mengambil keputusan, apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. d Masyarakatpemerintah: kepentingan studi kelayakan suatu proyek menyangkut
eksternal lities yakni efek atau dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa sangat penting dilakukan
kajian faktor internal dan eksternal rumah sakit sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan rumah sakit, khususnya pengembangan ruang rawat inap.
2.2. Studi Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Rumah Sakit
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1; dapat diketahui bahwa dalam rangka pengembangan ruang perawatan VIP rumah sakit
diperlukan studi kelayakan atau studi pendahuluan, dengan fokusnya adalah mengkaji tentang faktor internal dan faktor eksternal rumah sakit.
Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut
dilaksanakan Nitisemito dan Burhan, 2004.
2.2.1. Studi Kelayakan Faktor Internal Rumah Sakit
Studi kelayakan untuk pengembangan ruang perawatan VIP rumah sakit, membutuhkan kajian faktor internal rumah sakit untuk menetapkan faktor
kekuatan dan kelemahan, serta merumuskan solusi dari permasalahan yang terjadi. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1;
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dapat ditetapkan aspek yang perlu dikaji dari faktor internal rumah sakit, meliputi: 1 Ketenagaan,
2 Keuangan, 3 Standar kerja, 4 Pola kunjungan pasien, dan 5 Struktur organisasi.
Menurut Wijono 1999, untuk menentukan jumlah ketenagaan minimum bagi rumah sakit kelas C dapat digunakan angka standar perbandingan antara jumlah
tempat tidur yang ada dan jumlah ketenagaan yang diperlukan Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Tipe C
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 262MEN.KESPerVII1979.
N o
Jenis Tenaga Jumlah Tempat
Tidur Unit Jumlah Tenaga
Orang
1 Tenaga Medis
9 1
2 Tenaga Paramedis Perawatan
1 1
3 Tenaga Paramedis Non Perawatan
5 1
4 Non Medis
4 3
Standarisasi tenaga rumah sakit umum kelas C dengan 100 tempat tidur adalah 174 orang dengan perincian sebagai berikut: 1 Dokter umum 2 orang,
2 Dokter gigi 3 orang, 3 Dokter ahli bedah, obgin, penyakit dalam dan kesehatan anak masing-masing 1 orang, 4 Apoteker 1 orang, 5 Penata rawat 5, 6 Perawat
30, 7 Pembantu perawat 90, 8 Bidan 6, 9 Penata rontgen 2, 10 Penata teknik rontgen, 11 Penata gizi, 12 Pengatur gizi dan penata anestesi masing-masing 1,
13 Asisten apoteker 2, 14 Penata analis 2, 15 Penata fisioterapi dan perawat gigi masing-masing 1, 16 Statistisian tenaga terlatih, pengatur teknik dan house keeping
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
SKKA masing-masing 2, 17 Sanitarian SPPH 1, 18 Sopir 4, 19 Planning dan research dan development 1, 24 Pengawasan 1, 25 Keuangan dan administrasi
masing-masing 5 orang Wijono, 1999. Analisis keuangan sangat penting dilakukan dalam upaya pengembangan
ruang rawat inap rumah sakit. Dalam aspek keuangan yang harus dilihat adalah: biaya apa saja yang dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan, juga
seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek ini dijalankan, berapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali. Untuk menentukan layak tidaknya suatu
investasi ditinjau dari aspek keuangan perlu dilakukan, dapat diukur dengan beberapa kriteria, yang dijalankan tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan dan
metode mana yang akan digunakan. Kriteria untuk mengukur suatu rencana investasi, yaitu: 1 Net Present Value NPV; 2 Internal Rate of Return IRR;
3 Profitability Index PI; 4 Payback Period PP; 5 Accounting Rate of Return ARR. Namun yang akan dibahas lebih mendalam hanya PP, NVP dan IRR. Setiap
usulan pengeluaran modal capital expenditure selalu mengandung dua macam aliran kas cash flow yaitu: a Aliran kas keluar neto net outflow of cash yaitu
yang diperlukan dalam investasi baru; b Aliran kas masuk netto tahunan net annual inflow of cash, yaitu hasil dari investasi baru sering disebut net cash proceeds atau
cukup dengan istilah proceeds Kasmir dan Jakfar, 2007. Menurut Kasmir dan Jakfar 2007, Penilaian investasi berdasarkan
pendapatan bersih dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti: a Metode Payback Period PP, adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
yang ditanamkan dalam proyek dapat kembali. Untuk menghitung pengembalian biaya investasi, dapat digunakan 2 macam model perhitungan, sebagai berikut:
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
a. Apabila kas bersih setiap tahun sama:
PP = Tahun
Bersih Kas
Investasi x 1 Tahun
b. Apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka PP dapat dicari sebagai berikut:
Investasi dikurangi kas bersih tahun pertama, kemudian hasilnya dikurangi kas bersih tahun kedua, dan seterusnya sampai sisanya tidak dapat dikurangi lagi.
Selanjutnya sisa kas bersih tersebut dibagi dengan kas bersih tahun berikutnya lalu dikalikan dengan 1 tahun.
Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi tersebut semakin menguntungkan atau semakin kecil waktu
payback period, proyek tersebut semakin baik; b Metode Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV
investasi selama umur investasi. NPV =
n
r n
Bersih Kas
r Bersih
Kas r
Bersih Kas
1 ......
1 2
1 1
2
+ +
+ +
+ +
- Investasi NPV positif, maka investasi diterima; dan jika
NPV negatif, sebaiknya investasi ditolak c.
Internal Rate of Return, IRR adalah alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ada dua cara yang digunakan untuk mencari IRR.
Cara pertama dengan menggunakan rumus: IRR = i
1
+
2 1
1
NPV NPV
NPV −
x i
2
– i
1
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Keterangan: i
1
= Tingkat bunga 1 tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 i
2
= Tingkat bunga 2 tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2 NPV
1
= Net Present value 1 NPV
2
= Net Present value 2
Cara kedua dengan menggunakan rumus: IRR = P1 – C1 x
1 2
1 2
C C
P P
− −
Di mana: P1 = Tingkat Bunga I
P2 = Tingkat Bunga 2 C1 = NPV1
C2 = NPV2
Kesimpulan: 1 Jika IRR lebih besar dari bunga pinjaman, maka diterima; dan 2 Jika IRR lebih kecil dari bunga pinjaman, maka ditolak.
Analisis investasi diperlukan guna pengambilan keputusan investasi yang paling tepat dan sesuai serta menguntungkan bagi rumah sakit. Pengambilan
keputusan investasi lebih dikenal dengan istilah Capital Budgeting atau pengambilan keputusan untuk alokasi modal Rangkuti, 2006.
Menurut Keputusan Menteri kesehatan RI No. 582MENKESSKVI1997 bahwa pola tarif adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran
tarif rumah sakit. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan di rumah sakit, yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas
jasa pelayanan yang diterimanya. Tarif rumah sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, rumah sakit setempat
lainnya serta kebijakan subsidi silang. Besaran tarif untuk rawat inap kelas II,I dan
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
utama ditetapkan oleh direktur rumah sakit setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor wilayah Departemen Kesehatan Provinsi setempat.
Tarif tidak hanya digunakan sebagai indikator biaya yang harus dibayar oleh pembeli, tetapi juga merupakan suatu tanda dari kualitas produk. Untuk banyak
pembeli, aspek penting dari tarif konotasi dari kualitas. Tarif yang terbaik adalah tahu biaya yang dikeluarkan, tahu kemampuan masyarakat membayar, tahu tarif dari
Rumah sakit yang lain. Secara teoritis tarif harus memperhatikan: biaya, perilaku pesaing, kemampuan pasien Sabarguna, 2003.
Kajian tentang Peralatan, sarana dan prasarana medis dan non medis, perlu dilakukan dalam pengembangan ruangan perawatan rumah sakit di samping kajian
tentang biaya. Departemen Kesehatan 2007, menetapkan peralatan baik medis maupun non medis, sarana dan prasarana yang menunjang fungsi rumah sakit harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan standar yang berlaku, untuk menjadi pedoman teknis sarana, prasarana dan peralatan kesehatan rumah sakit kelas C, yang digunakan
dalam proses perencanaan pengembangan rumah sakit. Berbagai macam investasi dapat dilakukan di rumah sakit, antara lain adalah:
pergantian peralatan medik yang lama dengan teknologi yang lebih baru, perluasan perlengkapan modal yang sudah ada misalnya penambahan kapasitas
dengan menambah ruangan bangsal, perluasan atau penambahan produk baru dengan pembelian mesin atau peralatan baru yang belum pernah dimiliki, sewa
peralatan baru
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dan pembelian rumah sakit oleh sebuah rumah sakit yang lebih baik keadaan keuangannya Trisnantoro, 2005.
Menurut Departemen Kesehatan 1992, Data Sarana dan Prasarana, yaitu: jumlah rumah sakit, rata-rata puskesmas non tempat tidur dan tempat tidur dengan
rumah sakit, jumlah tempat tidur. Untuk melakukan perhitungan kebutuhan jumlah tempat tidur dapat dirumuskan sebagai berikut, dapat digunakan rumus dari Griffith
1987, yaitu:
KT =
365 x
TH P
x H
x R
Di mana: KT
= Kebutuhan tempat tidur R
= Jumlah penderita dirawat1000 penduduk H
= Rata-rata lama hari rawat penderita ALOS P
= Jumlah penduduk TH
= Tingkat hunian tempat tidur BOR
Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan angka-angka R, H, P dan TH, angka kebutuhan tempat tidur ini hasil perhitungan proyeksi 5 tahun
kedepan, untuk selanjut ditentukan rencana investasi. Menurut Wiyono 1999 yang mengutip ketentuan Departemen Kesehatan,
standar pelayanan rumah sakit, berisi kriteria penting mengenai jenis disiplin pelayanan yang berkaitan dengan struktur dan proses pelayanan rumah sakit,
sesuai Surat Keputusan No. 436MenkesSKVI1993. Setiap jenis pelayanan memuat sebagian atau keseluruhan standar, yaitu: standar falsafah dan tujuan,
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
administrasi dan manajemen, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, serta evaluasi dan
pengendalian mutu. Data penampilan kerja rumah sakit per tahun yang mencakup data penderita
rawat jalan yaitu data kunjungan pasien ke rawat jalan atau poliklinik, data kunjungan pasien ke instalasi gawat darurat IGD, data kunjungan pasien yang
masuk ke rawat inap dan jumlah hari rawat, BORpemanfaatan tempat tidur yang dipergunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang
digunakan pasien dalam jangka waktu tertentu nilai ideal BOR adalah 60 – 85 , LOSlama rata-rata hari rawat pasien nilai ideal LOS adalah 6 – 9 hari; sebagai
bagian dari upaya pengembangan ruang rawat inap rumah sakit Departemen
Kesehatan, 1992.
Menurut Kasmir dan Jakfar 2007, struktur organisasi menggambarkan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian atau unit organisasi, sehingga akan
mempermudah dalam melakukan pengendalian, pendelegasianpembagian tugas dan wewenang dalam organisasi.
Menurut Qanun Walikota Banda Aceh 2006, Susunan Organisasi RSUM Banda Aceh terdiri dari: 1 Direktur; 2 Sekretariat dan administrasi; 3 Bidang
pelayanan; 4 Bidang keperawatan; 5 Bidang perencanaan dan anggaran; 6 Bidang pendidikan dan pengembangan; 7 Sub bagian dan sub bidang;
8 Kelompok jabatan fungsional. Rincian tugas dan fungsi sesuai struktur organisasi.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2.2.2. Studi Kelayakan Faktor Eksternal Rumah Sakit
Kajian faktor eksternal rumah sakit merupakan komponen dari studi kelayakan untuk pengembangan ruang perawatan rumah sakit. Berdasarkan pendapat
para ahli yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1, dapat diketahui berbagai faktor eksternal rumah sakit yang perlu dikaji sebagai faktor ancaman dan peluang dalam
pengembangan ruangan rawat inap di rumah sakit, diantaranya, adalah faktor morbiditas dan mortalitas penyakit, demografi, sosio ekonomi, pola pencarian
pelayanan kesehatan, kebijakan dan peraturan, lokasi, dan geografi. Perlu dilakukan pengkajian morbiditas dan mortalitas penyakit sebagai salah
satu pertimbangan eksternal pengembangan ruang rawat inap rumah sakit. Data morbiditas dan mortalitas mencakup angka kesakitan dan kematian per tahun
di rumah sakit yaitu: angka kesakitan 10 penyakit utama rawat jalan, angka kesakitan 10 penyakit utama rawat inap, angka kesakitan 10 penyakit utama penderita gawat
darurat, angka kematian kotor dan angka kematian bersih di rumah sakit Departemen
Kesehatan, 1992.
Faktor demografi merupakan salah satu faktor eksternal rumah sakit yang harus dianalisis sebagai komponen pengembangan rumah sakit. Departemen
Kesehatan 1992, menetapkan bahwa data demografi yang harus dipahami untuk pengembangan fasilitas kesehatran, seperti rumah sakit, yaitu: luas wilayah, jumlah
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
penduduk, angka kepadatan penduduk, distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, perkawinan, dan lainnya yang berkaitan dengan kependudukan.
Faktor sosio ekonomi perlu dikaji dalam upaya pengembangan rumah sakit. Komponen penting yang perlu dikaji dari aspek sosio ekonomi, meliputi: tingkat
pendidikan, variasi pekerjaan, pendapatan per kapita dari penduduk yang akan dikembangkan dan kecenderungan pertumbuhan untuk memperkirakan
kemampuan biaya kesehatan Departemen Kesehatan, 1992. Menurut
Trisnantoro 2005, faktor sosio ekonomi masyarakat erat kaitannya
dengan pola pencarian pelayanan kesehatan. Dalam analisis faktor eksternal, mengetahui kemampuan masyarakat membayar pelayanan kesehatan dilakukan
melalui analisis demand permintaan. Rumah sakit harus memperhatikan keadaan masyarakat, tingkat ekonomi atau penghasilan masyarakat, berpengaruh akan
permintaan pelayanan kesehatan, terutama terhadap pelayanan bermutu dan tidak harus menunggu lama antrian; dan kondisi ini menjadi peluang untuk meningkatkan
pendapatan, sekaligus menjadi ancaman bagi rumah sakit pemerintah dengan adanya rumah sakit swasta yang menyediakan pelayanan yang lebih baik.
Pengkajian pola pencarian pelayanan kesehatan atau kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah dan swasta, dukun, dan rumah
sakit di luar negeri, juga perlu dilakukan dalam pengembangan ruang rawat inap VIP di rumah sakit; selaras kondisi sosio ekonomi dan perkembangan morbiditas dan
mortalitas Trisnantoro, 2005.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh 2007, Pasal 26, mengatur tentang pelayanan kesehatan, yaitu: pemanfaatan atau pengembangan ruang untuk pelayanan
kesehatan, dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan penduduk dan juga wajib memperhatikan aspek aksesibilitas masyarakat, suasana aman, nyaman dan
sejuk dengan mengedepankan penetapan dan penataan ruang yang tertib dan teratur. Depkes 2007, dalam pengembangan ruang rawat di rumah sakit juga perlu
memperhatikan kondisi geografi atau lokasi setempat yang sesuai dengan standar persyaratan, yang meliputi:
1. Letak yang strategis yaitu letak geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang
mudah di jangkau oleh masyarakat, dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik
industri dan limbah pabrik tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit dan jauh dari kebisingan, tidak boleh berada satu gedungsatu halaman dengan pasar,
toko, supermarket, hotel, bioskop dan sebagainya lokasi rumah sakit harus sesuai dengan tata kota; dan tersedianya lahan parkir yang memadai, dan tidak
menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitarnya. 2.
Tersedianya infrastruktur dan fasilitas dengan mudah instalasi air bersih, instalasi listrik, instalasi air kotoran, instalasi komunikasi, dan lain-lain.
3. Semua area rumah sakit harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk
mendukung kenyamanan dan penyembuhan pasien. Unit rawat inap harus berlokasi di daerah yang tenang, aman dan nyaman Depkes RI, 2007.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Kasmir dan Jakfar 2007 menjelaskan tujuan utama dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran atau resiko kerugian investasi
yang menggunakan dana relatif besar. Sedangkan Departemen Kesehatan 1992, mengatakan tujuan suatu studi kelayakan adalah: a Untuk mendapatkan proyeksi
kebutuhan need dan permintaan demand terhadap jumlah dan jenis pelayanan medik di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu; b Untuk mendapatkan proyeksi
kebutuhan akan jumlah dan jenis saranafasilitas dan peralatan, tenaga dan dana yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu; c Untuk mendapatkan proyeksi secara
umum kemampuan pembiayaan yang ada untuk melaksanakan rencana pengembangan.
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui kondisi kekuatan dan kelemahan faktor internal dan kondisi peluang dan ancaman faktor eksternal rumah sakit
sebagai aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan pengembangan rumah sakit, khususnya pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM tahun 2008.
2.3. Landasan Teori