Analisis Data Secara Statistik .1 Penolakan Hasil Pengamatan

logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu. Garam yang telah diketahui kadarnya ditimbang sebanyak 20 gram, lalu ditambahkan larutan baku tembaga 5000 ppb dan baku Timbal 4000 ppb, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini Harmita, 2004: = 100 an ditambahak yang baku jumlah awal sampel dalam logam jumlah sampel dalam logam al jumlah tot × − 2.8 Analisis Data Secara Statistik 2.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan Kadar Tembaga dan Timbal yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing ke enam larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q Rohman, 2009: Q = terendah Nilai tertinggi Nilai terdekat yang Nilai dicurigai yang Nilai − − Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q apabila QQ kritis maka data tersebut ditolak. Tabel 1 Nilai Q kritis pada Taraf Kepercayaan 95 Rohman, 2007 Banyak data Nilai Q kritis 4 0,831 5 0,717 6 0,621 7 0,570 8 0,524 Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan kadar timbal dan tembaga di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan rumus Wibisono, 2005 : µ = X ± tα2, dk x SD Keterangan : − X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan dk = n-1 α = interval kepercayaan n = jumlah pengulangan

2.8.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi σ tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama σ 1 = σ 2 atau berbeda σ 1 ≠ σ 2 dengan menggunakan rumus: F o = 2 2 2 1 S S Apabila dari hasilnya diperoleh F o tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus: X 1 – X 2 t o = Sp √1n 1 + 1n 2 dan jika F o melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus : X 1 – X 2 t o = √S 1 2 n 1 + S 2 2 n 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t o yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya Sabri dan Hastono, 2006.

2.8.3 Simpangan Baku Relatif

Universitas Sumatera Utara Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah Harmita, 2004: Keterangan : RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standar Deviasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN