh adanya cairan efusi dalam rongga telinga tengah yang mengakibatkan puncak timpanogram menjadi landai Asroel, 2003; Karya et al , 2007. Ada beberapa tipe timpanogram konvensional, sebagai berikut: 1. Tipe A: • Terdapat pada fungsi telinga tengah yang normal. • Mempunyai bentuk khas, dimana puncak imitans berada pada titik 0 daPa dan penurunan imitans yang tajam dari titik 0 ke arah negatif atau positif. Gambar 2.2. Timpanogram Normal Dikutip dari Asroel, 2003. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 2. Tipe B: • Terdapat pada kavum timpani yang berisi cairan, misalnya pada otitis media efusi. • Timpanogram tidak memiliki puncak dan cenderung mendatar atau sedikit membulat. ECV dalam batas normal, terdapat sedikit atau tidak ada mobilitas pada telinga tengah. Bila tidak ada puncak tetapi ECV normal, ini menunjukkan adanya perforasi pada membran timpani. Gambar 2.3. Timpanogram Tipe B Dikutip dari Asroel, 2003. 3. Tipe C: • Terdapat pada keadaan membran timpani yang retraksi dan malfungsi dari tuba Eustachius. • Tekanan telinga tengah negatif, titik puncak berada pada titik -150 daPa. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 Gambar 2.4. Timpanogram Tipe C Dikutip dari Asroel, 2003. 4. Tipe A s : • Terdapat pada otosklerosis dan keadaan membran timpani yang berparut. • Timpanogram kelihatan seperti tipe A normal, dimana puncak berada atau dekat titik 0 daPa, tapi dengan ketinggian puncak yang secara signifikan berkurang. Huruf s di belakang A berarti stiffness atau shallowness . Gambar 2.5. Timpanogram Tipe A s Dikutip dari Asroel, 2003. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 5. Tipe A d : • Terdapat pada keadaan membran timpani yang flaksid atau diskontinuitas kadang-kadang sebagian dari tulang-tulang pendengaran. • Timpanogram kelihatan seperti tipe A normal, tetapi dengan puncak lebih tinggi secara signifikan dibandingkan normal. Huruf d di belakang A berarti deep atau discontinuity . Jerger, 1976; Stach, 1998; Asroel, 2003. Gambar 2.6. Timpanogram Tipe A d Dikutip dari Asroel, 2003. Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008

BAB 3 KERANGKA KONSEP

Gangguan fungsi tuba Eustachius Timpanogram abnormal Gangguan pendengaran KNF Stadium dan letak tumor Histopatologi Benny Hidayat : Hubungan Antara Gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan Stadium Tumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, 2009