BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak
rumah sakit untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan atau peningkatan kualitas pelayanan diantaranya, melalui pengembangan sarana dan prasarana, sistem
manajemen, sumberdaya manusia, dan lain-lainnya. Rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan
dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan. Mengelola rumah sakit merupakan tugas yang rumit dan penuh tantangan. Sementara itu, dewasa ini perumahsakitan
berkembang menjadi industri jasa rumah sakit sebagai industri jasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi Djojodibroto, 1997.
Biaya pengelolaan rumah sakit pemerintah tidak sepenuhnya dapat diandalkan hanya dengan mengharapkan anggaran pemerintah seperti APBN dan APBD yang
relatif terbatas. Pada sisi lain terjadi peningkatan permintaan pelayanan rumah sakit oleh penduduk. Kondisi ini mendorong rumah sakit mencari solusi lain, diantaranya
adalah mendirikan “paviliun swasta”, yaitu ruangan rawat inap yang dilengkapi dengan sarana sangat memadai, dan pasien dipungut bayaran seperti halnya di rumah
sakit swasta Iskandar, 1998.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Keberadaan ruang perawatan VIP di rumah sakit pemerintah, dapat membuat tenaga kesehatan termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik, sebab tenaga
kesehatan dapat meningkatkan pendapatannya. Pada sisi lain, sebagian masyarakat percaya mutu merupakan sesuatu yang bersifat luks, mewah, dan mahal Trisnantoro,
2005; Mukti, 2007. Berdasarkan pendapat Soejitno 2002 dan Subanegara 2005, dapat
disimpulkan bahwa rencana pengembangan dan realisasi ruang perawatan VIP di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai upaya mendirikan Business Unit. Upaya
mengembangkan sarana fisik rumah sakit, seperti pembangunan ruangan VIP, dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang melengkapi keberadaan ruangan
VIP, membutuhkan kajian faktor internal rumah sakit dan faktor eksternal rumah sakit.
Menurut Azwar 1996 dan Rangkuti 2006, analisis lingkungan internal dan lingkungan ektsernal merupakan landasan kritis dalam pengembangan ruang
perawatan VIP. Metode analisis yang dapat digunakan antara lain adalah analisis SWOT, yaitu kajian tentang faktor strengths atau kekuatan internal, weakneasses atau
kelemahan internal, opportunitie atau peluang eksternal, threats atau ancaman eksternal.
Menurut Hussey
dalam Wibowo 2005, menjelaskan bahwa kebutuhan perubahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu external forces kekuatan eksternal
yang berasal dari luar organisasi, dan internal forces kekuatan internal bersumber dari dalam organisasi. Kekuatan eksternal meliputi karakteristik demografis,
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kemajuan teknologi, perubahan pasar, tekanan sosial dan politik. Kekuatan internal, meliputi problemprospek SDM, dan perilaku serta keputusan manajerial.
Ancaman yang paling menonjol dari lingkungan luar bagi kelangsungan hidup rumah sakit sebagai institusi publik bidang kesehatan, adalah krisis kesehatan,
kepercayaan, dan etika sosial. Sebagai suatu sistem dan organisasi rumah sakit terpapar terhadap lingkungan industri maupun lingkungan eksternal yang lebih luas.
Secara garis besar, variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi: lingkungan politik, hukum, perundang-undangan,
lingkungan etika, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, dan lingkungan teknologi Soeroso, 2002; dan Muninjaya, 2004.
Menurut Umar 2005 mengatakan studi kelayakan digunakan untuk memberikan penilaian berupa rekomendasi apakah sebaiknya proyek
pengembanganpembuatan rumah sakit layak dikerjakan ataukah sebaiknya ditunda dulu. Studi yang dilakukan tentunya meliputi berbagai aspek dan membutuhkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Secara umum aspek- aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan meliputi aspek pasar dan aspek
pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen, aspek sumber daya manusia, aspek keuanganfinansial, aspek ekonomi, sosial dan politik, aspek
lingkungan industri, aspek yuridis dan aspek lingkungan hidup. Menurut
Neuman dalam Handajani 2003 bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan rumah sakit adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan adalah demografi,
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
epidemilogi, sosio ekonomi, permintaan kelayakan, Trend pelayanan kesehatan dan perkembangan alat, serta kemampuan pembiayaan. Faktor Internal yang
mempengaruhi pengembangan adalah analisis mutu pelayanan, karakteristik tenaga medis dan perawat, pasien, keadaan keuangan, efisiensi biaya, organisasi,
peningkatan produktifitas, dan penggunaan pelayanan dan fasilitas. Rumah Sakit Umum Meuraxa RSUM adalah rumah sakit umum rujukan
type C, satu-satunya milik Pemerintah Kota Banda Aceh yang mulai beroperasi sejak tahun 1997 dengan tipe D dan pada tahun 2003 menjadi rumah sakit tipe C dengan
pengukuhan oleh Menteri Kesehatan RI No.009-EMenkesSKI2003, dan menjadi pusat rujukan seluruh puskesmas di Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda
Aceh yaitu 214.850 jiwa Profil RSUM, 2007. RSUM dalam rencana strategis menetapkan visi dan misinya dalam
pencapaian tujuan dan sasarannya. Visi RSUM adalah menuju pelayanan prima dan profesional bertaraf daerah pada tahun 2010. Misi RSUM adalah meningkatkan
pelayanan kesehatan secara paripurna, sesuai standard profesional, bermutu dan terjangkau dalam rangka pencapaian dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal, meningkatkan manajemen SDM RSUM melalui penjenjangan karier, pendidikan dan pelatihan sesuai profesionalitasnya, menerapkan RSUM sebagai
rumah sakit rujukan, sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan kesehatan sesuai kebutuhan secara tepat guna dan berdaya guna serta meningkatkan sarana dan
prasarana RSUM sesuai dengan standar yang berlaku Profil RSUM, 2006.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Tenaga kesehatan yang bekerja di RSUM, adalah: a dokter spesialis obgin 1 orang dan THT 1 orang; b dokter umum sebanyak 29 orang dan dokter gigi 4 orang;
c tenaga paramedis sebanyak 172 orang, yang terdiri dari perawat 125 orang, bidan 47 orang. Kebutuhan tenaga spesialis RSUM dipenuhi dari kerjasama dengan RSU
Zainoel Abidin RSUZA, yaitu RSU milik Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jumlah tenaga RSUZA yang dapat bekerja sesuai keperluan RSUM
adalah sebanyak 74 dokter dengan berbagai jenis spesialisasi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga spesialis bagi RSUM, Pemerintah Kota Banda Aceh
telah mengirimkan tenaga dokternya untuk melanjutkan pendidikan yaitu sebanyak 14 orang dengan berbagai macam spesialisasinya Profil RSUM, 2008.
Jumlah tempat tidur yang dimiliki Rumah Sakit Umum Meuraxa saat ini sebanyak 106 unit, dengan perincian sebagai berikut: kelas III sebanyak 88 tempat
tidur. Jumlah tempat tidur yang ada untuk kelas II sebanyak 8 tempat tidur, dan untuk kelas I adalah 10 tempat tidur Bagian Pelayanan RSUM, 2008.
Perkembangan kinerja RSU Meuraxa sejak beroperasinya gedung baru Oktober 2007 tampak peningkatan dari jumlah kunjungan baik rawat inap maupun
rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap RSU Meuraxa terjadi peningkatan sebanyak 3,5 kali sejak pindah ke gedung baru dengan fasilitas dan sarana yang sudah memadai
bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan rawat inap pada gedung sementara RSU Meuraxa selama 3 tahun belakangan. Rata-rata kunjungan rawat inap selama
beroperasinya gedung RSUM yang baru adalah 269 orang perbulan, sementara sebelumnya hanya rata-rata 76 orang perbulan jadi peningkatan jumlah pasien rawat
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
inap pada tahun 2008 sebanyak 71 bila dibandingkan dengan tahun 2007. Atas dasar pertimbangan ini RSU Meuraxa ingin mengembangkan ruang perawatan untuk
VIP Bagian Rekam Medik RSUM, 2008. RSUM dalam upaya peningkatan mutu pelayanan juga sedang mempelajari
dan persiapan akreditasi untuk tahun 2009 untuk 12 kegiatan pelayanan standar yang mengacu kepada surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
436MENKESSKIV1993. Hal ini sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai oleh RSUM di masa mendatang dalam rangka memberikan pelayanan sebaik
mungkin bagi masyarakat Wawancara dengan bagian pelayanan RSUM, 2008. Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan RSUM Maret, 2008
diketahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi RSUM yang merupakan satu- satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota Banda Aceh adalah terbatasnya sarana
pelayanan yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas, yaitu tidak adanya ruangan rawat inap yang baik, dengan
kategori ruang VIP, merupakan salah satu alasan RSUM melakukan perencanaan pengembangan ruang rawat inap VIP sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan RSUM yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan staf.
Jumlah ruangan VIP yang direncanakan sebanyak 12 ruangan dengan lahan yang tersedia seluas 500 m
2
yang berada pada bagian belakang RSUM. Luas 1 ruangan direncanakan adalah 5 x 6,5 m
2
yang dibangun dalam 2 lantai.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2007, rumah sakit swasta yang ada di Kota Banda Aceh saat ini berjumlah 5 buah yaitu RSU
Fakinah, RSU Harapan Bunda, RSU Malahayati, RSU Permata Hati dan Rumah Sakit Bulan Sabit Merah. Tingkat hunian pada rumah sakit swasta Banda Aceh saat ini,
khususnya pada ruang VIP selalu dalam keadaan penuh, sehingga pasien sering kali harus menunggu untuk dapat dirawat di ruang VIP. Berdasarkan hasil survey
pendahuluan April, 2008 di Rumah Sakit Tgk. Fakinah yang merupakan salah satu rumah sakit swasta di Kota Banda Aceh yang terdekat dengan RSUM, dalam tahun
2007 dari jumlah pasien yang dirawat sebanyak 5738 orang dijumpai 4738 orang atau 76,4 menggunakan fasilitas VIP dan ini membuktikan bahwa kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terutama untuk kelas VIP cukup tinggi. Banyak pasien yang berasal dari Kota Banda Aceh berobat ke luar wilayah
Banda Aceh seperti Medan, Jakarta bahkan ke luar negeri seperti Malaysia. Pada tahun 2007 penerbitan paspor di Kantor Imigrasi Banda Aceh per hari rata-rata
sebanyak 50 pemohon dengan tujuan ke Malaysia, Mayoritas untuk berobat. Dapat diestimasikan sekitar 1800 paspor yang diterbitkan pada tahun 2007. Sedangkan pada
akhir tahun 2007 hingga 2008 sampai bulan Mei jumlah masyarakat Aceh yang ke Malaysia 11.237 orang Kantor Imigrasi Banda Aceh, 2007; Air Asia, 2008.
Tingkat kepadatan penduduk Kota Banda Aceh yang merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam cukup tinggi yaitu 3.501,47km2.
Penghasilan perkapita penduduk Kota Banda Aceh tahun 2007 adalah Rp. 3.082.690, rata-rata pekerjaan penduduk adalah PNS dan Swasta Badan Statistik Banda Aceh,
2007; Profil Dinkes Nanggroe Aceh Darussalam, 2007.
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa pengembangan ruang rawat inap suatu rumah sakit, seperti ruang perawatan VIP, membutuhkan kajian
faktor eksternal dan internal rumah sakit. Selaras pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, dan kondisi RSUM yang akan mengembangkan ruang perawatan
VIP, maka sangat penting dilakukan analisis faktor internal RSUM kajian kekuatan dan kelemahan, yang meliputi kondisi: Ketenagaan, Keuangan, Standar kerja, Pola
Kunjungan Pasien, dan Struktur Organisasi. Selanjutnya penting dilakukan kajian Faktor eksternal RSUM kajian peluang dan ancaman, yang meliputi kondisi:
Demografi, Sosio Ekonomi, Morbiditas dan Mortalitas Penyakit, Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan, Kebijakan dan Peraturan, serta GeografiLokasi.
1.2. Permasalahan