mudah didapatkan karena diproduksi secara besar-besaran. Tetapi dilain pihak, limbahnya cukup berbahaya untuk makhluk hidup dan sekitar nya, karena
biasanya limbah tersebut mengandung logam arsen As, Kadmium Cd, timah hitam Pb, dan Merkuri Hg Darmono, 1995.
Walaupun logam berbahaya tersebut kandungannya sangat kecil dalam bahan bakar minyak, tetapi kekuatan untuk menyebabkan keracunan sangat besar.
Logam tersebut biasanya terikat dalam bentuk bahan organik dan fraksi mineral Darmono, 1995.
Berbagai literatur telah mencantumkan beberapa metode untuk penetapan kadar tembaga dan timbal, antara lain Kompleksometri, Spektrofotometri visible,
dan Spektrofotometri Serapan Atom. Pada penelitian ini digunakan metode spektrofotometri serapan atom karena memiliki keuntungan antara lain kecepatan
analisisnya, ketelitiannya dan dapat menentukan konsentrasi dalam jumlah yang sangat kecil dan spesifik untuk setiap unsur tanpa diperlukan pemisahan
Khopkar, 1990. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
kandungan Pb dan Cu yang terdapat dalam garam dapur. Pemilihan ini didasarkan karena garam dapur umumnya dikonsumsi oleh masyarakat.
1.1 Perumusan Masalah
1. Apakah garam dapur mengandung Pb dan Cu?
2. Berapa kadar Pb dan Cu yang diperoleh di dalam garam dapur tersebut?
1.2 Hipotesis
Universitas Sumatera Utara
1. Garam dapur mengandung Pb dan Cu.
2. Pada garam dapur mengandung Pb dan Cu dalam jumlah tertentu.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menetapkan adanya kandungan Pb dan Cu dalam garam dapur.
2. Menentukan kadar Pb dan Cu dalam garam dapur tersebut dengan
Spektrofotometri serapan atom.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan kepada masyarakat sebagai informasi dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai besarnya
kandungan Pb dan Cu dalam garam dapur.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida
80 serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida dan lain-lain. Garam mempunyai sifatkarakteristik higroskopis
yang berarti mudah menyerap air, bulk density tingkat kepadatan sebesar 0,8 – 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801
o
C Burhanuddin, 2001. Pembuatan garam di Indonesia adalah dengan sistem penguapan air laut
menggunakan sinar matahari solar energy diatas lahan tanah, namun ada beberapa daerah memproduksi garam dengan cara memasak karena kondisi tanah
yang berpori yaitu propinsi Aceh dan Bali Burhanuddin, 2001. Penggunaan garam secara garis besar dapat dibagi ke dalam 3 tiga
kelompok yaitu Burhanuddin, 2001 : 1.
Garam untuk konsumsi manusia. 2.
Garam untuk pengasinan aneka pangan 3.
Garam untuk industri
2.2 Teknologi Pembuatan Garam dan Persyaratan Faktor Sumber Daya Alam Dominan yang Berpengaruh Dalam Proses Pembuatan Garam di
Indonesia
Hampir keseluruhan garam di Indonesia diperoleh dengan Teknologi Penguapan air laut dengan Tenaga Sinar Matahari Solar Evaporation. Dalam
Universitas Sumatera Utara
jumlah yang sangat kecil diperoleh dari sumber air dalam tanah bleng seperti yang terdapat di Purwodadi – Grobongan, Jawa Tengah Burhanuddin, 2001.
Dalam proses pembuatan garam yang berasal dari air laut, maka faktor sumber daya alam dominan, yang berpengaruh baik kualitas maupun kuantitas
garam yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1. Air Laut
- Kandungan garam relatif tinggi dan tidak tercampur aliran muara sungai tawar.
- Jernih, tidak tercampur dengan lumpur, sampah limbah buangan lainnya. - Mudah masuk kedalam areallading garam pasang surut mencapai
arealdaratan pembikinan garam. Faktor lokasi berpengaruh secara langsung terhadap kualitas maupun
kuantitas penyediaan air laut. Lokasi yang sangat bagus untuk dipilih adalah yang jauh dari air tawar atau muara sungai besar. Tempat yang berdekatan dengan
muara-muara sungai akan memberikan air laut dengan mutu rendah konsentrasi rendah. Adapun lokasi di teluk yang tertutup akan memberikan air laut dengan
mutu yang relatif baik konsentrasi tinggi Burhanuddin, 2001. Guna menjamin kontinuitas ketersediaan bahan baku sebaiknya dipilih
lokasi yang aliran lautnya tidak terganggu oleh selat sempit, sehingga pasang surut air laut berjalan dengan normal. Pasang surut air laut bagi lahan- lahan
penggaraman, untuk antisipasi dapat dibuat waduk-waduk penampungan air laut tersebut Burhanuddin, 2001.
2. LahanArealTanah
Universitas Sumatera Utara
a. Topografi Tanah
Kondisi topografi tanah sangat berpengaruh terhadap pengaturan pengeluaran maupun sirkulasi air di penggaraman. Topografi tanah yang ideal
adalah yang permukaannya landai dengan tingkat kemiringan yang kecil. Ketinggian tanah maksimal 3 meter diatas permukaan air laut dengan luas
minimal 1 Ha. b.
Sifat fisis Tanah Tanah harus kedap air sehingga air yang ditampung tidak bocor kedalam
tanah. Tanah liat memiliki tingkat permeabilitas yang kecil tetapi pada kondisi tingkat kelembapan yang rendah akan mudah retakpecah sehingga tingkat
kebocorannya tinggi. c.
Kehidupan Lahanareal yang digunakan sebagai penggaraman sebaiknya tak terdapat
kehidupan. Terdapatnya binatang yang hidup ditanah akan merusak penggaraman, sedangkan tumbuh-tumbuhan akan menghalangi sinar matahari. Dengan demikian
kedua hal tersebut sangat mempengaruhi produktifitas areal Burhanuddin, 2001.
2.3 Kegunaan dan Jenis Garam