Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa pengembangan ruang rawat inap suatu rumah sakit, seperti ruang perawatan VIP, membutuhkan kajian
faktor eksternal dan internal rumah sakit. Selaras pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, dan kondisi RSUM yang akan mengembangkan ruang perawatan
VIP, maka sangat penting dilakukan analisis faktor internal RSUM kajian kekuatan dan kelemahan, yang meliputi kondisi: Ketenagaan, Keuangan, Standar kerja, Pola
Kunjungan Pasien, dan Struktur Organisasi. Selanjutnya penting dilakukan kajian Faktor eksternal RSUM kajian peluang dan ancaman, yang meliputi kondisi:
Demografi, Sosio Ekonomi, Morbiditas dan Mortalitas Penyakit, Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan, Kebijakan dan Peraturan, serta GeografiLokasi.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan,
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kekuatan dan kelemahan, yaitu: faktor internal RSUM, meliputi kondisi: ketenagaan, keuangan, standar kerja, pola kunjungan pasien, dan
struktur organisasi dan kondisi peluang dan ancaman, yaitu: faktor eksternal RSUM, meliputi kondisi: demografi, sosio ekonomi, morbiditas dan mortalitas
penyakit, pola pencarian pelayanan kesehatan, kebijakan dan peraturan, geografilokasi.
2. Bagaimana penilaian investasi yang dapat menjadi landasan pengembangan ruang
rawat inap VIP RSUM.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah, sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisis kondisi kekuatan dan kelemahan faktor internal
RSUM meliputi kondisi: tenaga kesehatan, keuangan, peralatan, prosedur kerja pola kunjungan pasien, dan struktur organisasi; dan kondisi peluang dan
ancaman faktor eksternal RSUM meliputi kondisi: morbiditas dan mortalitas penyakit, demografi, sosio ekonomi, pola pencarian pelayanan kesehatan,
geografilokasi. 2. Melakukan analisis investasi dalam pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM
tahun 2007-2008 .
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a.
RSU Meuraxa, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk pengambilan kebijakan pengembangan RSUM termasuk di dalamnya pengembangan ruang
rawat inap VIP. b.
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pengembangan Ilmu Administrasi Rumah Sakit, khususnya di bidang keuangan dan strategi
pengembangan rumah sakit. c.
Bagi peneliti memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keahlian khusus mengenai analisis kelayakan yang nantinya dapat digunakan dan
dikembangkan bila bekerja di rumah sakit.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Pengembangan Rumah Sakit
Rumah sakit RS adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan
jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitasi untuk orang-orang yang menderita sakit, cedera dan melahirkan
Permenkes No. 1045MenkesPerXI2006. Rumah sakit menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia adalah suatu lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat Iskandar, 1998.
Menurut American Hospital Association dalam Aditama 2003 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan
pelayanan kepada pasien-diagnostik dan terapetik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah.
Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat, Daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan maupun Badan Usaha
Milik Negara. Rumah sakit umum daerah adalah rumah sakit umum milik pemerintah provinsi, kabupatenkota yang berlokasi di daerah provinsi, kabupaten dan kota
Departemen Dalam Negeri, 2002.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis minimal 4 spesialistik dasar yaitu penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah dan obstetri-ginekologi dan ditambah dengan penunjang medik, yaitu: radiologi, anestesikamar operasiICU, laboratorium, gizi
dapur, farmasi, IPSRS dan laundry Depkes, 1992; dan Depkes, 1994. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri 2002 bahwa rumah sakit daerah
mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yaitu: upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Rumah sakit umum daerah mempunyai fungsi sebagai berikut: a Penyelenggaraan pelayanan medis; b Penyelenggaraan pelayanan penunjang
medis dan non medis; c Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan; d Penyelenggaraan pelayanan upaya rujukan; e Penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan; f Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan; g Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan Qanun Walikota Banda Aceh, 2006.
Menurut Permenkes No. 1045MenkesPerXI2006 bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C terdiri dari 1 Bagian dan paling banyak 2 Bidang, Bagian
terdiri paling banyak 3 Sub bagian dan masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 Seksi.
Menurut Qanun Walikota Banda Aceh 2006, susunan organisasi RSUM Banda Aceh terdiri dari: 1 Direktur; 2 Sekretariat dan administrasi; 3
Bidang pelayanan; 4 Bidang keperawatan; 5 Bidang perencanaan dan anggaran; 6 Bidang pendidikan dan pengembangan; 7 Sub bagian dan sub bidang;
8 Kelompok jabatan fungsional.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Departemen Kesehatan 1998, Ruang rawat inap adalah ruang untuk perawatan pasien yang harus dirawat lebih dari 24 jam dan memerlukan suatu
perawatan kesehatan yang intensif baik dalam hal pengobatan, pelayanan, yang sesuai dengan kondisi pasien dengan mempergunakan prasarana dan sarana dari rumah
sakit. Ruang rawat inap rumah sakit dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas antara lain: a Ruang VIP; b Ruang kelas I fasilitas 2 orang, luas kamar kelas I
adalah ± 15 m
2
tempat tidur, c Ruang kelas II fasilitas 3 orang, luas kamar kelas II adalah ± 10 m
2
tempat tidur, d Ruang kelas III fasilitas 6 sampai dengan 8 orang, luas kamar adalah ± 8 m
2
tempat tidur. Berdasarkan lampiran surat keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik
Depkes RI No. 0159Yan.MedKeu1987, pembagian jumlah tempat tidur dan kelas perawatan di rumah sakit, maka dari semua tempat tidur didistribusikan lebih dulu
untuk ruang ICUICCU, Neonatus Intensive CareUnit NICU, Perinatologi, Ruang Rawat Intensif di UGD dan Unit Detoksifikasi High Care Unit, dan selebihnya
dibagi untuk ruang perawatan kelas utama, kelas I, kelas II, dan kelas III. Adapun standar luas ruang perawatan, yaitu : a Luas kamar VIP ± 21.5 m
2
tempat tidur; b Luas kamar kelas I ± 15 m
2
tempat tidur; c Luas kamar kelas II ± 10 m
2
tempat tidur; d Luas kamar kelas III ± 8 m
2
tempat tidur. Pada suatu rumah sakit dalam merencanakan Unit rawat inap VIP perlu
ditetapkan dahulu prinsip dalam perencanaan instalasi rawat inap VIP. Pada perawatan terpadu integrated care untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang
adapun standar luas ruangan adalah: ruang VIP terletak dalam satu blok, jendela
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kamar berorientasi kepandangan luar yang lapang atau ke arah taman dengan jumlah pasien 1 orang, dengan fasilitas KMWC di dalam. Luas kamar VIP adalah ± 21,5
m
2
tempat tidur Depkes, 1998. Menurut Jawes dalam Handajani 2002 menyatakan penggunaan ruang rawat
inap di Amerika dengan tipe 1 tempat tidur dengan satu toilet, untuk pasien adalah 18 m
2
, dan untuk perawat 5 m
2,
untuk selasar atau koridor 7 m
2
, dan total kebutuhan ruang rawat inap VIP = 30 m
2
per tempat tidur. Loebis dkk 2001 mengatakan Luas kamar untuk 1 orang adalah berukuran 10,00 – 15,00 untuk ruang deluxe dapat dibuat
lebih besar, dilengkapi dengan lemari dan perabot seperti televisi, AC, gorden, vas bunga dan kamar mandi.
Ruang VIP perlu dirancang agar mencerminkan suatu gambaran yang baik dari rumah sakit dan pengguna fasilitas VIP dapat merasakan kenyamanan. Ruang
VIP dilengkapi dengan permadani, penempatan dari tempat duduk yang ditata untuk pengunjung VIP, tumbuhan hidup, ruang tunggu harus diatur dengan menarik.
Ruangan pasien yang dianjurkan adalah ukuran minimum kamar-satu bed pasien tidak kurang dari 11,61 m
2
, 125 feet
2
dengan lebar minimal 3,81 meter. Banyak rumah sakit yang memiliki ruangan VIP cukup luas sehingga dapat menampung 2
tempat tidur; dan kondisi ini juga memberikan keluwesan terhadap penambahan kapasitas tempat tidur mendatang Kunders, 2004.
Menurut Supriantoro
dalam Yudiastuti 2002 menyatakan bahwa rumah sakit merupakan salah satu bentuk perusahaan yang sangat kompleks, baik ditinjau dari
aspek organisasi, tekhnologi maupun SDM rumah sakit pun dari waktu ke waktu
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
selalu dihadapkan pada lingkungan usaha yang berubah. Perubahan lingkungan usaha rumah sakit di Indonesia, saat ini dihadapkan pada beberapa kondisi antara lain:
1 Tantangan pasar global yang berdampak pada makin beratnya tingkat kompetisi dalam fasilitas maupun kualitas pelayanan; 2 Krisis multidimensional yang
berdampak semakin tingginya tingkat pembiayaan baik untuk operasional maupun investasi dan perubahan pada perilaku konsumen; 3 Perkembangan tekhnologi
industri kesehatan yang mengalami kemajuan pesat. Menurut Siagian 1995; Loebis dkk 2001 mengatakan bahwa rumah sakit
adalah fungsi yang selalu berubah dan berkembang, karena tingkat kebutuhan dan kapasitas yang berubah, berkembangnya cara-cara dan alat-alat pengobatan baru,
perubahan cara hidup masyarakat, jenis penyakit yang diderita juga berubah. Tuntutan berbagai pihak yang berkepentingan, mengharuskan para manajer dalam
dunia bisnis untuk selalu terlibat dalam perubahan. Instrumen ilmiah untuk mewujudkan perubahan tersebut dikenal dengan pengembangan organisasi, yaitu
suatu disiplin ilmu baru yang sangat banyak kaitannya dengan masalah-masalah perilaku organisasi.
Perubahan adalah transformasi dari keadaan sekarang menuju keadaan yang
diharapkan di masa yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik. Pada hakikatnya kehidupan manusia maupun organisasi diliputi oleh perubahan secara
berkelanjutan. Di satu sisi karena adanya faktor eksternal yang mendorong terjadinya perubahan, di sisi lainnya justru dirasakan sebagai suatu kebutuhan internal Wibowo,
2005.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Hussey
dalam Wibowo 2005 faktor yang menjadi pendorong bagi kebutuhan akan perubahan, yaitu a Perubahan teknologi terus meningkat,
b Persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global, yang menekankan pada pencapaian standar kualitas; c Pelanggan semakin banyak tuntutan, yang mengarah
pada mutu produk; d Profil demografis negara berubah, yang berpengaruh terhadap pola kebutuhan masyarakat.
Robbins 2005 juga mengungkapkan ada 6 faktor yang merupakan kekuatan untuk perubahan, yaitu: sifat tenaga kerja, teknologi, kondisi ekonomi, persaingan,
kecendrungan sosial, dan politik. Selanjutnya, menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo 2005 menjelaskan bahawa kebutuhan akan perubahan dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu external forces kekuatan eksternal berasal dari luar organisasi dan internal forces kekuatan internal bersumber dari dalam organisasi. Kekuatan
Eksternal meliputi karakteristik demografis umur pendidikan, tingkat ketrampilan, gender, migrasi, dan lain-lain, kemajuan teknologi, perubahan pasar, tekanan sosial
dan politik. Kekuatan internal, meliputi problemprospek SDM, dan perilaku serta keputusan manajerial. Beberapa faktor yang merupakan kekuatan di belakang
kebutuhan perubahan terencana, yaitu: perubahan dalam produk atau jasa, ukuran dan struktur organisasi, sistem organisasi, dan introduksi teknologi baru.
Menurut Kunder 2004, untuk melakukan perubahan rumah sakit perlu dilakukan kajian perencanaan yang dapat membantu lembaga atau badan
pengelolanya. Rencana Induk jangka panjang rumah sakit mencakup bidang studi analisis: 1 Kependudukan dari daerah yang dilayani; 2 Sosial ekonomi
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dan karakteristik perawatan kesehatan; 3 Studi kebutuhan akan perawatan kesehatan;
4 Kekuatan dan kelemahan organisasi dan kompetensi utamanya; 5 Rencana organisasional; 6 Ukuran dan fasilitas fisik termasuk bangunan dan keterbatasan
lahan; dan 7 Kelayakan finansial. Menurut Umar 2005 mengatakan secara umum aspek-aspek yang akan
dikaji dalam studi kelayakan meliputi: a Aspek pasar dan aspek pemasaran, tergantung besar kecil bisnis yang akan dilakukan, umumnya hasil studi kelayakan
untuk aspek pemasaran akan memberikan informasi antara lain: bagaimana segmentasi, target dan posisi produk ditetapkan, strategi bersaing, perkiraan
penjualan yang bisa dicapai dan market share yang bisa dikuasai; b Aspek teknik dan teknologi, meliputi strategi perencanaan dan kualitasnya juga tata letak
ruangannya; c Aspek manajemen, menyangkut perencanaan dan pengorganisasian seperti rincian pekerjaan yang akan dikerjakan dan pembagian beban kerja dan
pembentukan struktur organisasi; d Aspek Sumber Daya Manusia, seperti berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan, penentuan deskripsi pekerjaan yang jelas,
pelatihan dan pengembangan; e Aspek keuangan, meliputi penentuan kebutuhan akan dana serta sumbernya, menentukan policy aliran kas, penilaian rencana bisnis
terhadap prakiraan pemasukan dan pengeluaran dana investasi dengan metode Profitability Index PI, Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR,
Payback Period PP dan Break Event Point BEP; f Aspek ekonomi, sosial dan politik, meliputi: kondisi ekonomi dan peran pemerintah dapat menunjang rencana
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
bisnis, kondisi sosial akan saling mempengaruhi rencana bisnis; g Aspek lingkungan industri, meliputi: situasi dan kondisi ancaman masuk bagi usaha yang
akan dijalankan perlu diketahui kekuatan dan kelemahannya, situasi persaingan bisnis perlu diketahui untuk menentukan kekuatan, kekuatan tawar menawar pengguna jasa
dalam mempengaruhi harga produk yang akan ditawarkan; h Aspek yuridis yaitu berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku; dan i Aspek lingkungan hidup
yaitu menyangkut dengan proses pengelolaan dampak lingkungan dilaksanakan. Supriono 1998 menyebutkan banyak faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi perusahaanorganisasi, yaitu: ekonomi, politik termasuk pemerintah dan aturan-aturannya, pasar dan persaingan, teknologi, sosial, geografi. Dalam
mencapai suatu keberhasilan suatu kegiatan maka perusahaanorganisasi menghadapi tantangan-tantangan lingkungan, mereka harus melaksanakan analisis dan diagnosis
lingkungan secara efektif. Nitisemito dan Burhan 2004, secara konsepsional pola pikir dalam suatu
studi kelayakan dicerminkan oleh struktur variabel. Struktur variabel yang mempengaruhi suatu studi kelayakan adalah: 1 Pasar, yang harus diperhatikan
antara lain: mutukualitas, brand loyalitas atau kefanatikan merek para konsumen, struktur pasar meliputi kekuatan daya saing, organisasi pemasaran, promosi
penjualan dan harga; 2 Finansialkeuangan, dukungan modal yang cukup; 3 Pelaksanaan fungsi manajemen yang profesional; 4 Teknis, pemanfaatan
teknologi dan jumlah serta mutu SDM; 5 Faktor Lingkungan, meliputi sistem nilai masyarakat, perundang-undangan dan sistem birokrasi; 6 Sosio-politik; dan
7 Aspek yuridis.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Kasmir dan Jakfar 2007 mengatakan ada beberapa aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Secara umum
prioritas aspek-aspek yang diperlukan dilakukan studi kelayakan adalah sebagai berikut: 1 Aspek hukum, masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen
perusahaan, bentuk badan usaha, izin yang dimiliki; 2 Aspek pasar dan pemasaran, potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan, bagaimana strategi pemasaran
yang dijalankan, untuk menangkap peluang pasar yang ada; 3 Aspek keuangan, biaya apa saja yang dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan,
juga seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek ini dijalankan, seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali; 4 Aspek teknisoperasi,
mengenai lokasi usaha; 5 Aspek manajemenorganisasi, para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada; 6 Aspek ekonomi sosial; 7 Aspek dampak
lingkungan. Menurut
Neuman dalam Handajani 2003 mengatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan rumah sakit adalah Faktor Internal dan Eksternal. Faktor eksternal meliputi: demografi, epidemilogi, sosio ekonomi, permintaan
kelayakan, trend pelayanan kesehatan, dan perkembangan alat, kemampuan pembiayaan. Masyarakat cukup puas apabila kebutuhan need dalam pelayanan
kesehatan diperoleh. Faktor internal meliputi: analisis mutu pelayanan, karakteristik tenaga medis dan perawat, pasien, keadaan keuangan, efisiensi biaya, organisasi,
peningkatan produktifitas, penggunaan pelayanan dan fasilitas.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Rangkuti 2006, analisis lingkungan internal dan lingkungan ektsernal merupakan landasan kritis dalam pengembangan ruang perawatan VIP. Metode
analisis yang dapat digunakan antara lain adalah analisis SWOT, yaitu kajian tentang faktor strengths atau kekuatan internal, weakneasses atau kelemahan internal,
opportunitie atau peluang eksternal, threats atau ancaman eksternal. Analisis SWOT atau analisis situasi adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunitie, namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakneasses dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan
rumah sakit. Nitisemito dan Burhan 2004 mengatakan pihak yang berkepentingan dalam
pembuatan studi kelayakan adalah: a Pengusaha: dengan adanya studi kelayakan pengusaha akan mengetahui apakah gagasan usahanya layak untuk dilaksanakan
atau tidak sehingga dapat terhindar dari kerugian yang ditimbulkan oleh kegagalan usaha. b Kreditor: bila dari segi studi kelayakan suatu proyek
dinyatakan layak untuk dilaksanakan maka dapat meyakinkan pihak kreditor khususnya perbankan untuk memberikan kredit. c Penanam modal Investor:
calon investorpun mempunyai kepentingan atas studi kelayakan yaitu untuk
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
mengambil keputusan, apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. d Masyarakatpemerintah: kepentingan studi kelayakan suatu proyek menyangkut
eksternal lities yakni efek atau dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa sangat penting dilakukan
kajian faktor internal dan eksternal rumah sakit sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan rumah sakit, khususnya pengembangan ruang rawat inap.
2.2. Studi Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Rumah Sakit