Hasil Wawancara Pola Kunjungan Pasien

Lanjutan Gambar 4.2 Adanya Media Informasi Keterbukaan Iklim Organisasi Penyediaan Sarana dan Fasilitas Rumah Sakit Peningkatan Perencanaan Program Rumah Sakit THREATS ASUMSI STRATEGI ST KUADRAN III ASUMSI STRATEGI ST KUADRAN IV Adanya Kompetitor Pelayanan Kesehatan Berkualitas Penempatan SDM Sesuai Kualifikasi Pendidikan Tuntutan Masyarakat Penambahan Tenaga Kesehatan Melakukan Kerja Sama dengan Rumah Sakit lain Kemampuan dan Kemauan Membayar Masyarakat Peningkatan Kualitas SDM Evaluasi Rutin Kinerja Rumah Sakit Sumber PAD Pemda NAD Survei Kepuasan Pasien Pemberian Imbalan dan Insentif Kondisi Geografis Rawan Bencana Survei Ability dan Willingness To Pay Peningkatan Tarif Rumah Sakit Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Siaga Bencana Gambar 4.2. Analisis SWOT Berdasarkan Strategi dan Pilihan dalam Upaya Pengembangan VIP RSUM

4.4. Hasil Wawancara

Wawancara terhadap direktur RS Meuraxa mencakup 5 lima pertanyaan, yaitu menyangkut beberapa hal, yaitu 1 dasar pemikiran dan tujuan pengembangan VIP, 2, langkah-langkah yang sudah ditempuh aspek keuangan, SDM dan investasi, 3 permasalahan dalam pengembangan VIP, dan 4, sumber dana dan 5 dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh, seperti pada Tabel 4.24. Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 4.24. Matrik Wawancara tentang Pengembangan VIP di RSU Meuraxa Item Pertanyaan Jawaban Dasar Pemikiran Pengembangan VIP “Setiap rumah sakit perlu ruangan VIP, lagipula RS Meuraxa ini sudah lama, jadi sudah wajib dibangun ruangan VIP, selama ini kita bisa melihat fluktuasi kunjungan di ruang kelas I, itu kan mengindikasikan bahwa masyarakat butuh ruangan yang nyaman seperti ruangan VIP, selain itu analisis situasi kita di Banda Aceh juga dirasa perlu untuk pengembangan VIP di RS Meuraxa ini. Langkah yang sudah ditempuh? SDM dan Investasi ‘Ya kita sudah mempersiapkan lahan, terus mengurus izin-izin baik izin bangunan atau lainnya, kita juga sudah bekerjasama dengan Pemda Kota Banda Aceh tentang hal ini. Juga sudah ada blue print VIP yang akan dibangun. Mudah-mudah terlaksana dengan baik. Kalau dari aspek SDM, kita juga mempersiapkan SDM, dan rencananya tahun ini akan ada pengangkatan PNS. Kita mintakan ke BKD Kota Banda Aceh untuk penempatan di RS ini, selain mungkin untuk beberapa spesialis kita minta bantuan dari RSU Zainoel Abidin Banda Aceh, untuk jangka panjang Pemerintah Daerah Banda Aceh sudah menyekolahkan sebanyak 14 orang spesialis dan harapannya 2010 sudah selesai. Inventasi sih.. paling kan tanah dan bangunan, trus peralatan medis yang udah ada atau nantinya dibantu oleh pusat dan pemda NAD, juga peralatan lain seperti kelengkapan ruangan. Jumlah dan Kualitas SDM .. saya rasa untuk ruangan VIP, kita perlu penambahan tenaga perawat, bidan, dokter umum dan spesialis, tapi itu tadi kita sudah mempersiapkan dan sudah melobi BKD dan pemda NAD bahkan sudah bekerja sama dengan pihak FK Unsyiah…, kualitas… Kita upgrade nantinya.. kita kan ada pelatihan, bimbingan tehnis …atau lainnya yang bisa menambah ketrampilan tenaga medis nantinya… Sumber dana Sumber dana utama dari APBN tahun 2008, berkisar 2 milyar lebih gitu… selain itu mungkin nanti akan dibantu oleh lembaga NGO atau pemda.. tapi untuk sementara pengembangan VIP ini masih mutlak dari APBN Kebijakan Pemda untuk Pengembangan Yang pasti kan kebijakan qanun ya… tentang pelayanan kesehatan bernuansa Islami, kalo dari aspek tenaga dan fasilitas kita kan merujuk ke kebijakan depkes.. trus ada kebijakan khusus tentang tarif pelayanan untuk ruangan VIP dari Pemda Kota Banda Aceh… lain-lainnya ya kebijakan retribusi atau kebijakan yang normatif lah untuk sebuah pelayanan milik pemerintah…. Berdasarkan Tabel 4.24 di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan ruangan VIP RSU Meuraxa merupakan suatu kebutuhan terhadap jangkauan Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009 USU Repository © 2008 pelayanan kesehatan pada masyarakat di Kota Banda Aceh, pertimbangan tersebut didasarkan adanya fluktuasi kunjungan pada ruangan Kelas I, yang didominasi oleh masyarakat menengah ke atas, tersedianya dana, sarana dan tenaga yang memadai, serta adanya dukungan-dukungan dari berbagai pihak di Pemerintah Kota Banda Aceh maupun Pemerintah Propinsi NAD, baik dari aspek regulasi maupun aspek tehnis lainnya.

4.5. Keterbatasan Penelitian